Pengantar
Konseling sebagai profesi dalam
kenyataannya berkembang luas di Amerika, lebih daripada di negara-negara lain.
Lingkungan hidup dengan corak kehidupan masyarakatnya, memungkinkan kegiatan konsleing
mendapat tempat yang baik, ibarat benih yang tumbuh di lahan yang subur,
bersemi dan tumbuh dengan subur sampai sekarang.
Kegiatan konseling pada hakikatnya
banyak dilakukan di mana-mana, baik secara resmi sesuai dengan jabatannya dan
Lembaga atau Badan yang menyelenggarakan, maupun secara tidak resmi bahkan seringkali
secara tidak disadari. Seseorang yang dilandasi keinginan untuk membantu orang
lain, sebenarnya telah melakukan sesuatu yang identik dengan melakukan atau
memberikan konseling. Konseling diakui sebagai salah satu bantuan professional
yang bisa diberikan dalam bidang Pekerjaan dan Kesejahteraan Sosial, (Social Work dan Social Welfare), Pendidikan, Psikologi Klinis – Konseling Psikiatri
dan Kesehatan Masyarakat. Pengertian bantuan dapat menimbulkan berbagai
intepretasi karena banyak ragam/ jenisnya; antara lain bantuan non professional
(seperti bantuan sesaat, bantuan yang berdasar pada belas kasih atau kasih
sayang, bantuan materi, bantuan tenaga, bantuan moril, bantuan nasihat), dan bantuan
professional dengan teknik konseling. Bantuan professional akan diberikan oleh
tenaga professional karena individu merasakan dan dalam kenyataannya memang
membutuhkan bantuan dari orang lain, karena tidak mampu atau tidak berdaya
mengatasinya sendiri. Dalam cakupan bantuan inilah konseling diberikan
sebagai layanan bantuan yang bersifat profesional. Pengertian profesional
mengacu pada adanya dasar latihan yang cukup untuk bisa melakukan kegiatan
berulang-ulang dengan menetapkan metode dan teknik tertentu. Artinya menjadi
kegiatan dan pekerjaan sehari-hari. Disamping konseling, teknik lain yang dapat
dimanfaatkan dalam memberikan bantuan kepada individu adalah psikoterapi.
Fungsi dari bantuan melalui konseling
dan psikoterapi memberikan tantangan yang besar, penghargaan dan kesempatan
bagi mereka yang berminat pada pekerjaan membantu pengembangan manusia/
individu. Bantuan
dapat diartikan sebagai usaha dalam menyediakan kondisi-kondisi/ keadaan dimana
individu dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman, cinta dan rasa hormat,
penerimaan diri, menentukan tindakan, dan pertumbuhan aktualisasi diri; bantuan
juga dapat bermakna sebagai usaha menyediakan sumber dan keterampilan yang
memungkinkan bagi individu untuk dapat “membantu” dirinya sendiri.
Para pemberi bantuan professional
tidak hanya menghindari “menipu diri” mereka sendiri bahwa mereka menganggap
dapat melakukan segala hal untuk semua orang, namun mereka juga mampu menyadari
keterbatasan diri. Mereka dapat melihat kapan bantuan dapat diberikan dan kapan
klien harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri akan rasa cinta, kekuatan, atau
penghargaan. Reward/ penghargaan bagi
konselor atas usaha yang telah dilakukannya dalam membantu klien adalah klien
mampu menjadi dirinya sendiri, menyadari potensi-potensi yang belum tergali,
dan pada fungsi level yang paling tinggi, klien mampu menjalani kehidupan
efektifnya.
