BABI
A.
Latar
Belakang
Hubungan manusia terhadap yang dianggap adikodrati (supernatural)
memang memiliki latar belakang sejarah yang sudah lama dan cukup panjang. Latar
belakang ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan-pernyataan para ahli yang
memiliki disiplin ilmu yang berbeda, termasuk para agamawan yang mendasarkan
pendapatnya pada informasi kitab suci masing-masing.
Untuk memperdalam pengetahuan keagamaan masing-masing manusia,
mereka mempunyai jalan yang berbeda-beda, sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masing-masing keragaman keagamaan, sehingga dari beberapa jalan itu, ada yang
mencari dan menelitinya dari segi ke psikologis yang langsung melihat ke dalam
jiwa manusia itu sendiri. Dari kajian psikologi itu, seorang yang ahli dapat melihat
dan mengetahui segala gejala yang timbul dalam jiwa manusia, terkhusus dalam
pengalaman mereka terhadap agama.
Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan
manusia khususnya dalam dunia pendidikan maka faktor ini mendorong psikologi terus
dikaji dan dipelajari oleh banyak orang, guru, pengacara, manajer perusahaan,
pembina dan lain sebagainya. Perkembangan psikologi pada akhirnya mencuat
dan melintas lewat pemekaran disiplin,
hal ini menjadikan psikologi berhak menjadi psikologi-psikologi praktis yang
termasuk di dalamnya adalah psikologi pendidikan dan juga psikologi agama,
serta psikologi-psikologi lainnya.
Mempertimbangkan faktor pertama bahwa psikologi agama adalah
perangkat utama untuk kegiatan belajar segala gejala keagamaan pada diri
manusia. Ilmu pengetahuan sebagai unsur keagamaan, maka kehadiran dan
perkembangan sejalan atau seirama dengan tingkat wujud kerja serta proses
keagamaan itu selalu hadir dalam aktivitas sehari-hari manusia.
B.
Rumusan
dan Batasan Masalah
1.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang dia atas, maka dapat diambil
bahwa rumusan maslah penelitian ini adalah:
a.
Apa pengertian psikologi agama?
b.
Apa saja yang menjadi objek kajian psikologi agama?
c.
Apa manfaat mempelajari psikologi agama bagi pendidik?
2.
Batasan
Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada bagian-bagian tertentu saja,
yaitu:
a.
Pengertian psikologi agama?
b.
Objek kajian psikologi agama?
c.
Manfaat mempelajari psikologi agama bagi pendidik?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan tentang psikologi agama
2.
Membantu
untuk meperdalam pengetahuan yang sudah ada dalam bidang psikologi
3.
Membangun
khazanah keilmuan yang lebih luas dan mendalam
4.
Sebagai
pelengkap mata kuliah Psikologi Agama.
BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI AGAMA SEBAGAI
DISIPLIN ILMU
A.
Pengerian
Psikologi Agama
Psikologi
berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang
artinya jiwa, dan ”Logos” yang
artinya ilmu pengetahuan.[1]Psikologi
menurut bahasa dirtikan sebagai “Ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik
normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku: ilmu pengetahuan tentang
gejala dan kegiatan jiwa”.[2]
Psikologi dalam bahasa Inggris disebut sebagai “psychology” diartikan
dengan: “Scientific Study Of The Mine and How It Influences Behaviour”.[3]
Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.[4]Kondisi
psikologi adalah kondisi yang dapat diamati, dicatat dan diukur.
Namun pengertian
antara ilmu jiwa
dan psikologi sebenarnya berbeda
atau tidak sama (menurut Gerungan) karena :
Ø Ilmu jiwa adalah
: ilmu jiwa
secara luas termasuk
khalayan dan spekulasi tentang
jiwa itu.
Ø Ilmu psikologi adalah
ilmu pengetahuan mengenai
jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode ilmiah.[5]
Dalam
lapangan ilmu pengetahuan, psikologi merupakan salah satu pengetahuan yang
tergolong dalam “empirikal science” yaitu ilmu pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman manusia,[6]
walaupun pada awal perkembangannya bersumber pada filsafat yang bersifat
spekulatif.
Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
gejala jiwa yang normal, dewasa, dan beradab.[7]Psikologi
juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan manusia
dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan bahwa
setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya.[8]Psikologi secara etimologi mengandung arti ilmu tentang jiwa.
Dalam Islam kata jiwa disamakan dengan“an-nafsu” namun ada juga yang
menyamakan dengan istilah “ar-ruh”. Tetapi istilah “an-nafsu” lebih
popular dari pada istilah “ar-ruh”, karena psikologi dalam bahasa
arab lebih popular diterjemahkan dengan ilmu an-nafsu dari pada ilmu ar-ruh.
Dalam Al-Quran surat Al-Fajrayat 27-30 disebutkan, kata an-nafsu berarti jiwa.
يَٰٓأَيَّتُهَاٱلنَّفۡسُٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ
٢٧ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ
مَّرۡضِيَّةٗ ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي ٢٩
وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي ٣٠
Artinya:
27. Hai jiwa yang tenang
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya
29. Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku
30. masuklah ke dalam surga-Ku
Psikologi agama menurut Jalaludin menggunakan dua kata, yaitu psikologi dan
agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa
dan beradab.[9]
Psikologi menurut Zakiah Darajat, meneliti pengaruh agama terhadap sikap
dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena
cara orang berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku, tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi
kepribadiannya.[10]
Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti
dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia
masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut
dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi penelaahan tersebut merupakan
kajian empiris.
