BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan atau yang sudah akrab
dengan istilah planning adalah satu dari fungsi manajemen yang sangat
penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu melekat pada kegiatan hidup
kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah rencana akan sangat
mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu pekerjaan yang
baik adalah yang direncanakan dan dilaksanaka sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Bagi sebuah
lembaga pendidikan, perencanaan menempati posisi strategis dalam keseluruhan
proses pendidikan. Perencanaan pendidikan itu memberikan kejelasan arah dalam
usaha proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga manajemen lembaga pendidikan
akan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.
Untuk
memperlancar jalannya sebuah institusi terutama lembaga pendidikan diperlukan
perencanaan, dengan perencanaan akan mengarahkan institusi tersebut menuju
tujuan yang tepat dan benar menurut tujuan institusi itu sendiri. Artinya
perencanaan memberi arah bagi ketercapaian tujuan sebuah sistem, karena pada
dasarnya sistem akan berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang.
Perencanaan akan dianggap matang dan baik jika memenuhi persyaratan dan
unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.
Namun
apabila dilihat dalam kenyataan kesehariannya, unsur perencanaan pendidikan
masih lebih banyak dijadikan faktor pelengkap atau penjabaran kebijakan
pimpinan, sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara
optimal. Salah satu penyebabnya adalah para perencana pendidikan masih kurang
memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam kontek yang lebih komprehensif.
Selain itu, posisi bidang perencanaan belum merupakan key factor
keberadaan suatu institusi pendidikan.
Dalam makalah ini pemakalah akan membahas beberapa
masalah terkait pengertian, urgensi, tingkatan-tingkatan, langkah-langkah,
bentuk-bentuk, pendekatan dan teknik perencanaan lembaga pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan dan Pentingnya Perencanaan
Pendidikan
1. Pengertian Perencanaan
Menurut
Marno dan Triyo Perencanaan merupakan salah satu hal penting yang perlu dibuat untuk
setiap usaha dalam rangka mencapai suatu tujuan. Demikian pula halnya dalam
pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar
diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab
perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam
menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam.[1]
Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain
sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya
dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr ayat 18
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pengertian perencanaan mempunyai beberapa rumusan yang berbeda satu dengan
lainnya. Cuningham sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Made Pidarta
menyatakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan,
fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan
dalam penyelesaian.[2] Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan
kepada usaha untuk menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa
yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Definisi lain menyatakan bahwa perencanaan adalah
hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan
tujuan, prioritas, program,dan alokasi sumber.[3] Perencanaan di sini menekankan pada usaha mengisi
kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan pada masa yang akan datang
yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan
dalam arti luas adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhammad
Fakri perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan
yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Lebih lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan
dapat juga dikatakan sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk
mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan.[4] Dari
beberapa pengertian di atas, dapat dianalisis bahwa dalam menyusun perencanaan
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. berhubungan dengan masa depan.
b. seperangkat
kegiatan.
c. proses yang sistematis.
d. hasil dan tujuan tertentu
Sejalan dengan pengertian perencanaan di atas, maka
yang dimaksud dengan perencanaan pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan
seperangkat keputusan untuk kegiatan di masa depan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan dengan cara yang optimal dalam pembangunan ekonomi dan sosial
secara menyeluruh dari suatu negara.[5]
Menurut Coombs, Perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional
dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar
pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan para peserta didik dan masyarakat.
Sedangkan
menurut Beeby C.E sebagaimanan dikutip oleh Asnawir menyatakan bahwa
perencanaan pendidikan adalah penerapan ramalan dalam menentukan kebijaksanaan,
prioritas, ekonomi dan politik, potensi sistem untuk berkembang, kepentingan
negara dan pelayanan masyarakat yang mencakup dalam sistem tersebut.[6]
Dari kutipan
tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan aplikasi dari pemikiran
yang tersusun untuk mencapai keinginan bersama. Dengan demikian perencanaan
yang disusun merupakan konsep yang aplikatif dan oprasional. Dapat juga
merupakan aktifitas untuk mengambil keputusan.
Dari
beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa ada beberapa unsur penting
yang terkandung dalam perencanaan pendidikan, yaitu :
a.
Penggunaan
analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan,
termasuk di dalamnya metodologi dalam perencanaan.
b.