Psikologi Teraputik
Psikologi teraputik merupakan kegiatan penyembuhan. Termasuk
semua kegiatan yang termasuk dalam fungsi pemberian bantuan. Psikologi konseling tergabung dalam konseling
tradisional, penilaian pendidikan, industri, kesehatan mental, dan rehabilitasi
dengan memfokuskan pada pencapaian aktualisasi diri dan peningkatan keefektifan
individu. Psikologi sekolah merupakan bagian dari penerapan psikologi di mana konseling
dan psikoterapi digunakan secara luas. Dewasa ini psikiatri memberikan
kontribusi/ sumbangan yang besar terhadap konsep dan teknik yang digunakan
dalam proses pemberian bantuan. Lapangan pekerjaan sosial juga memberikan
warisan kekayaan penyelidikan kasus dan keterampilan wawancara. Konseling
pastoral dengan pemimpinnya/ pendeta berada dalam wilayah pemberian bantan
tradisional yang banyak memberikan sumbangan teraputik dalam upaya pemurnian
nilai dan pemilihan gaya hidup. Psikologi komunitas adalah salah satu bidang
yang sedang mengalami peningkatan yang pada pelaksanaannya juga menerapkan
metode konseling dan psikoterapi pada berbagai setting lembaga (institusi) seperti klinik, penjara, panti jompo, dan
pusat rehabilitasi bagi pengguna narkoba
Hubungan psikologi teraputik dengan profesi bantuan lainnya,
dapat digambarkan berikut ini:
Gambar 1: Hubungan antara Psikologi Teraputik dengan Profesi Bantuan
Gambar 1, menggambarkan kontibusi/ peranan psikologi
terapeutik terhadap beberapa disiplin ilmu yang saling terkait satu dengan yang
lainnya. Bahwa psikologi teraputik dapat diterapkan di berbagai setting kehidupan sehingga seringkali
menimbulkan overlaps/ tumpang tindih. Dalam pelaksanaannya psikologi teraputik
dapat melandasi psikologi sekolah, pekerjaan psikiatri, konseling sekolah,
psikologi konseling (sekolah, lembaga, rumah sakit dan lembaga industri),
klinis dan komunitas psikologis (praktek pribadi).
Lapangan konseling dan psikoterapi
dalam kerangka kerja Psikologi terapi, digambarkan sebagai berikut:
Konseling Psikoterapi
Pendidikan Bantuan/
sokongan
Bantuan/ Sokongan Lebih
Fokus
Situasional Rekonstruktif
Pemecahan Masalah Mendalam
Kesadaran yang Disadari Analisis
Orang Normal Masa
Lalu
Kekinian “Neurotik”
Gambar 2: Bidang kerja Konseling dan Psikoterapi dalam kerangka kerja
Psikologi Teraputik
Blos (1946) dan Pepinsky and Pepinsky
(1954) mengemukakan bahwa konseling berhubungan secara relative dengan kasus/
masalah yang “tidak berat”, yaitu individu yang tidak mengalami permasalahan
neurotik berat, namun yang menjadi fokus adalah individu yang menjadi korban/
akibat dari tekanan lingkungan. Thorne (1950), seorang ahli psikologi dan
psikiatris, mendeskripsikan konseling sebagai sebuah tipe/ jenis dari
psikoterapi yang sesuai untuk masalah-masalah individu normal. Robinson (1950)
menyumbang sebuah konsep yang berguna untuk definisi konseling, ia
menggambarkan konseling sebagai proses membantu orang normal untuk mencapai
level tertinggi dalam ketrampilan penyesuaian diri. Dalam hal ini perubahan
dimanifestasikan sebagai peningkatan kedewasaan, tidak tergantung pada orang
lain, integrasi pribadi, dan tanggung jawab. Ungkapan peningkatan keefektifan
manusia sering digunakan untuk menggambarkan tujuan konseling.
Sulit mendefinisikan konseling dalam
suatu pengertian yang menyeluruh. Gustald (1957) menyususn suatu definisi
dengan tiga kategori,yaitu: partisipan,
umumnya memiliki dua peran professional dan dengan aturan professional yang
spesifik, seperti guru, pemuka agama, atau ahli psikologi; tujuan, dalam kerangka peningkatan penyesuaian peranan yang lebih
tinggi; dan pembelajaran, seperti
peningkatan kecakapan kemampuan sosial. Psikoterapi lebih memfokuskan pada re-edukasi
individual. Psikoterapi ditekankan pada intesitas dan perhatian untuk
meringankan masalah yang sangat berat dalam kehidupan individu.
Kecenderungan I:
Akuntabilitas dan Kompetensi
Pada umumnya istilah akuntabilitas
menunjukkan/ meliputi pada pemberi bantuan professional, kien, dan lembaga yang
berkaitan dengan tanggng jawab dan produktivitas. Konselor mengakui kebutuhan
dalam berusaha/ berjuang untuk meningkatkan kompetensi/ kemampuan, mengharapkan
evaluasi hasil, dan keefektifan pembiayaan. Psikologi teraputik telah mengakar
diberbagai disiplin ilmu, untuk itu diperlukan pelatihan dalam meningkatkan
kompetensi para pemberi bantuan sehingga mereka tidak tampil dengan hanya kompetensi
minimal namun sungguh-sungguh menguasai bidang keahliannya.
