BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latang
Belakang
Ilmu sejarah merupakan bagian dari berbagai
cabang ilmu yang dipelajari oleh bangsa-bangsa dan generasi-generasi umat
manusia. Ilmu sejarah senantiasa menarik minat banyak orang. Orang-orang biasa
dan orang-orang yang tidak pintar juga ingin mengetahuinya. Para raja dan
penguasa berlomba-=lomba mempelajarinya. Dalam
memahaminya secara lahiriah, sama antara orang- orang pintar dan orang- orang bomdoh. Hal itu karena dilihat dari segi lahiriah, sejarah tidak lebih dari berita tentang peristiwa-peristiwa masa lalu.[1]
memahaminya secara lahiriah, sama antara orang- orang pintar dan orang- orang bomdoh. Hal itu karena dilihat dari segi lahiriah, sejarah tidak lebih dari berita tentang peristiwa-peristiwa masa lalu.[1]
Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan dan
rahmatan lil’alamin bagi orang yang mengharapkan rahmat dan kedatangan hari
kiamat dan banyak menyebut Allah (al-ahzaab : 21) adalah pendidik pertama dan
terutama dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan,
internalisasi nilai-nilai spitualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan
Rasulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apa dan
dimana pun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah
terlihat dari kemampuan murid-muridnya (para sahabat) yang luar biasa, misalnya
: umat ibn Khotab ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah Ahli Hadis, Salman
al-Farisi ahli Perbandingan Agama : Majusi, Yahudi, Nasrani dan Islam dan Ali
ibn Abi Thalib ahli hukum dan tafsir al-Qur’an, kemudian muri dari para sahabat
dikemudian hari, tabi’-tabi’in, banyak yang ahli dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan sains, teknologi, astronomi, filsafat yang mengantarkan Islam pintu
gerbang zaman keemasan. Hanya periode Rasulullah, fase Makkah dan Fase Madinah.
Gambaran dan pola pendidikan Islam diperiode Rasulullah SAW di Makkah dan
Madinah adalah sejarah masa lalu yang perlu kita ungkapkan kembali, sebagai
bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi mensukseskan pelaksanaan
proses pendidikan Islam. Pola pendidikan dimasa Rasulullah SAW, tidak terlepas
dari metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidikan, peserta didik. Lembaga,
dasar, tujuan dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan pendidikan
Islam, baik secara teoristis maupun praktis.
B.
Rumusan
dan Batasan Masalah
1.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah merupakan segenap
permasalahan yang akan dibahas dalam suatu tulisan, rumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimana
Perjalanan Pendidikan Islam Priode rasulullah di Makkah?
b. Seperti
apa Tahapan Pendidikan Islam di Madinah?
c. Apa
saja Lembaga Pendidikan dan Sistem Pembelajaran?
d.
Apa
Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam?, dan
e. Bagaimana
Metode Pengajaran Pendidikan Rasulullah?
2.
Batasan
Masalah
Batasan masalah adalah batasan
pembahasan dalam suatu tulisan, dianggap penting supaya tulisan tidak menyebar
dan membahas yang tidak penting, adapun batasan masalahnya adalah:
a. Perjalanan
Pendidikan Islam Priode rasulullah di Makkah
b. Tahapan
Pendidikan Islam di Madinah
c. Lembaga
Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
d. Materi
dan Kurikulum Pendidikan Islam
e. Metode
Pengajaran Pendidikan Rasulullah
BAB
II
PEMBAHASAN
POLA
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH
A.
Perjalanan
Pendidikan Islam Priode Rasulullah di Makkah
Pola
merupakan sistem; cara kerja,[2] Pola
pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah
yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis membaginya
kepada dua tahap:
1.
Tahap Pendidikan Islam secara Rahasia dan
Perorangan
Pada
awal turunnya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat 96 ayat 5,
pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat
kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan
keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk
beriman kepada dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak
angkatnya Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang
pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara beransur-ansur ajakan
tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga
dekat dari suku Qurays saja seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awan, Sa’ad ibn
Abi waqas, Bdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah,
Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid, dan beberapa orang
lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna al awwalun, artinya
orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat
kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn
Arqam.[3]
2.
Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-terangan
Pendidikan
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu
berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.[4]
Ketika wahyu tersebut turu, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul
dibukt Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras dikemudian
hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan
Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab,
Celakalah kamu Muhammad ! untuk inikah kami mengumpulkan kami ?. saat itu turun
wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab dan Isterinya.[5]
Perintah
dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah
sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah,
karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk
agama Islam. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan
lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh Kuffar Qrays.
B.