Proses
pembangunan dan pengembangan pendidikan. Artinya perencanaan pendidikan
dilakukan dalam rangka perbaikan pendidikan atau reformasi pendidikan.
c.
Prinsip efektifitas
dan efesien, artinya dalam perencanaan pendidikan perlu dipikirkan aspek
ekonomis.
d.
Kebutuhan
dan tujuan peserta didik dan masyarakat, regional, nasional dan internasional,
artinya perencanaan lembaga pendidikan hendaknya mencakup aspek internal dan
eksternal dari organisasi sistem lembaga pendidikan. Dengan demikian
perencanaan pendidikan sekedar untuk internal lembaga pendidikan, anak didik,
lebih dari itu pertimbangan lingkungan masyarakat sebagai pengguna sekaligus
penerima hsil perlu dipertimbangkan, termasuki juga kebutuhan regional,
nasional dan internasional. Dengan kata lain, menyusun perencanaan hendaknya
bersifat universal untuk jangka pendek dan jangka panjang yang kesemuanya
bermuara kepada kebutuhan dan tujuan universal.
Dari beberapa
definisi tentang perencanaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
konsep yang ada dalam pengertian perencanaan pendidikan adalah:
a.
Suatu
rumusan rancangan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan visi, misi dan
tujuan pendidikan
b.
Memuat
langkah atau prosedur dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
c.
Merupakan
alat kontrol pengendalian perilaku warga satuan pendidikan (kepala sekolah,
guru, karyawan, siswa, komite sekolah).
d.
Memuat
rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan pendidikan kepada peserta
didik; dan.
e.
Menyangkut
masa depan proses pengembangan dan pembangunan pendidikan dalam waktu tertentu,
yang lebih berkualitas.[7]
2. Pentingnya Perencanaan
Perencanaan mempunyai posisi yang penting dalam sebuah
organisasi, tanpa adanya perencanaan maka jalannya organisasi tidak jelas arah
dan tujuannya. Oleh karena itu perencanaan penting karena:
a.
Dengan
adanya perencanaan diharapan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan.
b.
Dengan
perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting )
terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
c.
Perencanaan
memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara terbaik
atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
d.
Dengan
perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas.
e.
Dengan
adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan atau evaluasi kerja
Dengan demikian perencanaan mempunyai peranan penting
dalam organisasi publik maupun dalam organisasi yang bersifat pribadi. Dengan
adanya perencanaan akan dimungkinkan untuk memprediksi kerja dimasa yang akan
datang, bahkan akan mampu memprediksi kemungkinan hasil yang akan dicapai.
Disamping arti penting perencanaan pendidikan
sebagaimana disebut di atas, perencanaan pendidikan yang baik juga dapat:
a.
Meningkatkan
kualitas kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara maksimal, baik
menyangkut aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini disebabkan seluruh
aktivitas warga sekolah harus berdasarkan pada program yang telah disusun
dengan baik dalam suatu perencanaan pendidikan secara sistematik dan integral.
b.
Mengetahui
beberapa sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk dimanfaatkan
secara maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan dan tantangan
yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan, suatu
perencanaan pendidikan yang baik pasti akan memuat tentang beberapa peluang dalam
mencapai tujuan dan prediksi tantangan atau hambatan yang akan muncul, serta
strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut.
c.
Memberi
peluang pada setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam kemampuan,
keahlian atau ketrampilan secara maksimal, dalam rangka mewujudkan tujuan
layanan pendidikan.
d.
Memberikan
kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih beberapa alternatif pilihan
tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan
perencanaan pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
e.
Memudahkan
dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena perencanaan pendidikan yang baik
selalu dirancang dengan tahapan-tahapan pelaksanaan program layanan pendidikan
(jangka pendek, menengah dan panjang), disamping itu telah disusun skala
prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai.
f.
Memudahkan
dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar pencapaian tujuan layanan
pendidikan yang telah diraih, karena dalam perencanaan pendidikan yang baik
selalu merumuskan indikator-indikator pencapaian tujuan dan instrumen apa yang
dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan.
g.
Memudahkan
dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses penyusunan
perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan perkembangan
kehidupan sosial-budaya.[8]
B. Langkah-Langkah Perencanaan Pendidikan Islam
Perencanaan merupakan kegiatan yang
harus dilakukan pada tingkat permulaan dan merupakan aktivitas memikirkan dan
memilih rangkaian tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud dan tujuan yang
ingin dicapai. Adapun langkah-langkah perencanaan tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
2. Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang
akan dilakukan.