1.
Psikologi Konseling
Psikologi
konseling merupakan perpaduan yang saling berhubungan dari beberapa trend/
kecenderungan yang mendirikan/ membangun bimbingan, kesehatan mental, pekerjaan
sosial, dan pengembangan psikoterapi. Para ahli konseling memiliki asumsi bahwa
individu yang memiliki masalah memerlukan bantuan (konseling), titik utama/
fokus bukan pada masalahnya. Psikologi konseling merupakan perpaduan/
penggabungan antara bimbingan, kesehatan mental, psikometri, kerja sosial dan
psikoterapi. Psikologi konseling mengaplikasikan pendekatan yang terbuka dan
fleksibel untuk memberikan bantuan dalam setting
yang bervariasi dengan penekanan/ fokus utama pada upaya peningkatan fungsi dan
keterampilan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan permasalahan
sehari-hari. The 1964 Greyston Conference (1964), para ahli ilmu jiwa tertarik
pada status konselor pendidikan dan mempersiapkan masa depan dari psikologi
konseling tersebut.
2.
Psikologi Klinis
Klinikal
psikologi berkembang dengan pesat sejak tahun 1912 sampai dengan tahun 1930 dengan memanfaatkan tes intelegensi. Psikologi
klinik dan psikologi sosial biasanya dimulai dengan metode studi kasus,
instrument penelitian, dan teknik wawancara psikoteraputik. Lembaga institusi
untuk konseling dan terapi menentukan perbedaan antara konselor dan terapis. As
Williamson (1947) memberikan pendapatnya bahwa konseling teraputik memberikan
tempat yang normal/ natural dalam situasi pendidikan dimana sekolah diasumsikan
dapat memberikan fungsi sosial untuk belajar dan pengembangan kepribadian.
Psikologi klinik, bagaimanapun berdiri melalui rumah sakit, klinik pengembangan
dan praktek pribadi.
3.
Psikiatrik Pekerjaan
Sosial
Para
pekerja sosial, pada umumnya harus menyelesaikan dua tahun program pendidikan,
termasuk harus menyelesaikan satu tahun mengawasi lembaga yang bergerak
dibidang sosial untuk dapat menjadi ahli dalam pekerjaan sosial. Para pekerja
sosial dapat bekerja pada klinik psikologi, tim peduli kesehatan, atau bahkan
dapat membuka praktek pribadi.
4.
Konseling di Sekolah
Dalam
pelaksanaan konseling sekolah, jenjang layanan menjadi hal yang penting. Secara
umum tingkatan pelayanan pada konseling sekolah dapat diidentifikasi dalam tiga
perbedaan yang mendasar, yaitu pemberian latihan, kompetensi dan proses
konseling. Fungsi dari level/ tingkatan layanan tidak membedakan status pemberi
layanan. Pada level pertama dari konseling pendidikan, banyak didasarkan pada
mengajar dan dapat melayani melalui perencanaan pengajaran yang akan diberikan pada
siswa. Konselor pada tingkat ini banyak memberikan informasi dan saran pada
siswa. Konselor ini sering disebut sebagai “penasihat”. Pada level kedua,
konselor sekolah, memberikan pelayanan pada area perencanaan vokasional,
informasi jabatan, dan masalah-masalah lain yang lebih berkaitan dengan
emosional. Sementara pada level ke tiga adalah konselor (ahli psikologi
konseling/ psikologi klinis) yang banyak memberikan layanan berkaitan dengan
gangguan psikologis/ kejiwaan meskipun bekerja pada setting pendidikan.
5.
Perawatan Psikososial
Wilayah/
area pelayanan dari perawatan psikososial terfokus pada individu dengan
penyakit termin/ kritis dan kematian, manajemen stress, perubahan/ perbaikan
gaya hidup, konseling keluarga, dan bidang keahlian praktik konseling pribadi.
6.
Konseling Pastoral
Layanan
konseling pastoral banyak diberikan oleh gereja melalui pemuka agamanya/
pendeta kepada komunitasnya (anggota gereja tersebut) secara khusus. Fokus
pelayanannya adalah pada permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan,
perceraian, masalah ditinggal pasangan/ menjanda/ menduda, penyalahgunaan
obat-obatan terlarang, dan masalah keluarga lainnya.
7.
