BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan bayi merupakan suatu hal
yang penuh teka-teki dan pertanyaan karena bayi terlihat bagai makhluk yag
perilaku umumnya tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa
tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal
itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan
apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam
per hari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan dari
sekitarnya.
Sang ibu biasanya memliki permasalahan komunikasi
degan bayinya. Ibu ingin memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya
namun kadang kita tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini
akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan bayi
tersebut. Sehingga kita dapat memahami bagaimana dunia sang bayi tersebut
dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi secara
optimal.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
1.
Rmusan Masalah
a.
Bagaimana Ciri-ciri bayi?
b.
Seperti apa Proses Kelahiran dan Tangis Pertama Bayi?
c.
Bagaimana Perkembangan Motorik, Bahasa, dan Emosi?
2.
Batasan Masalah
Dari
latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa batasan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri bayi
b.
Proses Kelahiran dan Tangis Pertama Bayi
c.
Perkembangan Motorik, Bahasa, dan Emosi
C.
Tujuan Penulisan
Dari latar
belakang, rumusa, dan batasan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Agar memperoleh pengetahuan tentang ciri-ciri dan berbagai berntuk
perkembangannya pada masa bayi
2.
Untuk mengembankan wawasan tentang psikologi pendidikan, sesuai
konsep kelahiran dan masa kecil
3.
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, yang
dibimbing oleh Ibunda Dra. Murni W.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN BAYI
A.
Ciri-ciri Bayi
Pada saat dilahirkan panjang rata-rata bayi adalah 20
inchi atau 50 cm dengan berat badan 3,4 kg. dibandingkan dengan ukuran tubuh orang
dewasa, panjang lebih dekat dari beratnya : panjang bayi yang 20 inci
menunjukkan lebih dari seperempat tinggi
orang dewasa ,sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan hanya bagian kecil dari
berat badan orang dewasa (seifert & hoffnung, 1994).[1]
Sedangkan Bayi
yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi
menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat
dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons per minggunya selama bulan pertama pada
bulan ke empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari
berat mereka ketika hari pertama kelahiran.
B.
Proses Kelahiran dan Tangis Pertama Bayi
1.
Proses Kelahiran
Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Child Development menjelaskan bahwa ada
lima tipe atau model kelahiran seorang bayi yaitu :
a.
Natural or Spontaneous Birth
Yakni kelahiran bayi secara spontan atau biasa disebut dengan kelahiran
bayi secara alami ”natural”. Sebab prosesnya tanpa adanya pertolongan atau obat
perangsang bagi ibunya. Tipe kelahiran ini dapat berjalan karena posisi dan
ukuran bayi (fatus) serta ukuran rahim (uterus) ibu itu memungkinkan dapat
muncul kepalanya dahulu, kemudian leher, kemudian memperlihatkan badan,
berjalan secara perlahan melalui seluruh kelahiran, selanjutnya dalam waktu
yang sama tampak tangan dan terakhir kedua kakinya.
b.
Instrument birth
Yaitu kelahiran bayi dengan alat-alat. Ini terjadi jika bayi tampak terlalu
besar dari (saluran kelahiran) badan ibu, atau jika karena kelahiran secara
normal tidak mungkin, maka manurut ilmu bedah terpaksa harus menggunakan alat
untuk menolong bayi.
c.
Breech Birth
Kelahiran ini biasanya disebut dengan kelahiran ”sungsang”, yakni yang
tampak dari bayi adalah pantatnya dulu, dan diikuti dengan kakinya, kedua
tangan serta terakhir kepala. Dan jika posisi bayi tidak dapat berubah sebelum
proses kelahiran dimulai, maka dalam hal ini
harus menggunakan alat untuk menolong bayi itu.
d.
Transverse-Presentation Birth
Yakni kelahiran dikarenakan keberadaan bayi melintang pada rahim ibu. Inipun
jika posisi bayi tidak dapat berubah sebelum proses kelahiran dimulai, maka
penggunaan alat untuk menolong kelahiran bayi terpaksa harus dilakukan.[2]
e.
Caesarean-Section Birth
Yaitu kelahiran dengan pembedahan. Hal ini jika kondisi bayi badannya
terlalu besar untuk melewati atau menembus saluran kelahiran dan terlalu lama
serta sult untuk diupayakan. Maka sekarang ini dengan menggunakan alat untuk
melahirkan bayi secara pembedahan, bayi secara pembedahan, yakni dengan
membelah dinding rahim ibu.
f.
Bayi prematur (bayi kurang umur atau kurang matang).
Yaitu kelahiran anak yang selamat tetapi belum waktunya lahir atau belum
mencapai periode kandungan secara penuh. World Health Organization (WHO)
memberikan standar bayi prematur, jika berat badan bayi waktu lahir kurang dari
37 minggu. Jika terjadi bayi banyak butuh pertolongan, perawatan harus teliti.
Biasanya harus dimasukkan ke inkubator (semacam mesin pengeram) agar memperoleh
kehangatan seperti yang diperlukan tubuhnya.
Teori kedokteran menyebutkan bahwa kelahiran bayi prematur atau abortus
spontan (keguguran tak disengaja) itu antara lain disebabkan oleh :
ü
Gangguan pada supply hormonal
ü
Ketidakseimbangan endoktrin.
ü
Definisi atau kerusakan ovarium (kandung telur)
ü
Gangguan thyroid pada kelenjar gondok, hypophyse (sambungan otak) serta
gangguan hormon-hormon lainnya.
ü
Keempat faktor emosional penyebab itu diperhebat dan diperkuat oleh faktor
emosional dan faktor psikis (faktor psikogenik) dari ibu yang sedang hamil. Ini
biasanya berpangkal pada kondisi wanita hamul tersebut.
2.
Tangis Pertama Bayi
Beberapa pendapat para ahli tentang tangisan pertama bagi bayi yang baru
lahir itu, antara lain :
a. Pendapat Sigmund Freud
Bapak
Psikoanalisa dari Australia ini berpendapat bahwa tangis pertama itu merupakan
pernyataan adanya keinginan untuk kembali ke alam sebelumnya (rahim ibu). Jadi
ada keinginan untuk ”regresi” menurut si bayi dalam kandungan ibu itu serba
enak, nyaman, bayi tidak pernah merasa dingin sebab suhu terakomodasi oleh suhu
badan ibu, bayi tidak perlu mengunyah makanan, dan lain-lain.[3]
Maka setelah ia
lahir ke dunia, mengalami perbedaan situasi, iklim dan cuaca yang jauh berbeda,
bayi mulai merasa kedinginan atau terlalu panas, terlalu bising, tidak nyaman
lagi. Akibattnya sang bayi protes ingin kembali ke dunia sebelumnya.
b. O. Rank
Sebagai
pengikut setia Freud dalam bukunya Des Tranmander Gaburt mengemukakan
bahwa kelahiran itu merupakan trauma, merupakan penghayatan yang dramatis.
Sehingga tangisan atau jeritan pertama bayi menunjukkan adanya kecemasan yang
dialami, karena anak telah terlempar dari tempat yang terlindung ke dalam
tempat yang tidak terlindung sama sekali. Bagi anak, kecemasan pertama ini
paling hebat dan sangat berarti dibanding kecemasan-kecemasan berikutnya.
c. Immanuel Kant
Ilmuwan Jerman
ini meninjau dari segi filsafat, bahwa tangis pertama bayi adalah merupakan
tanda protes kejiwaan terhadap belenggu kejasmanian yang akan dideritanya di
dunia. Selanjutnya ia mengatakan bahwa jiwa manusia itu lebih bernilai daripada
jasmaninya atau materi pada umumnya. Oleh karena itu bayi diprotes akan gejala
pengkaitan dirinya dengan materi yang dianggap membelenggunya.
d. Pendapat dari Tinjauan Biologis
Bahwa tangis
pertama bayi merupakan pertanda mulai berfungsinya jantung, paru-paru, dan
organ-organ tubuh lainnya. Hal ini menunjukkan adanya tanda kehiduapan
seseorang, maka jika bayi lahir tidak menangis, perlu cepat-cepat diusahakan
penanggulangan antara lain dengan memasukkan oksigen ke dalam paru-paru sebagai
pancingan pernafasan, atau cara tradisional dengan dipukul pelan-pelan agar
organ tubuh bergerak, serta cara-cara medis lainnya. Jika gagal penanggulangan
tersebut berarrti bayi telah meninggal dunia.[4]
e. Sis Heyster
Salah seorang
psikolog Belanda ini mengungkapkan bahwa tangis bayi yang pertama itu sebagai
tanda adanya kesadaran jiwa pada seorang anak, yang dimulai sejak lahir. Dengan
adanya kesadaran itu, maka fungsi-fungsi kejiwaannya telah mulai bekerja
sebagaimana mestinya.
Dari berbagai pendapat yang telah
dikemukakan tersebut kiranya dapat dipilih, pendapat mana yang telah
mengada-ada, dibuat-buat, sesuai dengan teori-teori ilmu jiwa, atau dapat
diambil kesimpulan yang sesuai dengan tinjauan ilmu jiwa. Namun pendapat Sis Heyster itu lebih dapat dijadikan dasar tinjauan
pembicaraan tentang tangis bayi yang dapat diterima .
C.
Perkembangan Motorik, Bahasa, dan Emosi
1. perkembangan
keterampilan motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ
otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin
matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak
dibagi menjadi dua:
a.
Keterampilan
motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakkan lengan dan
berjalan.
b.
Keterampilan
motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakan-gerakan
menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari. Kemampuan motorik
merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan
beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin
memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu
bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan
apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.[5] Teori
tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu,
mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut
merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan
fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya
untuk bergerak dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Selain berkaitan erat dengan fisik dan
intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis
anak.