3. Mengumpulkan data-data atau informasi-informasi yang
diperlukan.
4. Menentukan tahapan-tahapan atau rangkaian tindakan.
5. Merumuskan bagaimana masalah - masalah akan dipecahkan
dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu harus diselesaikan.
6. Menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang
mempengaruhi pelaksanaan dari tindakan tersebut.
7. Menentukan cara bagaimanamengadakan perubahan dalam
penyusunan rencana.[9]
Sedangkan menurut Banghart and Trull
sebagaimana yang dikutip oleh Udin Syaifuddin Sa’ud, ada beberapa tahapan yang
semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
a. Tahap need assessment, yaitu
melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang diperlukan dalam
proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap satuan pendidikan.
Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan masukan
tentang:
1. pencapaian program sebelumnya;
2. sumber daya apa yang tersedia, dan
3. apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke
depan yang akan dihadapi.
b. Tahap formulation of goals and objective,
yaitu perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan
tujuan perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil
kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan
pendidikan yang diperlukan.
c. Tahap policy and priority setting, yaitu
merancang tentang rumusan prioritas kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam
layanan pendidikan. Rumusan prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam
strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian
tujuan.
d. Tahap program and project formulation,
yaitu rumusan program dan proyek pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan
pendidikan, menyangkut layanan pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
e. Tahap feasibility testing,
yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya (sumber daya
internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila perencanaan
disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan
menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.
f. Tahap plan implementation,
yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh:
1) kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru,
komite sekolah, karyawan, dan siswa).
2) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan
pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal;
dan
3) kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan
selama proses pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan.
g. Tahap evaluation and revision for
future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi) tingkat
keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, sebagai feedback(masukan
atau umpan balik), selanjutnya dilakukan revisi program untuk rencana layanan
pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Selanjutnya dalam menyusun
perencanaan harus diperhatikan syarat-syarat sebagaiberikut :
1) Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
2) Bersifat sederhana, realistis dan praktis.
3) Terinci dan memuat segala uraian serta klasifikasi
kegiatan dan rangkaian tindakan, sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
4) Memiliki fleksibelitas sehingga mudah disesuaikan
dengan kebutuhan serta kondisi dan situasi.
5) Diusahakan agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaan.[10]
C. Bentuk-Bentuk Perencanaan Pendidikan Islam
Menurut Asnawir ada tujuh jenis-jenis perencanaan,yang kesemua itu dilihat dari sudut pandang berbeda, di
antara jenis-jenis perencanaan tersebut adalah;
a.
Dilihat dari
segi waktu, dari segi waktu perencanaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1.
Perencanaan
jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka panjang adalah rentang
waktu 10 sampai 30 tahun. Perencanaan jangka panjang ini bersifat umum, dan
belum terperinci.
2.
Perencanaan
jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka waktu antara 5
sampai 10 tahun.
3.
Perencanaan
jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antara 1 tahun
sampai 5 tahun.
b.
Dilihat dari
segi sifatnya perencanaan dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Perencanaan
kuantitatif, yang termasuk perencaan kuantitatif adalah semua target dan
sasaran dinyatakan dengan angka-angka.
2.
Perencanaan
kualitatif adalah perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.
c.
Perencanaan
dari segi luas wilayah, perencanaan pendidikan dipandang dari segi luas wilayah
dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1.
Perencanaan
lokal, yaitu perencanaan yang disusun dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang
ada di daerah-daerah dengan sifat yang terbatas.
2.
Perencanaan
regional adalah perencanaan yang ditetapkan di tingkat propinsi.
3.
Perencanaan
nasional, adalah perencanaan di suatau negara dan dijadikan dasar untuk
perencanaan lokal dan regional.
4.
Perencanaan
internasional yaitu perencanaan oleh beberapa negara yang melewati batas-batas
suatu negara yang dilaksanakan melalui wakil-wakil dari negara-negara tersebut.
d.
Perencanaan
dari segi luas jangkauan terbagi menjadi dua yaitu:
1.
Perencanaan
makro yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas.
2.
Perencanaan
mikro adalah perencanaan yang ditetapkan dan di susun berdasarkan kondisi dan
situasi tertentu.
e.
Dari segi
prioritas pembuatnya perencanaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.
Perencanaan
sentralisasi, yaitu perencanaan yang ditentukan oleh pemerintah pusat pada
suatu negara.
2.
Perencanaan
desentralisasi yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah.
3.
Ketiga
perencanaan dekonsentrasi yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi dengan
desentralisasi.
f.
Dari segi
obyek perencanaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Perencanaan
rutin yaitu perencanaan yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang
dilakukan setiap tahun.
2.
Perencanaan
eksendental, yaitu perencanaan yang di susun sesuai dengan kebutuhan yang
mendesak pada saat tertentu.
g.
Dari segi proses,
perencanaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok.
1.
Perencanaan
filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya berupa konsep-konsep
dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan penafsiran-penafsiran dalam
bentuk program.
2.
Perencanaan
programial adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal.
3.
Perencanaan
operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.[11]
D. Beberapa Pendekatan dan Teknik Perencanaan Pendidikan
Menurut para ahli, ada beragam
pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan kebutuhan sosial (social
demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach);
pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan
keefektifan biaya (cost effectiveness approach). Berikut ini akan
dijelaskan secara singkat keempat pendekatan perencanan pendidikan tersebut:
1.
Pendekatan
kebutuhan sosial
Perencanaan pendidikan yang
menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh para ahli disebut pendekatan yang
bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang hendak dicapai dalam
pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada:
a. tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh
individu terhadap layanan pendidikan dasar.
b. pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan
populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf); dan
c. pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat
dari rasa ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan.
Oleh karena itu pendekatan kebutuhan
sosial ini biasanya dilaksanakan pada negara-negara yang baru meraih
kemerdekaan dari penjajahan, dengan kondisi masyarakat pribumi yang terbelakang
pendidikannya dan kondisi sosial ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial
ini dipakai, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan atau diperhatikan
oleh penyusun perencanaan dalam merancang perencanaan pendidikan, antara lain:
1) melakukan analisis tentang pertumbuhan penduduknya.
2) melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga
masyarakatnya dalam pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis
persentase penduduk yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan
pendidikan.
3) melakukan analisis tentang dinamika atau gerak
(mobilitas) peserta didik dari sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi,
misalnya kenaikan kelas, kelulusan, dan dropout.
4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga
masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di sekolah.
5) melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan
kependidikan yang dibutuhkan, dan dapat difungsikan secara maksimal dalam
proses layanan pendidikan; dan
6) melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan
pendidikan dengan tuntutan masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat
Ada beberapa kelebihan dan
kekurangan penggunaan pendekatan kebutuhan sosial dalam perencanaan pendidikan.
Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain:
a. pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan pada
masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan kondisi kebutuhan sosial,
khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih banyak yang buta
huruf; dan
b. pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan
pemerataan layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat,
karena keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan, sehingga layanan
pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang
mendasar yang dirasakan oleh masyarakat.
Sedangkan sisi kelemahan pendekatan
kebutuhan sosial ini antara lain:
a. pendekatan ini cederung hanya untuk menjawab persoalan
yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau
tuntutan layanan pendidikan dasar sebesar-besanya, sehingga mengabaikan
pertimbangan efisiensi pembiayaan pendidikan.
b. pendekatan ini lebih menekankan pada aspek kuantitas
(jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya), sehingga kurang memperhatikan
kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini terkesan
lebih boros.
c. pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola
kebutuhan man power yang diperlukan di sektor kehidupan
ekonomi, dengan demikian hasil atau outputpendidikan cenderung
kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini, dan
d. pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan pendidikan
(dimensi kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek kualitatif.
Disamping itu pendekatan ini kurang
memberikan jawaban yang komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan,
karena lebih menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek
atau bidang kehidupan yang lain kurang diperhatikan.
2.
Pendekatan
ketenagakerjaan
Perencanaan pendidikan yang
menggunakan pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan antara output (lulusan)
layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan dengan tuntutan atau
keterserapan akan kebutuhan tenaga kerja di masyarakat. Apabila pendekatan ini
dipakai oleh para penyusun perencanaan pendidikan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
a. melakukan kajian atau analisis tentang beragam
kebutuhan yang diperlukan oleh dunia kerja yang ada di masyarakat secermat
mungkin.
b. melakukan kajian atau analisis tentang beragam bekal
pengetahuan dan ketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar
mereka mampu menyesuaikan diri secara cepat (adaptif) terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia kerja, dan.
c. mengkaji atau menganalisis tentang sistem layanan
pendidikan yang terbaik dan mampu memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk
terjun di dunia kerja, oleh karena itu perlu dilakukan analisis peluang kerja
dan menjalin kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan
industri (link and match).