Tahapan
Pendidikan Islam di Madinah
Kedatangan
Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin Makkah, disambut oleh penduduk Madinah
dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan. Maka Islam mendapat lingkungan baru
yang bebas dari ancaman Para penguasa Quraisy Makkah, lingkungan yang
da`wahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Wahyu secara beruntun selama periode Madinah kebijaksanaan Nabi Muhammad
Saw dalam mengajarkan al-Quran adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal
dan menuliskan ayat-ayat al-Quran sebagaimana diajarkannya. Beliau sering
mengadakan ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Quran dalam salat, dalam
pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain kesempatan.
Ketika
Rasulullah dan para sahabat hijra ke Madinah salah satu program pertama yang
beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai
pembangunan masjid, maka nabi Muhammad Saw pindah menempati sebagian ruangannya
yang memang khusus disediakan untuknya. Demikian pula di antara kaum Muhajirin
yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya sendiri.
Masjid
itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara
bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid dan
memcerminkan persatuan dan kesatuan umat. Dimasjid itulah beliau bermusyawarah
mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjemaah, membacakan al-Quran,
maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian masjid itu
merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.
Suatu
kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah, adalah disyari`atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu,
yaitu shalat Jumat yang dilaksanakan secara berjemaah dan adzan. Dengan
shalat Jumat tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara
langsung mendengar khutbah dari nabi Muhammad Saw dan shalat Jumat berjemaah.[6]
C.
Lembaga
Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
Lembaga
pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua macam/tempat, yaitu: rumah Arqam ibn
Arqam dan Kuttab[7]. Rumah Arqam
ibn Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta
Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini
merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam
Islam adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.[8]
Kuttab, Pendidikan di
kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakandi rumah Arqam ibn Arqam,
pendidikan di rumah Arqam ibn Arqam kandungan materi tentang hukum Islam dan
Dasar –dasar agama Islam , sedangkan pendidikan di kuttab pada awalnya lebih
terfokus pada materi tulis baca sastra, syair arab dan pembelajaran berhitung
namun setelah datang Islam materinya ditambah dengan materi tulis baca al-Quran
dan memahami hukum-hukum Islam. Adapun guru yang mengajar di Kuttab pada era
awal Islam adalah orang-orang non Islam. Dalam sejarah pendidikan Islam istilah
kuttab telah dikenal dikalangan bangsa arab pra Islam, secara etimologi kuttab
berasal dari bahasa Arab yakni kataba, yaktubu, kitaaban yang artinya telah
menulis, sedang menulis dan tulisan sedangkan maktab artinya meja atau tempat
menulis
Ketika
Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang
beliau dilakukan adalah pembangunan sebuah masjid,[9]
meskipun demikian, eksistensi kuttab
sebagai lembaga pendidikan di Makkah tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke
Madinah.[10]
Bahkan materi dan penyajiannya dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya
wahyu yang diterima Rasulullah.
Selain
masjid, di Madinah, ada juga lembaga pendidikan yang disebut dengan Suffah, suffah adalah suatu tempat yang
telah dipakai untuk tempat pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan
pemondokan bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin,[11]
pada masa itu, setidaknya telah ada Sembilan suffah, yang tersebar di Kota
Madinah, salah satu di antaranya berlokasi di samping masjid Nabawi. Rasulullah
mengangkat Ubait bin al-Samit sebagai guru pada suffah di Madinah.[12]
D.
Materi
dan Kurikulum Pendidikan Islam
Salah
satu komponen operasionalpendidikan Islam adalah kurikulum, ia mengandung
materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah ditetapkan[13]
pada priode Makkah, denga turunnya perintah kepada nabi Muhammad supaya
mengajarkan ajaran agama Islam kepada para kerabat dekat Nabi dan kepada
ummatnya secara luas, dan terang-terangan, maka nabi bukan hanya berdakwah di
lingkunga keluarga dikalangan penduduk Makkah saja, tetapi juga penduduk di
luar Makkah.[14]
Adapun materi yang diajarkan adalah:
1. Tauhid[15]
Tugas
Muhammad untuk memancarkan sinar Tauhid adalah konsep utama dalam mengajarkan
agama Islam, dengan mengenalkan Allah kepada bangsa Arab, maka dengan itu pula
lah jalan rasulullah untuk mamasukkan ajaran selanjutnya. Materi ketuhanan pada
priode ini adalah materi utama Rasulullah disebabkab pada saat itu bangsa Arab
mempunyai tuhan yang berbeda-beda dan beragam, seperti bertuhankan Berhala,
Api, dan lain-lain, maka materi tauhid ini menjadi bagian utama rasulullah pada
priode Makkah tersebut.
Materi
keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa,
beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah, diwahyukan kepada (nya)
Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pengajaran bagi umat manusia.[16]
2. Al-Qur’an
Selain
materi Tauhid, rasulullah juga mengajarkan Al-Qur’an kepada kaum muslimin. Pada
materi ini, Nabi Muhammad selalu menganjurkan kepada para sahabat supaya
Al-Qur’an di hafal dan selalu dibaca, dan diwajibkan membacanya dan ayat-ayat
dalam shalat, sehingga kebiasaan membaca Qur’an tersebut merupakan bagian dari
kehidupan mereka sehari-hari,[17]
Zuhairini, Dkk.[18]
Menyimpulkan bahwa materi yang diajarkan rasulullah pada priode Makkah ini
adalah Materi yang mencakup dengan keimanan, dan Al-qur,an sebagai sumber hokum
dan tuntunan kehidupan kaum muslimin.
Selanjutnya, materi yang diajarkan Rasulullah Pada
priode Madinah adalah:
1. Memperdalam
dan memperluas materi yang telah diajarkan di Makkah, yang memuat hafalan dan
penulisan Qur’an, pematangan ketauhidan umat, tulis baca Qur’an, sastra Arab.
2. Ketertiban,
social, ekonomi, politik, dan kesejahtraan umat, yang juga termuat di dalmnya,
kesejahtraan keluarga, dan seluruh aspek ajaran Islam.[19]
E.
Metode
Pengajaran Pendidikan Rasulullah
Metode diartikan sebagai: cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.[20]
Metode “Method” 1 way of doing; 2 quality of being well planned and
organized.[21]
Atau cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji”.[22]
Untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengeajar para sahabatnya,
Rasulullah SAW. menggunakan berbagai maca metode. Hal itu dilakukan untuk
menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan
Rasulullah adalah (1) metode ceramah, (2) dialog, misalnya dialog antara
Rasulullah dengan Muaz ibn Jabal ketika Muaz akan diutus sebagai Qadi ke Negeri
Yaman, (3) tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu
hokum dan Rasulullah menjawabnya,[23]
(4) metode diskusi, misalnya diskusi antara Rasulullah dan para sahabatnya
tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang badar, (5) metode
demonstrasi, misalnya hadits Rasulullah Sholatlah
kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat, (6) metode eksprimen, metode
sosiodrama, dan bermain peranan.[24]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pola pendidikan
Islam periode Rasulullah Saw fase makkah-Madinah belum semuanya penulis buisa
termuat dalam makalah. Paling tidak dari pembahasan tersebut akan ditemukan
benang merah bahwa pola pendidikan fase Makkah dan Madinah memiliki persamaan
dan perbedaan, fase Makkah ada dua lembaga pendidikan yaitu rumah Arqam ibn
Arqam dan Kuttab, sedangkan di Madinah lembaga pendidikan rumah para sahabat
dan Masjid yang multi fungsi
Materi pendidikan di
madinah adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan ukhwah
(persaudaraan) antara kaum muslimimin
2.
Pendidikan kesejahteraan sosial
3.
Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat
4.
Pendidikan hamkam
(pertahanan dan keamanan) dakwah Islam
Kuriukulum yang dipakai
Makkah dan Madinah adalah sama yaitu al-Quran yang dijelaskan dengan hadis nabi
Muhammad Saw yang diturunkan secara berangsur-angsur, hanya kurikulum di
Madinah lebih komplit, seirama dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah SAW.
B.
Saran
Untuk khazanah keilmuan, keritik
dan saran sangat diharapkan penulis unntuk kebaikan tulisan makalah di masa
mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
al-Mubarokfury. Sofiurrahman, 2008, al-Rahiqul al-Makhtum, Lebanon : Dar al-Fikri
Depertemen
Agama, Qur’an dan Terjamahnya, Surakarta: CV Al-Hanan
Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama,
Haekal, 1972, Sejarah
Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah. Jakarta : Balai Pustaka,
Khaldun. Ibn, 2001, Mukaddimah Ibn Khaldun, Jakarta:
Al-Kautsar,
Nizar. Samsul, 2007, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Oxfort
University, 2008, Oxfort Learners Pocket Dictionary, Oxfort University
Prss
Qomar. Mijammil, t.th., Epistemologi Pendidikan Islam,
dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, Jakarta : Penerbit Erlangga
Ramayulis, 1990, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Ramayulis, 2011, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Zuhairini dkk, 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Buni Aksara
Zuhairini dkk, 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Buni Aksara