2. perkembangan
bahasa
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa,
sebab sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk
mempelajari bahasa dengan sendirinya.hal ini terlihat bahwa manusia tidak
memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara.
kemampuan dan kesiapan belajar bahasa manusia ini
segera mengalami perkembangan setelah kelahirannya. bahkan menurut Havighurst
(1984), kemampuan menguasai bahasa dalam arti belajar membuat suara-suara yang
berarti berhubungan dengan orang lain melalui penggunaan suara-suara itu.[6]
perkembangan psikososial
berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi serta perubahan
bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. sebagimana telah dijelaskan
diatas, masa bayi adalah masa dimana anak-anak mulai berjalan, berpikir,
berbicara dan merasakan sesuatu.
3. Perkembangan Emosi
Emosi
yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan
fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan sebagian emosi
jauh lebih awal dibandingkan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan
dengan rinci dua perilaku ekspresif emosional yang penting. Yaitu menangis dan
tersenyum.
Untuk
menentukan apakah bayi benar-benar mengekspresikan suatu emosi tertentu, kita
memerlukan beberapa system untuk mengukur emosi. Menurut Carroll Izard (1982)
mengembangkan suatu sistem semacam itu, Maximally Discriminative Facial
Movement Coding Symtem ( Sistem Koding Gerakan Wajah Diskriminatif Maksimum)
disingkat “MAX” ialah system pengkodean ekspresi wajah bayi yang berkaitan
dengan emosi yang dikembangkan oleh Izard. Dengan menggunakan MAX, pengkode
memperhatikan rekaman gerakan lambat reaksi wajah bayi terhadap rangsangan.
Menurut
Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk
menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya
sendiri. Menurut Erikson,. Pada tahap
ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat,
membuka dan menutup , menjatukan, menolak dan menarik, memegang otonomi atau
kemandirian merupakan tahap ke dua perkembangan psikososial yang berlangsung
pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun di atas
perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorikdan melepaskan. Bayi merasa
bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri.
Selanjtnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan dorongan
keinginan diri mereka sendiri.[7]
Dengan
demikian, setelah memperoleh kepercayaan
dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik
mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka.
Mereka menyadari kemauan mereka. Pada
tahap ini bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat
berdiri di atas dua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan
mereka, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot,
dorongan, lingkungan dan diri sendiri
(otonom). Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau
terlalu membatasi hak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan
mengembangkan suatu rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan
mereka untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.
Erikson
yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi yang
penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama remaja. Perkembangan
otonomi selama tahun-tahun balita memberi
remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri , yang dapat
memiliki dan menentukan masa depa mereka
sendiri. Meskipun demikian menurut Santrock (1995), terlalu banyak otonomi sama
bahayanya dengan terlalu sedikit otonomi. Pada tahap ini jika bayi mempercayai
pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya
sendiri. Jika bayi terlalu banyak dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap
malu dan ragu. Tahap ini berlangsung ketika bayi berusia sekitar 1-2 tahun.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam proses kelahiran bayi, umumnya yang menjadi permasalahan adalah
tentang gerakan si bayi itu sendiri saat menjelang kelahiran. Apakah bayi
tersebut bersifat aktif (siap untuk lahir) ataukah bersifat pasif (cenderung
dilahirkan). Dalam kondisi normal bayi bersifat aktif, sehingga ia siap untuk
lahir, bukan dilahirkan. Dinyatakan demikian sebab posisi dan gerakan bayi di
dalam rahim itu menentukan cara dan tipe kelahiran bayi tersebut.
Elizabeth B.
Hurlock dalam bukunya Child Development menjelaskan bahwa ada lima tipe atau
model kelahiran seorang bayi yaitu : Natural or Spontaneous Birth; Instrument
birth; Breech Birth; Transverse-Presentation Birth; Caesarean-Section Birth;
Bayi prematur.
Pada dasarnya dalam keadaan pertumbuhan yang biasa, pikiran berkembang
secara berangsur-angsur, sampai anak mencapai umur delapan sampai dengan 12
tahun, ingatannya menjadi kuat sekali biasanya mereka suka menghafal
banyak-banyak. Anak mengalami masa belajar. Pada masa belajar ini anak menambah
pengetahuannya, menambah kemampuannya untuk mencapai kebiasaan yang baik.
B.
Saran
Penyusun mengakui bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kelemahan dan kekurangan yang semestinya perlu ditambah dan diperbaiki. Uraian
dan contoh yang diambil masih sangat kurang. Oleh sebab itu, segala masukan
yang bersifat positif sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang. Harapan penyusun semoga inti dari permasalahan yang
kita bahas ini dapat dipraktikkan di kehidupan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
John, W. Santrock. LIFE-SPAN DEVELOPMENT (Perkembangan Masa
Hidup). Jakarta: Erlangga, 2002
Mar’at.Samsunuwiyati. Psikologi
Perkembangan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2005
Rohmah. Yuliani, Elfi. Psikologi
Perkembangan,Yogyakarta : Teras, 2005
Wangilto. Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.
2003
Zulkifli, Psikologi Perkembangan,
Bandung, Remaja rosda karya , 1987
https://plus.google.com/105941357977697543986
https://plus.google.com/115536889942149769369