B.
Objek
Kajian Psikologi Agama
Psikologi agama tidak menyelidiki tentang ajaran-ajaran secara meteriil,
dasar-dasar agama dan tidak berwenang untuk membenarkan atau menyalahkan
pengertian yang ada dalam agama. Yang menjadi objek dan lapangan psikologi
agama adalah menyangkut gejala-gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi
keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara keduanya. Dengan kata lain, meminjam
istilah Zakiah Daradjat, psikologi agama membahas tentang kesadaran agama (religious
counciousness) dan pengalaman agama (religious experience).
Menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian
Psikologi Agama meliputi kajian mengenai:
1. Bermacam-macam
emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan bersama
orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram sehabis sembahyang, rasa
lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci,
perasaan tenang, pasrah, dan menyerah serta berzikir dan ingat kepada Allah
ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.
2. Bagaimana
perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya, misalnya
rasa tenang dan kelegaan hati.
3. Mempelajari,
meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati
(akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan
mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan
dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti dan
mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci
kelegaan batinnya.[11]
Kesadaran agama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran
dan dapat dilihat gejalanya melalui introspeksi. Di samping itu, dapat
dikatakan bahwa kesadaran beragama adalah aspek mental atau aktivitas agama,
sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dan kesadaran beragama, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakah (amaliah).
Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses
beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat
yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan
psikologi agama adalah gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan
tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah
laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan
lainnya.
C.
Manfaat Mempelajari Psikologi Agama
Bagi Pendidik
Dalam dunia pendidikan, siswa adalah keragaman
individu yang mesti dipahami, dan dimengerti, serta dibimbing sesuai kompetensi
dan kemampuan dasarnya, pada dasarnya, kondisi keagamaan setiap peserta didik
tidaklah sama, tergantung latar belakang masing-masing, baik dari segi
keluarga, daerah, dan adat istiadat. Maka untuk menjawab itu semua, serta dapat
menjalankan fungsi pendidik yang sesungguhnya, maka psikologi agama sangat
dibutuhkan perannya, agar seorang pendidik mempunyai panduan yang mendasar
untuk membimbing siswa dengan latar belakang keagamaan yang beragam tadi,
Kehadiran Psikologi Agama dipenuhi dengan suatu misi
besar. Yaitu menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi
kecenderungan alaminya untuk kembali pada Allah dan mendapatkan ridha Allah
SWT. Karena tugas final psikologi agama itu menyelamatkan manusia, maka
psikologi harus memanfaatkan ajaran-ajaran agama.[12]
Mengenai untuk siapa psikologi ini akan dimanfaatkan,
maka kami berpandangan bahwa psikologi Islam adalah suatu disiplin ilmu yang universal
yang dapat diterapkan untuk semua manusia. Pengembangan psikologi Islam tidak
terlepas dari apa yang kita sebut sebagai tugas kekhalifahan manusia, yaitu
rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil alamin). Tujuan pengembangan psikologi Islam
pada ujung-ujungnya adalah memecahkan problem dan mengembangkan potensi
individu alam memahami pola hidup mereka.
Dengan demikian walau dasar utama pengembangan
psikologi Islam adalah al-quran dan al-hadis sehingga ada kesan hanya untuk
umat Islam namun arah dari usaha ini adalah meningkatkan kesejahtraan umat
manusia.
Setelah mengetahui ruanglingkup dan dasar-dasar
psikologi agama, maka marilah kita belajar memahami tugas dari psikologi agama
yaitu memprediksi prilaku manusia, mengontrol, dan mengarahkan prilaku itu.
Lebih dari itu, psikologi agama memiliki tugas yang
berfungsi untuk menerangkan, memprediksi, mengontrol, dan terutama mengarahkan
manusia untuk mencapai ridhonya.
Dengan demikian kehadiran psikologi agama dipenuhi
dengan suatu misi besar. Yaitu menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia
untuk memenuhi kecendrungan alaminya untuk kembali padanya dan mendapatkan
ridhanya. Karena tugas final psikologi agama itu menyelamatkan manusia, maka
psikologi harus memanfaatkan ajaran-ajaran agama.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Psikologi agama menurut Jalaludin menggunakan dua kata, yaitu psikologi dan
agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa
dan beradab.
Psikologi menurut Zakiah Darajat, meneliti pengaruh agama terhadap sikap
dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena
cara orang berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku, tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi
kepribadiannya.
Kemudian yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses
beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat
yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan
psikologi agama adalah gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan
tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah
laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan
lainnya
Psikologi agama sangat dibutuhkan perannya, agar
seorang pendidik mempunyai panduan yang mendasar untuk membimbing siswa dengan
latar belakang keagamaan yang beragam.
B.
Saran
Kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi Khasanah Keilmuan dan perbaikan kedepannya,
agar kekeliruan dan kesalahan pada tulisan ini dapat diperbaiki untuk
penyempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Abu,2007. Psikologi Sosial.Jakarta : PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Faizah dan lalu Muchsin Efendi, 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group.
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Bandung : PT. Raja
garafindo Persada.
Marliany. Rosleny,2010. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka
Setia.
Oxfort University, 2008. Oxfort Learners Pocket Dictionary. Oxfort
University Prss.
Sosiawan. Edwi Arief, tanpa tahun.Psikologi Sosial. Artikel
Non Publikasi
Ramayulis, Psikologi Agama, 2004, Jakarta: Kalam Mulia
Suroso.
Djamaludin Ancok Fuat Nashori, 1994,Psikologi
Islami Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar