PENDAHULUAN
Tujuan
dari chapter ini adalah untuk menyajikan metode yang eektif dan mudah menjalin
hubungan dengan klien, mengembangkan kententraman, perasaan paham pada diri
klien dan mendorong klien menggali perasaannya. Dalam chapter yang membahas
sikap konselor. Satu asumsi menyatakan bahwa penggunaan tehknik dibatasi,
kecuali kalau ada pemahaman yang penuh tentang tujuan terapeutik pada konselor.
Dengan kata lain ada bahaya untuk satu tehknik yang disadari, seperti pada
dukuk yang sangat patuh dan secara buta mengaplikasikan suatu tehknik
pengobatan dengan tidak ada perbedaan untuk setiap pasien.
Tehknik-tehknik
dilain sisi adalah kepribadian konselor untuk mengembangkan gaya yang bervariasi dari tehknik terbaik
yang disesuaikan dengan pandangan dan kepribadian mereka dan perkiraan tentang
kebutuhan klien. Pada akhirnya tehknik digunakan sebagai media utama untuk
memberikan makna hubungan dengan manusia. Tehknik yang berguna dalam hal ini
bisa diuji waktu penggunaannya dalam banyak kasus. Sudah divalidasi berdasarkan
pengalaman. Sebagai contoh: suatu dasar empiris yang kuat dari latihan
pendekatan konseling secara mikro dari ivey dan Gluckstream (1974). Metode ini
membagi keterampilan membina hubungan menjadi lebih baik. Komponen yang bisa
diajarkan seperti memperhatikan, cara bertanya dan mengambil kesimpulan.
Penekanan
adalah pada beberapa tehknik yang fleksibel dalam penerapannya. Penekanan pada
fleksibelitas ini diaktualisasikan dalam model yang digunakan. Metode membina
hubungan ini digunakan sepenuhnya pada bahagian awal dari pembahasan masalah
klien, kegiatan ini berlanjut sampai akhir. Metode ini juga mengatur dampak
pada perasaan sadar, dan ekspresi pada tingkatan lain, lebih khusus dengan
perasaan berlawanan seperti mendorong ekspresi perasaan cinta yang berlawanan
dengan benci. Oleh karena itu, pengaturan dalam konteks ini berarti proses dari
pengeskpresian perasaan secara penuh sepanjang banyaknya sifat berlawanan dalam
suatu pengembangan kemampuan untuk mencapai tujuan klien.
Selanjutnya
diskusi mengenai metode sebagai jalan yang memungkinkan sikap dasar dan konsep
diri konselor dan psikoterapis bisa dimanifestasikan. Kita juga membahas
metode-metode lanjutan lainnya yang bisa menggambarkan tingkahlaku dan bisa
diajarkan sebagai keterampilan. Selain itu juga ditinjau penelitian tentang
keterampilan konseling dua puluh tahun yang lalu. Hamper setiap metode respon
verbal akan dijadikan sebagai data pendukung, akan tetapi metodologi penelitian
dan klasifikasi itu sangat banyak, sementara jarang yang memiliki hasil yang
konsisten dalam bentuk kesimpulan.
Bagaimanapun
metode-metode ini memiliki efek yang berbeda-beda. Untuk menentukan efek yang
berbeda itu sebagai contoh penelitian yang dilakukan Ehrlich D’Augelli dan
Danish (1978) menentukan bahwa tipe perasaan konselor merespon didorong 2 dan ½
waktu sebagaimana klien merasakan respon sebagai suatu nasehat dan meningkatkan
dua kali lebih banyak pada pertanyaan terbuka. Jadi konselor perlu memberikan
terhadap jenis respon yang mereka buat untuk meningkatkan hasil uang
diinginkan.
TEHNIK-TEHNIK PEMBUKAAN
Tujuan
pertaman dalam pertemuan dengan klien adalah menumbuhkan rasa percaya. Bagian
awal buku-buku konseling dan psikoterapi menceritakan cara membina hubungan
yang akrab, kondisi saling pengertian dan nyaman. Konselor berusaha pada saat
ini menunjukkan sikap penerimaan, kehangatan dan perhatian yang mendalam pada
klien. Secara lebih baik dengan mengaplikasikan sebagai tehknik. Beberapa
pengalaman konselor dalam memulai hubungan dipaparkan sebagai berikut:
1. Salam penerimaan
Jika konseling dilakukan disebuah kantor, konselor
menunjukkan pada klien dengan menemui klien diruangan tamu sambil berjabat
tangan. Memanggil nama klien dan mempersilahkan klien memasuki kantor. Jika
tidak dilakukan dikantor, biasanya dalam penerimaan bersifat formal dan disesuaikan dengan
kondisi budaya klien. Tingkatan sopan santun jauh diukur pada perasaan puas
diawal hubungan.
2. Topik
Konselor memiliki variasi bagaimana membuka pembicaraan
dalam fikiran mereka. Memulai dengan suatu bahasa yang berbudai atau basa basi
mungkin lebih banyak menghasilkan kesulitan hubungan dari pada jika klien
dibiarkan mengemukakan urusan mereka sesegeranya. Ilustrasi dari permasalahan
ini merupakan suatu gambaran tentang penyesuaian konselor dan merupakan
refleksi dari gaya
pribadinya.
Secara umum konseling berisi masalah yang pribadi yang
dipenuhi dengan kecemasan. Hal ini sering menyulitkan untuk melihat masalah
yang sesungguhnya secara cepat dan tepat, untuk ini dibutuhkan kejujuran.
Konselor harus bisa mengatasi ketakutan klien dan mengendalikan dengan setting
baru yang alami yaitu membuat klien merasa nyaman. Kadang-kadang hal itu
membuat klien menjelaskan sepenggal percakapan di kantor. Klien sering merasa
senang dengan jalan konvesional dimulainya hubungan. Hal ini harus ditekan
sekalipun pada pembukaannya hanya
memecahkan kebekuan supaya klien bisa memulai untuk menerima sikap terapeutik
konselor. Ada
banyak bahaya bahwa hubungan akan berakhir sejalan dengan pembicaraan yang
diingin, penilaian awal.
Sebagai suatu catatan tambahan, suatu hubungan yang
efektif bisa dengan mudah pada dasar non verbal melalui kehangatan dan
persahabatan seperti kalimat “saya menunggu anda” atau “waktu saya untuk anda”
diungkapkan konselor, dan selanjutnya kemampuan menuntut klien memulai
kegiatan. Jika klien dimotivasi untuk memperoleh bantuan, konselor yang
“sedikit bicara” mungkin menunjukkan sedikit penolakan untuk kebutuhan ini.
Lebih lanjut konselor yang terlalu “sedikit berbicara” mungkin berdampak
konselor ingin melindungi klien dari situasi nyata. Secara umum, beberapa
arahan seperti “mungkin anda ingin menceritakan sesuatu sehingga anda datang
kemari?” itu lebih realistic dan sopan. Kesimpulannya penilaian pertama sebahagian
besar pada penampilan atau gaya
konselor.
3. Set ruangan
Penentu terciptanya hubungan kerja yang baik salah
satunya dipengaruhi oleh kondisi fisik ruangan. Memang belum ada penelitian
terkait hal ini. Berdasarkan pengalaman dilapangan, ketika konselor bekerja
disamping meja, hal ini menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Disamping itu
duduk berhadap-hadapan dengan jarak yang dekat membuat klien merasa kurang
nyaman. Karena itu konselor dianjurkan bereksperimen menciptakan tata ruang
yang efektif. Penataan ruang seperti hal yang sepele, namun hal ini sering
luput dari perhatian konselor. Sudah merupakan hal yang lazim, misalnya bila
klien tidak ditempatkan pada posisi kesumber cahaya, artinya jika konseling
menghadap kejendela maka tirai jendela hendaklah ditutup.
Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan adalah
mengenai jenis kursi yang akan dipakai oleh klien. Kemungkinan hubungan baik
akan tercapai bila kenyamanan kursi yang dipakai konselor dank lien
diperhatikan. Misalnya kursi berputar untuk konselor dan kursi lurus untuk
klien.
4. Sikap
Tingkat ketenangan harus terlihat melingkupi hubungan
antara klien dengan konselor. Seorang konselor harus mampu memberikan kesan
kepada diri klien terapi yang diberikan kepadanya benar-benar mampu
menolongnya. Jembatan hati dapat tercipta dengan baik bila konselor mempu
memahami sifat dan perasaan orang lain sebaik-baiknya (tanpa terkesan
dibuat-buat). Jadi konseling ini sebenarnya “unik” karena lebih khusus dari
hubungan biasa antar manusia sehari-hari. Untuk itu seorang konselor harus
mampu menjelaskan bahwa pengobatan jiwa ini sangat penting karena proses
konseling terkait erat dengan merencanakan, menganalisa kembali, dam memahami
kepribadian seseorang.
TEKNIK MEMBINA HUBUNGAN YANG BERSIFAT
REFLEKTIF
1. Refleksi perasaan
Dalam pendekan kepribadian sebagaimana diuraikan pada
bab tiga, hanya ditekankan pada pendekatan kepribadian yang sifatnya diluar
kesadaran sedangkan tehknik refleksi membantu seseorang untuk keluar dari
kungkungan system yang dipakai selama ini dengan tujuan untuk membantu klien
memahami perasaannya yang terdalam. Terkadang muncul kecendrungan dalam diri
klien untuk mengingkari perasaannya sendiri sehingga menyebabkan mereka menjadi
defensive.
Teknik refleksi dalam hal ini lebih menfokuskan kepada
memahami apa yang terkandung dalam ucapan klien. Refleksi menekankan kata ganti
“Anda” pada frase “anda merasa..” dan “anda berfikir…”. Refleksi
menghangasilkan tujuan penting yang mendorong klien untuk memikirkan gagasan
dan perasaan yang mereka ungkapkan sehingga mampu mengenal kepribadian dirinya
sendiri tanpa ada pengaruh dari luar dirinya. Lebih jauh refleksi merupakan
tehknik perantara yang dapat digunakan setelah hubungan awal tercipta dengan
baik, sebelum penyampaian informasi maupun kesimpulan.