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan
dari perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ketenagakerjaan, yaitu:
Pertama, beberapa
kebaikan dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antara lain:
1) proses pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan
pendidikan mempunyai aspek korelasional yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja
yang dibutuhkan masyarakat; dan
2) pendekatan ini mengharuskan adanya keterjalinan yang
erat antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri, hal ini tentu
sangat positif untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan antara dunia
pendidikan dengan dunia industri-usaha.
Kedua, beberapa
kelemahan dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antara lain:
1) mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan
pendidikan, karena pendekatan ini telah mengabaikan peran sekolah menengah
umum, dan lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan
dunia kerja. Dalam realitasnya masih banyak lulusan sekolah menengah kejuruan
yang menganggur (output-nya tidak terserap di dunia kerja).
2) perencanaan ini lebih menggunakan orientasi, klasifikasi,
dan rasio antara permintaan dan persediaan; dan.
3) tujuan utamanya untuk memenuhi tuntutan dunia kerja,
sedangkan disisi lain tuntutan dunia kerja selalu berubah-ubah (bersifat
dinamik) begitu cepat, sehingga lembaga pendidikan kejuruan sering kurang mampu
mengantisipasinya dengan baik
3. Pendekatan keefektifan biaya
Pendekatan ini berorientasi pada
konsep Investment in human capital (investasi pada sumber daya
manusia). Pendekatan ini sering disebut pendekatan untung rugi. Diantara
ciri-ciri pendekatan ini antara lain:
a. pendidikan memerlukan biaya investasi yang besar, oleh
karena itu perencanaan pendidikan yang disusun harus mempertimbangkan aspek
keuntungan ekonomis.
b. pendekatan ini didasarkan pada asumsi, bahwa:
1) kualitas layanan pendidikan akan menghasilkan output yang
baik dan secara langsung akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
2) sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional
adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya.
3) perbedaan pendapatan seseorang di masyarakat,
ditentukan oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang
sosialnya;
c. perencanaan pendidikan harus betul-betul
diorientasikan pada upaya meningkatkan kualitas SDM (penguasaan Iptek), dan
dengan tersedianya kualitas SDM, maka diharapkan income masyarakat
akan meningkat, dan.
d. program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan
dari perencanaan pendidikan dengan pendekatan keefektifan biaya,
yaitu.
Pertama, kelebihan
pendekatan keefektifan biaya, antara lain:
1. perencanaan pendidikan yang disusun akan mempunyai
aspek fungsional dan keuntungan ekonomis, sehingga bentuk-bentuk layanan
pendidikan yang dianggap kurang produktif bisa ditiadakan melalui pendekatan efisiensi
investasi, dan.
2. pendekatan ini selalu memilih alternaif yang
menghasilkan keuntungan lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan.
Kedua, kelemahan
pendekatan keefektifan biaya, antara lain:
1. akan mengalami kesulitan dalam menentukan secara pasti
biaya dan keuntungan (cost and benefit) dari layanan pendidikan,
terlebih apabila digunakan mengukur keuntungan untuk periode atau masa yang
akan datang.
2. sangat sulit untuk mengukur secara pasti atau
menghitung keuntungan (benefit) yang dihasilkan oleh seseorang dalam
lapangan pekerjaan yang dikaitkan dengan layanan pendidikan sebelumnya.
3. pendekatan ini mengabaikan hubungan antara penghasilan
seseorang dengan faktor internal individu (misalnya, motivasi, disiplin nurani,
kelas sosial, orientasi hidup individu, dan sejenisnya), dan hanya melihat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan penghasilan.
4. perbedaan pendapatan seseorang sebenarnya tidak
semata-mata menunjukkan kemampuan produktivitas individual, tetapi ada faktor
lain yang ikut menentukan yaitu faktor konvensi sosial atau banyak dipengaruhi
dari kerja kelompok, dan.