Konseling Keluarga dan
Perkawinan
Pada
umumnya konseling dan klinik-klinik psikologi bekerja pada pasangan dan secara
spesifik pada keluarga, para konselor yang memberikan pelayanan pada keluarga
dan perkawinan. Mereka (para konselor keluarga dan perkawinan) memiliki organisasi
professional, menerbitkan jurnal, dan harus memiliki lisensi dari negara
California. Pembahasan mengenai konseling keluarga dan perkawinan akan dibahas
lebih mendalam pada bagian/ bab 12.
8.
Konseling Penempatan
dan Rehabilitasi
Dengan tekanan dari warganegara dalam
mengatasi permasalah keterbatasan (fisik & mental) dan mereka yang mempunyai
hak-hak istimewa , konseling telah berfungsi menjadi pusat pelayanan bantuan.
Konselor dengan spesifikasi rehabilitasi, memberikan pelayanan di kantor/
lembaga rehabilitasi, rumah sakit dan lembaga pribadi (praktek pibadi) untuk
membantu individu dengan keterbatasan (cacat) fisik maupun psikologis. Para
konselor memberikan bantuan untuk meningkatkan aspek mental, sosial, dan
keterbatasan ekonomi klien.
Kecenderungan II:
Profesinalisasi dan Deprofesionalisasi
Karakteristik dari profesi yang akan didiskusikan adalah
sebagai berikut: 1) bermanfaat secara sosial; 2) memerlukan keahlian dan
prosedur; 3) mempunyai jenjang dan standar pelatihan; 4) memiliki organisasi
dan jurnal professional yang didedikasikan untuk kemajuan profesi dan fondasi/
landasan keilmuannya; 5) adanya perencanaan program penelitian; 6) sertifikasi
dan lisensi; 7) memiliki kode etik; 8) hubungan kerja dengan profesi lain; 9)
kebebasan profesi.
1.
Manfaat Pelayanan
Sosial
\
Pertama,
yang utama dan sangat penting dari manfaat konseling psikoteraputik bahwa
layanan bantuan tersebut sangat dimanfaatkan untuk membantu individu dengan
masalah (individu yang sedang mengalami permasalahan). Permintaan akan bantuan
ahli telah dimulai semenjak pecah perang dunia II. Lembaga pernikahan, klinik
kesehatan mental dan pusat rehabilitasi, seperti halnya sekolah dan pusat
pendidikan konseling, tidak hanya memenuhi permintaan akan layanan namun juga
klien telah merasa puas/ berhasil, karena layanan yang efektif dari bantuan
yang telah mereka peroleh dalam menentukan tujuan dari mereka (klien). Fungsi sosial
(kedua) lainnya dari layanan konseling teraputik adalah menemukan dan
mengembangkan talenta/ potensi individu. Potensi ini dikembangkan pada semua
bagian pada struktur sosial. Fungsi khusus dari konseling adalah menemukan
potensi, menjawab kebutuhan dan kesempatan akan pendidikan. Manfaat ketiga dari
konseling psikoteputik dan contoh lain dari konsep pengembangan potensi manusia
adalah berkaitan dengan ketahanan sosial. Konseling sangat memperhatkan nilai
social dan issue lingkungan yang sedang berkembang
2.
Keterampilan dan
Prosedur
Profesional
diasumsikan sebagai dimilikinya pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
dikuasainya keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut sehingga dapat
diterapkan dalam praktik. Teknik dan prosedur dari konseling dan psikoterapi
telah teruji valid. Bahwa dibutuhkan keterampilan dalam menjalankan prosedur
pemberian layanan sehingga dapat menjawab kebutuhan klien akan layanan bantuan
dalam upaya pemecahan permasalahannya.
3.
Jenjang dan Standar
Pelatihan untuk Pelayanan Psikologis
Sebelum
konselor terjun kelapangan untuk menjalankan tugasnya memberikan layanan
bantuan, diperlukan jenjang dan standar tertentu yang harus ditempuhnya dalam
lembaga pendidikan yang terkait. Pendidikan dasar bagi calon konselor/ pelayan
psikologis, terkait dengan penguasaan materi psikologi umum, metode eksperimen,
statistik, pengukuran, perkembangan manusia, psikolofi dan psikologi sosial,
teori kepribadian, dan masalah-masalah perilaku. Dua organisasi yang
mendedikasikan pada pemberian latihan bagi calon pemberi bantuan adalah The American Psycological Association
dan The American Personel and Guaidence
Assosiation.
4.
Organisasi Profesi dan
Publikasi
Kriteri
lainnya dari profesi agar tetap bertahan adalah publikasi dan dedikasi dalam
ilmu dan praktik professional. Organisasi profesi merupakan wadah/ tempat para
anggotanya untuk mengembangkan ilmu, keterampilan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan profesinya. Di Amerika Serikat, American Personel and Guidance adalah organisasi profesi yang
dimaksudkan untuk memajukan/ mengembangkan pelayanan konseling, terutama pada
institusi pendidikan dan rehabilitasi. Banyak jurnal telah diterbitkan untuk
mengembangkan profesi konselor dan psikoterapis.
5.
Berorientasi pada
Penelitian
Sebagai
bagian dari ilmu psikologi yang termilang muda, penelitian menjadi bagian yang
penting dalam menemukan prosedur baru, mengembangkan teknik, dan menjembatani
kontradiksi dan keraguan teori. Pada program sarjana, diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk melakukan penelitian mengenai teknik atau apapun juga yang
berkaitan denga aktivitas pemberian layanan.
Penelitian-penelitian yang terus dikembangkan akan menghasilkan
keanekaragaman, konsep, teknik yang niscayanya membawa pengembangan bagi
profesi konseling.
6.
Sertifikasi dan Lisensi
Profesi
menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang
memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya. Sertifikasi adalah sebuah dokumen
yang membuktikan prestasi yang diakui oleh publik. Sementara itu lisensi adalah
izin untuk melakukan praktik, sebagai contoh sertifikasi dan lisensi untuk
melakukan praktik psikologi hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Di Amerika Serikat, American Broad of
Profesional Psychology mengeluarkan pendidikan diploma untuk empat bidang
yaitu: klinik, industry, konseling, dan psikologi sekolah. Di Amerika Serikat
lisensi untuk dapat membuka praktik dikeluarkan oleh pemerintah.
7.
Kode Etik
Organisasi
profesi memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi
mereka yang melanggar aturan. Dalam perkembangannya kode etik terus
dikembangkan dengan berbagai penyesuaian sehingga tetap mampu menjawab
perkembanga zaman.
8.
Hubungan Kerja dengan
Profesi Lainnya
Profesi
psikologi memiliki keterbukaan untuk berkolaborasi/ bekerjasama dengan disiplin
ilmu dari profesi lainnya dalam rangka mencapai yang terbaik bagi klien. Bahwa
profesi psikologi juga membutuhkan aplikasi dari konsep yang dimiliki profesi
lain dan sebaliknya bahwa konsep psikologi dapat berperan dalam bidang profesi
lainnya.
9.
Kebebasan Profesional
Profesi
konseling dan psikoterapi selalu berupaya memenuhi prinsip professional,
seperti kebebasan menerima tanggung jawab dan melakukan cara-cara yang bijak.
Kebebasan profesi berkaitan dengan kesediaan profesi untuk menampilkan
kebutuhan layanan dan seluruh kompetensi yang dimiliki.
Kecenderungan III:
Faktor-faktor Kepribadian dan Latihan Keterampilan
Dalam beberapa dekade/ masa, literature konsleing terfokus
pada pribadi dari konsleor sebagai variable utama proses perubahan. Namun pada
beberapa waktu terakhir, lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku dan
keterampilan umum dalam memberikan bantuan. Penelitian dewasa ini dan usaha praktik
tampaknya mampu menemukan paduan yang tepat dari dua pendekatan dalam sikap dan
keterampilan konselor dalam memberiak layanan bantuan. Paradigma tersebut dapat dijelaskan melalui
tabel berikut ini:
Faktor Kepribadian Konselor
|
+
|
Keterampilan Konseling
|
=
|
Kondisi yg Dihasilkan
|
Hasil yg Diharapkan
|
Sifat
|
Untuk memahami
|
Kepercayaan
|
Untuk klien
|
||
Sikap
|
Untuk
menolong
|
Keterbukaan
|
Untuk
konselor
|
||
Nilai
|
Untuk melakukan
|
Kejujuran
|
Untuk lembaga
|
||
Untuk
masyarakat
|
Kecenderungan IV: Ilmu
Perilaku dan Metode Penelitian
Informasi yang berasal dari bidang
antropologi, teknologi komputer, psikologi perkembangan, gerontology, ekomoni,
rehabilitasi/ pemulihan, dan sosiologi dapat dimanfaatkan oleh konselor dan
terapis dalam memberikan layanan bantuan bagi individu yang sedang mengalami
permasalahan. Sebagai contoh, banyak sumber yang berasal dari Biro Statistik,
menyediakan materi/ konsep yang dapat dimanfaatkan oleh konselor sebagai
informasi untuk diberikan kepada klien yang sedang mengalami permasalahan
berkaitan dengan perencanaan karir klien. Studi perbadingan budaya mengenai
perilaku seksual, metode pola asuh anak, dan faktor-faktor penentu kepribadian.
Konteks budaya dalam konseling memberikan penekanan (Wrenn, 1958), sementara
itu perkembangan lebih awal dari konseling professional dan melepaskan
konseling dari tekanan dikembangkan oleh Ivey and Simek-Downing, oleh karena
itu konselor akan semakin efektif ketika berhadapan dengan klien yang berbeda
dari budaya yang dimiliki oleh konselor
Kecenderungan V: Terapi
Kelompok dan Pengembangan Potensi Individu
Upaya membangkitkan potensi manusia
termasuk berbagai aspek perkembangan manusia memiliki hubungan dengan konseling
dan terapi. Membangkitkan potensi ini termasuk berbagai metode kesadaran
sensori untuk membuat suatu kesadaran lahiriah/ badan. Corey (1981),
mengemukakan bahwa pusat dari pergerakan ini dimulai melalui metode dengan setting kelompok kecil yang diaplikasikan
pada bermacam-macam pengembangan manajerial, perawatan obat, dan terapi
keluarga. Latihan keterampilan untuk
kebutuhan khusus seperti latihan keluguan, latihan seksual, kepemimpinan,
pengasuhan dan manajemen konflik merupakan bagian dari pelatihan ini. Seringkali kelompok berfungsi sebagai
agen pengubah tingkah laku sebelum dilakukannya layanan bantuan. Di lain waktu
kelompok berfungsi sebagai pemberi/ sumber pengalaman bagi klien ketika
melakukan pembahasan dalam proses konseling. Dalam beberapa kasus,
kecenderungan ketertarikan pada konseling individual untuk mengetahui
perkembangan kelompok, sejak dimulainya kelompok tersebut dalam melatih
keterampilan dan waktu sampai anggota kelompok menjadi merasa sangat dekat satu
sama lain kemudian konselor merubah fasilitator keluarga, komunitas dan
kelompok kerja.
Kecenderungan VI: Menyatukan
Kerangka Teori
Kesadaran konselor terhadap tanggung
jawab sosial dan kesejahteraan klien, memaksa konselor untuk menjaga
keseimbangan yang sehat antara skeptisisme (keraguan) dan kepercayaan pada
metode yang digunakannya. Konseling telah dan terus dikembangkan sebagai sebuah
peran yang sangat berharga bagi para konselor. Sebagai seorang konsultan,
konselor diharapkan mampu menyediakan informasi secara spesifik dan mampu
menjembatani perubahan klien melalui metode tidak langsung, serta bertanggung
jawab untuk mengubah klien. Peran konsultan cukup besar dalam memberikan
layanan dengan kelompok keluarga dan organisasi yang peduli dengan kerjasama,
komunikasi, dan manajemen konflik. Hal yang membesarkan hati bahwa konselor
bergerak kearah penyatuan dalam berbagai pandangan teoritis konseling, dengan
tetap secara luas melakukan berbagai macam praktik konseling.
Kecenderungan VII:
Tujuan, Nilai-nilai, dan Membantu Diri Sendiri
Hal lain yang
nampak dalan diskusi mengenai konseling teraputik adalah pengembangan tujuan
dan maksud dari konseling itu sendiri. Perubahan ditekankan pada solusi
bagaimana klien mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya,
seperti pemilihan karir, melepaskan diri dari kecemasan, dan kemampuan untuk
memperjelas tujuan-tujuan hidup jangka panjang. Sebagai contoh, konselor
memberikan dukungan kepada klien dengan melatihkan kemampuan self direktif
sehingga klien mampu menghadapi masalahnya, dan akan menjadi bekal dalam
kemungkinan mengentaskan masalah yang akan muncul dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Brammer,
L.M., & Shostrom, E., Therapeutic
Psychology Fundamentals of Counseling and
Paychoterapy. New Jersey: Prentice-Hall, 1982.
Gunarsa,
S., Konseling dan Psikoterapi,
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000.