Merefleksi perasaan membutuhkan keterampilan, namun hal
tersebut dapat dipelajari dengan memahaminya dan melatihnya. Philip and Agnew
(1953) menemukan data dalam penelitian mereka bahwa refleksi merupakan
keterampilan menolong orang dapat dipelajari, biasanya tidak digunakan dalam
hubungan antar individu yang sifatnya umum, yang tidak menjalani latihan yang
bersifat klinis dan bahkan hanya bisa digunakan pada orang dewasa yang dianggap
mampu. Dengan adanya latihan keterampilan berkomunikasi dan penekanan pada
kemampuan untuk mendengarkan perasaan, maka refleksi akan menjadi kegiatan yang
bersifat harian (Allmon; 1981). Contoh-contoh dalam modeling atau peragaan oleh
konselor adalah cara yang efektif untuk
membantu klien mengungkapkan perasaannya konseling yang dibutuhkan untuk
menbantu klien dalam mengungkapkan perasaannya.
2. Refleksi secara alami
Refleksi peranan diartikan sebagai usaha konselor
memparaprasekan kata-kata segar sikap dasar (tidak begitu banyak isi) yang
diekspresikan oleh klien. Konselor berusaha memantulkan sikap klien agar dia lebih
baik dalam memahami dirinya dan untuk memperlihatkan kepada klien bahwa
keadaannya betul-betul dipahami oleh konselor. Kata yang segar ditekankan karena mungkin refleksi yang dikemukakan oleh
konselor salah adalah mengungkapkan refleksi dalam kata-kata yang baru saja
digunakan klien. Dalam satu anekdot dimana konselor mengulang hamper seluruh
perkataan klien, klien menjawab “apa salahnya dengan cara saya mengungkapkan
itu?”. Untuk itu penting menggunakan
kata-kata yang berbeda dengan menunjukkan tingkat ketertarikan konselor dan
upaya memahami klien seperti “kamu kelihatannya ingin mengambil keputusan
sementara kamu menemukan kesulitan untuk melakukannya”. Untuk itu penting
menggunakan kata-kata yang berbeda dengan menunjukkan tingkat ketertarikan
konselor dan upaya untuk memahami klien seperti kalimat “kamu kelihatannya
seperti ingin mengambil keputusan, semantara kamu kesulitan untuk
melakukannya”.
Kata sikap ditekankan pada pengertian dari refleksi
membuat konselor menyadari bawah dia harus bisa mengontrol perasaan tentang apa
yang dibicarakan. Tidak hanya isi pembicaraan. Terapi sering mengalir seperti
sungai yang banyak riak-riak pada permukaan yang berhubungan dengan isi. Hal
itu membutuhkan keterampilan dengan mengembangkan kepentingan sensitivitas untuk
mengidentifikasi perasaan itu secepatnya dan memantulkan kembali secepat kilat
mengungkapkan seluruh kalimatnya.
Sebuah kata sebab tentang perasaan klien tersebut kata
ekspresi. Suatu kebiasaan yang bisa menimbulkan miskonsepsi yang muncul dari
penekanan perasaan diri mereka sendiri. Kesimpulan sering menggambarkan
perasaan lebih penting dari intelektual. Ekspresi perasaan dikembangkan melalui
tehknik refleksi. Ekspresi dari perasaan adalah mengemukakan ide untuk
mengkonfrontasikan diri dan tidak sebuah akhir dalam konseling.
Perasaan yang dikemukakan oleh klien secara subjektif
dan tidak merupakan suatu kepercayaan. Klien dilatih untuk mempercayai ekpsresi
perasaannya. Seseorang yang panic contohnya. Perasaan tidak memiliki kualitas
evalusai, ide-ide bagaimanpun memiliki nilai kebenaran atau salah. Tetapi
penilaian dapat dilakukan setelah perasaan diklariifikasi yaitu berupa ide-ide
dan pengalaman mendasar dari perasaan.
3. Refleksi dari pengalaman
non verbal
Suatu bentuk refleksi yang diaktualisasikan dalam konseling
melebihi refleksi verbal adalah refleksi pengalaman suatu metode untuk membaca
tingkahlaku. Konselor mengamati postur, gerak isyarat, suara dan mata dari
klien. Refleksi konselor bukan hanya dari ungkapan perasaan klien, tetapi juga
pesan dari tingkahlaku non verbal klien.
Refleksi pengalaman adalah tehknik mengkonfrontasikan
kontradiksi dari apa yang dikatakan tentang perasaan klien dengan apa yang
diamati oleh konselor pada keseluruhan organisme klien yang berbicara.
Contohnya:
K : Kamu mengatakan kamu marah, tapi matamu menampakkan pernyataan pada
saya bahwa kamu sangat menderita.
K : Kamu mengatakan kamu mencintai dia, tetapi setiap waktu kamu
mengatakan tentang dia sebagai ikan tangkapanmu.
Konselor harus berani menyatakan tentang persepsinya terhadap
klien sebagaimana klien mengemukakan perasaannya.
4. Berbagi pengalaman
Aktualisasi
terapi mewujudkan hubungan antara klien dengan konselor merupakan kunci penting
dalam proses terapeutik. Hubungan ini sebagai kontinum dari tanggung jawab pribadi
dengan refleksi perasaan diawal, refleksi pengalaman di tengah dan berbagi
pengalaman dibagian akhir.
Berbagi
pengalaman maksudnya adalah kejujuran konselor membagi pengalaman kepada klien
pada waktu tertentu. Oleh sebab itu berbagi pengalaman model bagi klien untuk menceritakan
pengalamannya.
5. Identifikasi Perasaan
Dalam
mengajarkan tehknik refleksi pada konselor baru dengan membuat daftar dari
kategori perasaan manusia sehingga membantunya mempraktekkan ekspresi perasaan.
Reid dan Sneyder (1947) menemukan variasi kemampuan konselor dalam memberi nama
perasaan yang diekspresikannya.
Secara umum
perasaan dapat dibagi atas tiga bagian yaitu positif, negative dan ambivalen.
Perasaan positif mencakup ego-konstruktif dan aktualisasi diri, sementara perasaan
secara umum adalah ego perusak ambivalen mengacu kepada dua atau lebih perasaan
yang berlawanan yang dikemukakan dalam waktu yang sama pada objek yang sama
dalam konseling klinik. Untuk itu penting bagi konselor memunculkan kontradiksi
itu dan merefleksikan pada klien. Penting bagi klien melihat dan menemukan
pertentangan antara sikap orang yang sama, untuk ini bisa menjadi sumber
ketegangan. Salah satu tujuan konseling psikoterapi adalah mewujudkan bahwa
seseorang bisa sekaligus cinta dan benci pada orang yang sama dan pada waktu
yang sama.
Berikut daftar
yang menunjukkan contoh label-label yang menunjukkan dua kategori pertentangan
kategori perasaan positif dan negative.
Positif
Gembira harga diri
Rasa aman cinta
Berterimakasih optimis
Rasa percaya
diri kesenangan,
kehangantan
Negatif
Rasa bersalah durhaka
Dendam antagonis/
jahat
Takut memberontak
Depresi menolak/
permusuhan
Konselor yang
bisa mengamati dan mengidentifikasi perasaan yang muncul akan menemukan
kemudahan untuk merefleksi perasaan. Lebih cepat dan tepat. Kemampuan untuk
merasakan hal yang ada dibalik perasaan klien tergantung dari kemampuan empati
mendalam dari konselor.
6. Kesulitan dalam refleksi
Ada beberapa kesulitan dalam merefleksi,
yaitu:
a.
Stereotip
Kesalahan
yang biasa terjadi di dalam refleksi ketika konselor menggunakan suatu kalimat
pengantar mengandung stereotip seperti; “kamu merasa…”. Prosedur ini jika
diperhatikan akan menimbulkan perasaan dendam pada klien dan dia berusaha untuk
menganalisa proses dengan sangat kritis.
Variasi
yang disarankan: gunakan kata-kata yang bisa mengekspresikan perasaan, contoh
“kamu merasa sedih (bingung, kesal dan sebagainya jika hal itu terjadi……
“kamu
piker………..
“hal
itu bagimu…….
“kalau
saja saya memperolehnya, kamu merasa bahwa…….
“dengan
kata lain……….
Nada
suara intonasi dari variasi-variasi kata yang diekspresikan, contoh:
Ki
: Benar-benar terluka saya menyakitinya
Ko
: Benar-benar terluka (ini pengecualian pada aturan umum bukan refleksi ini).
b.
Waktu
Kesalahan
lain dimana konselor menunggu sampai klien menghentikan pembicaraan sebelum
refleksi diberikan. Jika banyak isi dan sedikit perasaan yang dikemukakan oleh
klien itu tidak jadi masalah. Sebagai sebuah konseling yang berkembang,
bagaimanapun sangat banyak perasaan yang akan
muncul. Kondisi ini kadang-kadang penting untuk menginterupsi klien guna
memfokuskan dan memberikan penekanan perasaan yang signifikan. Sebaliknya juga
mudah membuat kesalahan menginterupsi klien terlalu cepat dan melengkapi
kalimat mereka.
c.
Seleksi perasaan
Ketika Roger memperkenalkan tehknik ini diasosiasikan dengan
label Regorian yaitu nondirektiv. Suatu penelitian tentang tehknik ini
menunjukkan bahwa konselor hanya mengulang kembali perasaan yang dikemukakan
klien, sehingga konselor tidak bersifat tidak direktif. Penelitian mendalam
tentang tehknik ini menyatakan bagaimanapun konselor melakukan pilihan dari
pernyataan klien yang bagian-bagiannya ada yang sangat besar tingkat kualitas
perasaannya dan perlu diklasifikasi. Hal ini berarti konselor merasakan dan
terlibat langsung (direktif).
d.
Isi
Refleksi isi merupakan suatu kesalahan dalam konseling dimana
refleksi kembali mengulang kalimat dan kata yang sama dengan yang dikemukakan
klien. Jika konselor melakukan hal itu mereka tidak menunjukkan pemahaman dan
semata-mata mengulang secara bodoh apa yang dikemukakan klien. Refleksi seperti
ini pada umumnya lebih banyak ditolak dari pada diterima.
Ki
: saya selalu saja memikirkan obat karena ayah saya selalu memerintah kami semua
anak tentang apa yang harus kami lakukan.
Ko
: kamu selalu memikirkan karena ayah memerintahkan kamu dan kakakmu tentang apa
yang harus kamu lakukan.
Konselor yang menggunakan tehknik ini jika pertemuan pertama
telah lebih dari lima
menit. Konselor yang memiliki pengetahuan dalam tehknik refleksi mungkin akan
merefleksi seperti berikut:
Ko
: kamu ingin pergi dari dia semenjak kamu tidak pernah disetujuinya.
Hal ini suatu usaha dari konselor untuk mengungkapkan agar
klien mengekspersikan perasaannya yang terpendam. Konselor tidak menilai
kata-kata dari klien tetapi menilai ekspresi dari perasaannya.
e.
Kedalamam
Konselor bisa gagal merespon dan tidak memberikan refleksi
secara akurat terhadap tingkat kedalaman ekspresi perasaan klien. Beberapa
konselor secara konsisten sangat dangkal melakukan refleksi. Sementara konselor
yang lain secara konsisten memberikan refleksi dan interpretasi sangat
mengalam, contohnya:
Ki
: Saya ingin menjadi insinyur, tetapi saya tidak dapat memacu diri saya selama
empat tahun tanpa dirinya….saya tidak bisa melakukannya…….
Ko
: Kamu juga ingin menjadi insinyur tetapi kamu ingin menikah, atau…
Ko
: Kamu tidak bisa hidup tanpa dirinya selama 4 tahu
Refleksi ini lebih mendalam dan mungkin bisa menjadi semacam
penolakan atau merubah diri klien.
f.
Makna/ arti
Penting bahwa konselor tidak menambah atau mengurangi arti
dari pernyataan klien, seperti ilusrtasi berikut:
Ki
: saya hanya tidak bisa melihat diri saya sebagai tukang hitung yang duduk
dibelakang meja setiap hari.
Ko
: kamu tidak berfikir bahwa kamu menyenangi ide untuk memiliki pemasukan yang
seimbang dan membuat laporan keuntungan dan kerugian setiap hari.
Hal ini jelas bahwa klien tidak
menyatakan secara keseluruhan apa yang direfleksi oleh konselor. Konselor tidak
banyak menambah arti pada pernyataan klien. Konselor bisa melakukan refleksi
dengan cara sebagai berikut: “kamu tidak menyukai bekerja di ruangan”.
Supaya
refleksi bisa akurat sebetulnya mudah, akan tetapi sering konselor merespon
menurut kerangka berfikir dia sendiri dari pada kerangka berfikir kliennya.
g.
Bahasa
Pengalaman dalam berbagai latihan konselor menunjukkan bahwa
konselor harus selalu menggunakan bahasa yang lebih banyak kecocokan dengan
situasi. Berikut ini contoh miskinnya bahasa yang digunakan konselor:
Ki : Saya merasa selalu dengan gadis-gadis,
saya tidak merasa berteman
Ko : Komplek inferiority sangat
aktif dalam hubungan heteroseksual
Kesalahan yang dibuat konselor
dalam refleksi ini adalah berlebihan dalam memberi interprestasi serta selalu
menonjolkan keilmuan, sehingga mengabaikan perasaan. Perlu ditekankan refleksi
haruslah akurat. Nilai keakuratan masih mendukung melanjutkan pembicaraan jika
klien mau menerima bahwa konselor berusaha menerima dirinya. Sebagai contoh
konselor mungkin berkata: “jadi kamu marah ayahmu melakukan hal ini?” klien
merespon “oh tidak saya mengaguminya untuk itu”. Sementara ketidak akuratan
dari tinjauan klien nilainya masih efektif selama klien merasa didorong untuk
mengklasifikasikasi perasaannya dan membetulkan konselor. Efeknya yang lebih
jauh adalah eksplorasi diri.
7. Tipe-tipe Refleksi
Ada 3 tipe refleksi yaitu:
a.
Refleksi segera
Suatu refleksi dengan segera mengulang kembali pernyataan klien setelah
klien mengungkapkannya.
b.
Refleksi kesimpulan
Hal ini adalah wilayah keseluruhan perasaan. Metode refleksi kesimpulan
dinyatakan dalam gambar di bawah ini:
Ki R Ki R Ki R
Refleksi
Kesimpulan
Jadi refleksi kesimpulan mengumpulkan secara keseluruhan beberapa
pernyataan perasaan yang dikemukakan klien sebelumnya.
c.
Refleksi terminal
Tehknik menyimpulkan aspek-aspek penting dari konseling yang telah
berlangsung beberapa waktu. Terminal refleksi mungkin juga memasukan kesimpulan
isi terhadap konseling yang sedang berlangsung.
8. Alasan-alasan efektifitas
refleksi
Alasan-alasan efektifitas refleksi yaitu:
a.