5. keuntungan dari pendidikan pada dasarnya tidak hanya
diukur berupa keuntungan finansial (material), tetapi juga dapat dilihat dari
keuntungan sosial-budaya (Abin, S. Makmun, dkk. 2001; Sa’ud, S. dan Makmun A,S.
2007).
4. Pendekatan integratif
Perencanaan pendidikan yang
menggunakan pendekatan integrasi (terpadu) dianggap sebagai pendekatan yang
lebih lengkap dan relatif lebih baik daripada ketiga pendekatan di atas.
Pendekatan ini sering disebut dengan ‘pendekatan sistemik atau pendekatan
sinergik’. Diantara ciri atau karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa
perencanaan pendidikan yang disusun berdasarkan pada:
a. keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap
pengembangan individu dan pengembangan sosial (kelompok).
b. keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan
(bersifat pragmatis) dan juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik
(bersifat idealis) untuk mempersiapkan studi lanjut.
c. keterpaduan antara pertimbangan ekonomis (untung
rugi), dan pertimbangan layanan sosial-budaya dalam rangka memberikan
kontribusi terhadap terwujudnya integrasi sosial-budaya.
d. keterpaduan pemberdayaan terhadap sumber daya lembaga,
baik sumber daya internal maupun sumber daya eksternal.
e. konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses
layanan pendidikan (pelaksanaan program) di setiap satuan pendidikan merupakan
‘suatu sistem’, dan.
f. konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan program
(perencanaan pendidikan) melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses
layanan kualitas pendidikan, dengan tetap berada dalam komando pimpinan atau
kepala satuan pendidikan. Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam
proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan
adalah: kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, pengawas sekolah, dan
dinas pendidikan
Sedangkan kelebihan dan kelemahan
pendekatan perencanaan pendidikan integrasi atau terpadu adalah:
Pertama, kelebihan
pendekatan terpadu antara lain:
1. semua sumber daya (internal-eksternal) yang dimiliki
dalam proses pengembangan pendidikan akan terberdayakan secara baik dan
seimbang.
2. dalam proses pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan memberikan peluang secara maksimal kepada setiap warga sekolah
(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan komite sekolah (tokoh dan orang tua
wali siswa) untuk berkontribusi secara positif sesuai dengan status dan peran
masing-masing.
3. peluang untuk pencapaian tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan akan lebih efektif, karena dalam perencanaan terpadu memberikan
porsi yang cukup besar bagi pemberdayakan semua potensi yang dimiliki secara
kelembagaan, dan menuntut partisipasi aktif dari semua warga sekolah.
4. perencanaan pendidikan yang terpadu akan mampu
menghadapi perubahan atau dinamika kehidupan sosial, ekonomi dan budaya atau
tingkat kompetisi yang begitu tinggi di semua bidang kehidupan di era
globalisasi.
5. pelaksanaan pendekatan perencanaan pendidikan terpadu
secara baik akan mampu mensosialisasi dan menginternalisasi setiap warga
sekolah, untuk membangun sikap mental dan pola perilaku yang integral atau
multidimensional atau komprehensif dalam memahami dan melaksanakan setiap
agenda kehidupan di masyarakat, dan.
6. output dari proses layanan pendidikan
pada peserta didik akan lebih menampilkan potret hasil pendidikan yang
lengkap, baik kualitas akademiknya, kualitas kepribadiannya dan kualitas
ketrampilannya.
Kedua, kelemahan
pendekatan terpadu antara lain:
1. pendekatan ini memerlukan ketersediaan kualitas sumber
daya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan), khususnya kualitas
pengetahuan, mentalitas atau kepribadiannya, dan spiritualnya. Dalam
realitasnya menurut data Depdiknas 2006-2007, khususnya tentang kualitas tenaga
pendidik (guru) secara makro (Nasional) dari jenjang pendidikan paling dasar
sampai menengah atas yang betul-betul telah memenuhi standar kualitas guru yang
professional masih kurang dari 20 %, atau kurang lebih 80 % guru-guru di
Indonesia belum memiliki kualifikasi sebagai guru yang profesional.[12] Hal ini
tentu sangat menyulitkan proses pelaksanaan perencanaan pendidikan yang
integratif.
2. perencanaan pendidikan terpadu menuntut kualitas
pengelolaan manajemen kelembagaan secara transparan, akuntabel, demokratik dan
visioner. Dalam realitasnya masih banyak dijumpai pola pengelolaan
manajemen di setiap satuan pendidikan yang tidak selaras dengan prinsip-prinsip
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dan.