Refleksi membantu individu untuk
mengerti dan memahami perasaannya
b.
Refleksi membantu membahas masalah
yang berkaitan dengan neurotik
c.
Refleksi menekankan pada klien
inferensi bahwa perasaan-perasaan itu yang menjadi penyebab suatu tingkah laku
d.
Refleksi menumbuhkan rasa tanggung
jawab individu pada diri sendiri
e.
Refleksi pantas diberikan kepada
klien yang mempunyai kekuatan untuk memilih perasaan
f.
Refleksi mengklasifikasikan
pemikiran klien, sehingga bisa melihat keadaan lebih objektif
g.
Refleksi membantu klien untuk
melatih mereka mendalami motif.
TEHKNIK PENERIMAAN
1. Dasar dan tehknik
penerimaan
Ada
suatu tehknik yang sederhana tentang respon dengan menggunakan kalimat pendek
seperi mm…ya….. terus…., dengan menampilkan sikap memperhatikan dan penerimaan.
Hal ini digunakan secara penuh pada tahap awal konseling agar klien dengan
sepuas hati menceritakan segala sesuatunya yang seringkali tanpa disertai
dengan perasaan.
Tehknik penerimaan juga ada pada tahap akhir pada waktu klien mendalami
perasaan mereka dan menggambarkan perasaannya. Suatu pembicaraan sederhana dari
sikap penerimaan konselor adalah terus …..aman….. kamu tidak perlu malu apa
yang benar-benar kamu rasakan. Penilaian dari pernyataan itu: oh begitu….atau
hmm..hmm. hal itu akan mendorong diskusi dan mengembangkan ide sehingga proses
konseling menjadi lancar.
2. Unsur dan tehknik
penerimaan
Ada 4 unsur yang diamati dalam penerimaan
yaitu:
a.
Tingkah laku yang penuh perhatian
secara luas diartikan dengan kontak mata
b.
Ekspresi wajah dan penampilan
konselor
c.
Tekanan suara konselor
d.
Jarak dan postur tubuh
Tehknik Penstrukturan
1. Dasar dan Nilai
Penstrukturan
Tehknik penstrukturan adalah suatu tehknik dimana konselor menjelaskan
tentang dasar, kondisi, batas dan tujuan dari proses konseling.
Ada 3
elemen dari penstrukturan:
a.
Dinyatakan tentang beberapa
pengetahuan, peranan konselor, secara otomatis batas umum tentang peranan
klien.
b.
Penstrukturan resmi, konselor
menggunakan kalimat secara penuh untuk menjelaskan batas proses konseling
c.
Unsure kontak yang diuraikan pada
bab terakhir
Terapeutik
memberikan batasan sebagai berikut:
1)
Pembatasan harus diberikan
bersifat minimal, mempunyai kecocokan dengan pertimbangan klien dan terapi
2)
Batasan yang diberikan tidak
bersifat menghukum
3)
Batasan dalam bentuk penilaian
yang baik dengan memperhatikan berbagai hal
4)
Batasan harus dstruktur pada waktu
yang pantas, penstrukturan yang terlalu cepat dan kaku bisa menganggu hubungan.
2. Bahaya penstrukturan yang
tidak beres
Proses terapeutik adalah suatu miniature kondisi social dimana individu
bisa menggunakan kebebasan mereka, akan tetapi mereka harus mendapatkan dorongan
batas-batas dari kebebasan tersebut. Konselor yang berbuat kesalahan dalam
penstrukturan bisa tidak disukai oleh banyak klien yan sama sekali tidak
menganal apa itu konseling.
Curren memberikan tekanan, seseorang yang bingung pada awal wawancara
adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab dalam dirinya minimal memiliki
rasa takut, rasa tidak aman, dll. Kesalahan yang terus menerus dilakukan
konselor dalam penstrukturan menyebabkan klien tergantung pada konselor yang
akan berlanjut sampai wawancara.
3. Bentuk-bentuk
penstrukturan dan kontak
Baru-baru ini telah membahas penstrukturan sebagai
tehknik untuk menjelaskan batas-batas dan isi dari proses konseling. Metode
penstrukturan dilanjutkan dengan kontrak, dimana adanya suatu persetujuan
bagaimana dan kapan tujuan konseling dilaksanakan.
a.
Kontrak
Kontrak
untuk menguraikan persetujuan penstrukturan. Beberapa kontrak yang secara
khusus dilakukan untuk klien yang muda, mempunyai ciri-ciri yang resmi. Secara
istemewa digariskan tentang tanggung jawab, bonus atau sangsi, bagaimana dan
siapa yang memonitor.
Kontrak
mempunyai cirri khusus bahwa mengetahui secara pasti tetang apa yang diharapkan
dari mereka, pengertian dan kesanggupan dari klien untuk melakukan hasil
konseling. Suatu kontrak kerja bisa lebih efektif ketika klien untuk
menghilangkan tingkah laku yang khusus, seperti merokok dan pantang makan.
Kunci
penting dari suatu bentuk kontrak adalah jika konselor mengetahui kapan dia
atau klien bisa berhasil, bahwa ketika klien mencapai tujuan sebagaimana yang
mereka setujui. Kontrak dititik beratkan pada suatu harapan.
b.
Batasan Waktu
Batasan
waktu adalah suatu hal yang sangat penting di sekolah atau tempat pelayanan
konseling lainnya, dalam hal ini hanya suatu batas antara waktu yang diberikan
untuk setiap wawancara. Konselor menerangkan pada awal wawancara berapa banyak
waktu yang akan terpakai. Kita menyarankan kapan batas waktu yang dikemukakan.
Jika klien selama proses terapi berusaha sebanyak mungkin menggunakan waktu.
Disarankan 5 atau 10 menit wawancara berlangsung kita menyampaikan “We have forty five minute let’s see what we
can accomplish”.
Konselor
dalam hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa kali
kegiatan. Konselor berhati-hati mengatakan hal itu, apalagi tidak ada komitmen
yang bisa dibuat sebagai suatu cara yang khusus. Contoh seorang konselor
mungkin mengatakan “biasanya kita secara bersama memaki waktu untuk melakukan
tes dan menyimpan data lainnya. Kemudian kita memerlukan beberapa kali kegiatan
untuk membantu anda untuk merencanakan kegiatan khusus secara keseluruhan. Hal
ini, memakan waktu sebanyak 4-5 jam
untuk mencapai tujuan kita”.
Dalam
kasus yang lebih banyak bersifat emosional konselor mungkin merasa bahwa mereka
tidak ingin membuat komitmen untuk suatu bimbingan terapi yang panjang.
Penstrukturan mungkin bisa membantu mengatasi kesalahpahaman dengan klien.
c.
Pembatasan kegiatan
Ada
juga suatu bentuk pembatasan kegiatan, konselor tidak menyatakan secara verbal,
sesuatu yang mustahil, tidak fair, dan merupakan suatu kebodohan akan tetapi
perasaan bisa tidak mungkin mengarahkan pernyataan dalam bentuk kegiatan.
d.
Aturan pembatasan
Dalam
pendidikan industri, agama dan medis kita menemukan konselor mempunyai dua
peranan yaitu guru-konselor, supervisor-konselor, administrastor-konselor,
kepala-konselor, dokter-konselor. Hal ini berarti bahwa orang ini mempunyai
otoritas hidup diri klien.
Seorang
kepala mengkonselingi seseorang yang tidak bisa memberlakukan seseorang itu
seperti yang dia inginkan dalam bekerja. Seoran guru tidak bisa mengizinkan
seorang siswa untuk menolak pekerjaan di dalam kelas. Batasan ini ditemukan
pada orang yang memiliki dua peranan.
e.
Prosedur dan proses pembatasan
Konseling
bisa berhasil jika klien bisa menerima dasar-dasar dari proses yang utama sekali
pokok dari wawancara. Ada
beberapa hal yang penting mereka ketahui agar proses bisa dimanfaatkan secara
efektif. Igham dan Love (1954) menyarankan 6 proses dasar yang penting
disampaikan kepada klien pada awal penstrukturan.
1.
……bahwa adalah suatu hal yang
pantas dan baik untuk meneliti diri kita sendiri. Dengan mengungkapkan masalah
mereka dengan lebih cepat akan membawa kesenangan bagi diri mereka.
2.
……lebih baik menyelidiki dari pada
menyalahkan pendapat. Konselor menekankan dia berusaha untuk mengerti klien.
3.
…..untuk menilai emosi sebagai
suatu hal yang penting, ditekankan disini emosi dan kebebasan mereka yang
menyampaikan adalah kenyataan yang penting bukan merupakan suatu kelemahan.
4.
…..secara relative komplit bebas
mengemukakan ide.
5.
…..gunakan penelitian masa lalu
untuk mengembangkan pemahaman terhadap kejadian sekarang.
6.
….suatu seri dari proses yang
penting adalah tentang pandangan klien tentang dunianya sekarang adalah sering
dijelaskan dalam penstrukturan.
f.
Nilai proses penstrukturan
Perlu
ditekankan untuk hal di atas dibutuhkan penjelasan proses nilai yang tidak
dilakukan secara eksplisit. Klien mempunyai perbedaan kebutuhan untuk
memperoleh penjelasan bagaimana proses konseling yang sebenarnya. Secara umum
konselor membiarkan klien menyampaikan tentang topik yang mereka miliki.
Konselor memulai kegiatan konseling dari hal yang diketahui klien dna membawa
mereka memasuki hal yang penting dalam proses konseling.
Pentingnya
penggunaan penstrukturan adalah berarti menguraikan proses keadaan yang
meragukan pada pemberian nasehat. Pentingnya penggunaan penstrukturan untuk
menyatakan kepada klien filosofi dari metode konseling.
4. Batasan Penstrukturan
Prinsip pokok dari penstrukturan adalah untuk melanjutkan proses. Bagi
beberapa klien yang membutuhkan lebih banyak penjelasan perlu diberikan
penstrukturan resmi lebih awal, sementara untuk model yang lain penstrukturan
dilakukan bila diperlukan saja.