3. perencanaan pendidikan terpadu menuntut kualitas peran
serta masyarakat (PSM), dalam meningkatkan layanan pendidikan di setiap satuan
pendidikan, khususnya dalam melaksanakan empat peran penting, yaitu sebagai:
(a) pemberi pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting);
(c) pengontrol (controlling); dan (d) mediator. Dalam realitasnya
keempat peran tersebut belum terlaksana dengan baik di setiap lembaga atau
satuan pendidikan.
Jadi, uraian tentang kelemahan
pendekatan integratif atau terpadu atau sistemik sejatinya tidak menyangkut
ranah konseptual, tetapi lebih bersentuhan pada tataran unsur pendukung dalam
pelaksanaan program (aplikasinya). Oleh karena itu secara konseptual pendekatan
perencanaan integrasi merupakan pendekatan yang paling baik apabila
dibandingkan dengan pendekatan yang lain yang lebih bersifat parsial
(sektoral). Hal yang paling kunci untuk mendukung pelaksanaan program
pendidikan pada perencanaan pendidikan integratif adalah: (a) terus mendorong
pengembangan kualitas SDM warga sekolah, (b) terus meningkatkan kualitas
manajemen satuan pendidikan berdasarkan prinsip-prinsip MPMBS, dan (c) terus
meningkatkan kualitas peran serta masyarakat (PSM) untuk mencapai tujuan
pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
memiliki peranan yang amat penting dalam pengelolaan
sebuah institusi atau lembaga terutama pada lembaga pendidikan, karena lembaga
pendidikan bukanlah menghailkan barang dan jasa tetapi lembaga penidikan
merupakan sebuah pabrik yang akan memproduksi generasi-generai yang unggul
dalam pretasi dan anggun dalam akhlak, apalagi dengan Lembaga yang berlabelkan
Islam sebagai pandangan dan pedoman dalam membina dan mengembangkan peserta
didik.
Administrasi Pendidikan Islam bukanlah hanya salah
satu dari mata kuliah yang harus dipelajari secara tekstual belaka, akan tetapi
adalah untuk direalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan semoga
dengan semangat dan tekad yang kuat untuk mencari ilmu akan menjadi motivator
untuk perubahan terhadap berbagai problematikan yang terjadi pada
lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Karena memang bahwa gagal
merencanakan sama dengan merencanakan gagal, sebelum bertindak dan berproses
hendaklah perlu perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan sesuatu
yang memuaskan dan sampai pada tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Perencanaan ini meliputi perencanaan strategik yang
diukur dari berbagai sudut pandang baik itu lembaga, lingkungan eksternal,
peluang dan sebagainya yang bertujuan mampu mengelola organisasi atau lembaga
pendidikan Islam sesuai target dan mencapai sasaran. Sedangkan perencanaan
operasional merupakan langkah-langkah nyata dalam pengoperasionalan sebuah
lembaga pendidikan Islam.
B. saran
Demikian materi makalah
“Perencanaan dalam lembaga pendidikan islam” yang dapat penulis
suguhkan, semoga dengan uraian sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi
saya selaku penyusun dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr.
M. Sahnan, M.Pd Dosen mata kuliah Administrasi dan
Supervisi Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas makalah sehingga
penyusun mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu
perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam. Semoga dengan ini kita semua dapat
meningkatkan kualitas ilmu kita secara maksimal sehingga kita menjadi hamba Alloh
yang bermanfaat dengan ijin-Nya. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir, Administrasi
Pendidikan, IAIN IB Press, 2005
Sa’ud Udin
Syaifuddin dan Syamsuddin Abin, Perencanaan Pendidikan, Bandung:
Rosda Karya, 2005
Triyo
supriyatno dan Marno, Manajemen dan kepimpinan pendidikan islam,
Bandung: Pt. Refika Aditama, 2008
Pidarta Made, Perencanaan
Pendidikan Parsipatori, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 200
Tilaar.H.A.R. Manajemen Pendidikan Nasional (Kajian Pendidikan Masa
Depan), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998
http://drarifin.wordpress.com/2010/07/15/ konsep
– perencanaan – pendekatan – dan –model - perencanaan-pendidikan
[1]Naskah Asli Dapat Dipesan Via email di buku tamu