TEHKNIK LEADING
1. Prinsip umum dan nilai
dari lead
Istilah leading digunakan dalam dua arti. Penggunaan
pertama merujuk kepada keleluasaan konselor di depan dan di belakang pemikiran
klien, dan meningkatkan peranan konselor untuk mengarahkan pemikiran atau
mendorong klien kedalam ucapan konselor (Charness: 1949).
Nilai dari leading adalah supaya konselor menaham atau
mendelegasikan sejumalah tanggung jawab untuk membicarakan konselor-klien dan
untuk lebih membangkitkan respon klien.
2. Menggunakan lead
Ada tiga
fungsi dari leading yang dianjurkan. Sautu prinsip pada lead adalah klien mampu
bertoleran pada tingkat kesanggupan dan pengertian. Materi lama yang cukup
harus disebut untuk membentuk jalan pengertian pada ide baru berikutnya.
Robinson (1950) menggunakan analogi jenjang untuk menunjukkan bahwa konselor
tidak lebih dari perjalanan masa depan klien. Dengan cara yang sama lead yang
terlalu kecil dapat menggunakan intervieu.
TEHNIK REASURANCE DAN SUGESTI
1. Nature and Value of
reassurance
Salah satu tehknik hubungan yang luas penggunaannya untuk memberikan
dorongan adalah reassurance (penentraman hati). Penentraman hati secara
esensial adalah bentuk ganjaran yang efeknya memperkuat perilaku dan membangun
ganjaran yang akan datang. Konselor secara langsung menyarankan bahwa “anda
adalah seorang yang sanggup, anda konsisten”, anda pantas”, “anda dapat berorganisasi”.
Nilai penentraman hati yang kedua berarti cara-cara untuk mengurangi
kegelisahan dan ketidaknyamanan secara langsung. Nilai penentram hati yang
ketiga adalah memperkuat pola perilaku yang baru.
2. Menggunakan metode
reassurance
Persetujuan
atau ucapan dengan diam-diam adalah salah satu dari penerimaan hati. Tujuan
yang demikian adalah untuk memberikan rasa aman berkenaan dengan ide-ide atau
perasaan-perasaan yang diekspresikan. Persetujuan yang diucapkan klien cendrung
untuk lebih memperkuat hal itu, sebagai contoh:
Ci: kelihatannya
orang marah kalau dikritik atau dengan mengatakan mereka salah
C : memang benar
itu juga observasi yang menarik dan peran yang baik tentang kepribadian.
Tehknik
ini memerlukan dukungan, kalau tidak berbahaya, karena klien merasa posisinya
tidak berubah tanpa kesalahan. Jadi tehknik persetujuan cendrung untuk orang
yang nasibnya akibat cara berfikir yang kaku.
3. Penggunaan Metode Sugesti
(usul/ saran)
Saran
/ usul adalah alat penyokong yang sangat baik dugunkan dalam konteks menolong
hubungan. Kita belum mengenal saran/ usul yang diberikan dalam cara-cara halus
dalam setiap waktu. Ketika konselor memberikan saran atau usulan, disesuaikan
dengan kondisi klien, yang tujuannya adalah untuk mengajar klien lebih kreatif,
sehingga mereka dapat melakukan self suggestion atau auto suggestion terhadap
inisiatifnya. Metoda sarana terkenal potensial untuk menolong klien agar
berfungsi pada tingkat keefektifan dan kesenangan (Barber, Spanos and Chaves:
1976).
4. Keterbatasan dan
perhatian
Keterbatasan
reassurance disebutkan dalam paragraph berikut dengan memperkenalkan kepada
siswa fakta-fakta reassurance adalah pedang bermata dua dalam banyak cara. Ia
dapat menolong bila digunakan sebagaimana mestinya dan sangat mengganggu bila
digunakan sembarangan. Reassurance adalah tehknik yang mudah mendapatkan
kritikan. Reassurance digunakan secara sederhana dalam pendekatan yang segala
sesuatu akan keluar dengan meyakinkan. Reassurance dapat diinterprestasikan
oleh orang bermacam-macam gangguan, seperti simpati yang dibuat-buat dan
bermuka dua, reassurance mempunyai pertanggungjawaban untuk memperkembangkan
hubungan klien dengan konselor.
KETERAMPILAN UNTUK MENGAKHIRI KONSELING
1. Mengakhiri unit sebuah
diskusi
Sebuah unit diskusi dapat ditutup dengen refleksi ringkas yang
digambarkan pertama, dimana konselor bersama-sama dalam keadaan bingun terhadap
beberapa ide yang berhubungan. Keuntungan dari ringkasan ini adalah untuk
memberikan rasa mengakhiri dan kemajuan terhadap klien. Kemudian secara umum
klien beralih ketopik yang lain.
2. Mengakhiri Intervieu
Literatur
konseling sedikit sekali membahas cara yang alami mengakhiri konseling. Pada
awalnya konselor melaporkan kesulitan mereka dalam mengakhiri konseling.
Berikut ini beberapa cara untuk mengakhiri konseling yang lebih jujur dan
alami:
a.
Merujuk pada waktu
b.
Menyimpulkan