BAB I
PEDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhuk berkembang, atau seperti ungkapan Sayyid Nasr
manusia itu adalah hewan berteknologi, berbgaia keunikanyang dimiliki manusia,
sehingga perlu menjadi kajian khusus yang membahas hakikat manusia, seperti apa
manusia, dan apa saja yang berkaitan dengan hal-hal kemanusiaan.
Ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan
yang lain membentuk satu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan
dibentuk oleh sebuah teori.
Pendidikan merupakan pilar utama kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan sangat penting untuk memajukan sebuah bangsa. Sebagai usaha untuk
meningkatkan mutu lulusan pendidikan maka setiap pendidik harus mengetahui
tentang pendidikan khususnya hakikat manusia dan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan tersebut maka seorang pendidik harus mengetahui tentang ilmu
pendidikan.
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab
pendidikan tidak pernah terpisah dengan manusia. Pada akhir pembahasan ini
diharapkan tercapai deskripsi tentang hakikat manusia dan pendidikan.
B.
Rummusan dan Batasan Masalah
1.
Bagaimana manusia dipandang dari sudut pandang pendidikan?
2.
Apa hakikat pendidikan?, dan
3.
Apa urgensi pendidikan bagi kehidupan manusia
C.
Tuhuan Penulisan
Dari latar
belakang, rumusa, dan batasan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Agar memperoleh pengetahuan hakikat manusia dari sudut pandang ilmu
pendidikan, bagaimana hakikat pendidikan serta apa saja urgens opendidikan bagi
manusia.
2.
Untuk mengembankan wawasan tentang filsafat pendidikan, sesuai
konsep kemanusiaan dan pendidikan
3.
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan semester
dua prodi S1.
BAB II
PEMBAHSAN
MANUSIA DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A.
Hakikat Manusia Dalam Pendidikan
Ilmu pendidikan itu
selalu berhubungan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan tentang
siapakah manusia biasanya termasuk dalam bidang filsafat, yaitu bersifat
antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya
terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu
menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau
suatu bangsa yang melaksanakan pendidikan.
Nilai yang dijunjung
tinggi itu dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingi dicapai
melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai ini tidak diperoleh hanya dari paktik
dan pengalaman mendidik, tetapi secara normatif bersumber dari norma
masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari keyakinan
keagamaan yang dianut oleh seseorang.
Dibanding dengan
makhluk lain, jasmani manusia adalah yang terlemah, sedangkan rohaninya atau
akal budi dan kemauannya sangat kuat.[1] Manusia
memang tidak bisa terbang seperti burung, tidak dapat berenang selincah ikan,
dan tidak punya tenaga sekuat gajah.
Meski demikian
manusia memiliki kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya
memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya
maupun lingkungannya. Dengan demikian manusia bisa mengatasi kelemahannya
tersebut.
Hakikat manusia
diartikan sebagai ciri-ciri karateristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan
hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Adanya sifat hakikat tersebut
memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya
lebih tinggi daripada hewan. Wujud sifat hakikat manusia dengan maksud menjadi
masukan dalam membanahi konsep pendidikan, yaitu:
1.
Kemampuan menyadari diri
2.
Kemampuan bereksistensi
3.
Pemilikan kata hati
4.
Moral
5.
Kemampuan bertanggung jawab
6.
Rasa kebebasan
7.
Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
8.
Kemampuan menghayati kebahagiaan[2]
Manusia tidak mampu
menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di dunia bukan pula sebagai
hasil evolusi tanpa Pencipta sebagaimana diyakini penganut Evolusionisme,
melainkan sebagai ciptaan Tuhan. Manusia berbeda dengan benda. Perbedaan itu
antara lain dalam hal cara beradanya. Menurut Martin Hedegger, benda-benda di
sebut sebagai “yang berada” (Seinde), dan bahwa benda-benda itu hanya
“vorhanden”, artinya hanya terletak begitu saja di depan orang, tanpa ada
hubungannya dengan orang itu, benda-benda itu baru berarti. Sedangkan manusia,
ia berinteraksi di dunia di mana ia secara aktif “mengadakan” diriya, tetapi
bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan menciptakan manusia,
melainkan manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya, ia harus
bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi siapa nantinya.
Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh
instingnya. Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya
dalam setiap berprilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusia
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun
non formal. Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan
bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam
hakekat pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti
objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah
yang mendorong kami untuk mempelajari lebih dalam mengenai hakikat pendidikan
diluar dari tugas yang telah ditentukan
B.
Hakikat Pendidikan
Pendidikan (Education)
: Process Of Teaching, Training and Learning.[3]
Rupert C. Lodge dalam Fhilosofi Of Education (1972: 23) menyatakan
bahwa pendidikan dalam pengertian yang luas mnyangkut seluruh pengalaman.[4]
Kemudian Marimba (1962: 15) mendefenisikan pendidikan sebagai bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkmbangan jasmani dan ruhani si
terdidik menuju terbentunya kepribadian yang utama.[5]
Carter V. Good,[6] the
Education is the sistematized learning or intruction concerning principles and
methods of teaching and of student control and guidanc; leargely replaced by
the term Education.
Pendidikan pada
dasarnya adalah upaya pengembangan panca daya untuk mewujudkan hakikat manusia
dalam bingkai dimensi kemanusiaan. Upaya pendidikan merupakan proses
transformasi yang mengarah kepada terjadinya perubahan pada diri peserta didik.[7]
Pendidikan
merupakan setiap proses di mana seorang memperoleh pengetahuan (Knowledge
acquisition). Selain itu, ia dapat mengembangkan kemampuan/keterampilan
sikap (Skills Depelopment) atau mengubah sikap (attitude change).[8]
Ada beberapa konsepsi
dasar pendidikan yang akan dilaksanakan yaitu:
1. Bahwa pendidikan
berlangsung seumur hidup.
2. Bahwa bertanggung jawab
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
3. Pendidikan merupakan
suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang.[9]
Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan
eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang
berdimensi lokal, nasional dan global.
C.
Urgensi Pendidikan Bagi Manusia
Urgensi adalah keharusan yg mendesak; hal sangat penting,[10]
berbicara tentang urgensi pendidikan bagi manusia artinya adalah berbicara kepentingan
pendidikan itu bagi manusia.
Dalam sejarah
umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan
pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Pendidikan
dibutuhkan untuk menyiapkan manusia demi menunjang perannya di masa datang.
Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang
signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Dengan demikian,
pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menciptakan suatu generasi baru suatu
bangsa yang tidak bodoh secara intelektual namun tetap memiliki ikatan tradisi
mereka sendiri.
Pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu
dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu pendidikan di masyarakat, didisain
mengikuti irama perubahan dan kebutuhan masyarakat.
Pendidikan
secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap
individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi
seorang yang terdidik itu sangat penting. Sebagaimana yang diungkapkan Daoed
Joesoef tentang pentingnya pendidikan : “Pendidikan merupakan segala bidang
penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan
martabat manusia” Dan tentulah dari pernyataan tersebut kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa
lepas dari kehidupan.
Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan
Nasional, tercantum pengertian pendidikan: “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara”.[11]
Sementara di
dalam al-Qur’an dengan sangat jelas Allah Swt berjanji akan meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu dan beriman: Yarfa’illahulladzina amanu walladzina
utul ’ilma darajat” (QS. QS. Al-Mujadilah [58]: : 11).[12]
Ayat ini menunjukkan bahwa proses memperoleh ilmu atau pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi. Di samping itu, ilmu yang
dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah Swt. Ayat di atas adalah sebagian kecil dari contoh
betapa agama Islam sangat memandang ilmu sebagai alat yang penting dalam
kehidupan. Banyak sekali kata-kata atau perintah-perintah di dalam al-Qur’an
yang menunjukkan agar manusia ini berilmu, berpikir, merenung dan sebagainya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan, tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif.[13]
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan, tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh
kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia.
Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik,
mengajar, danmelatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha
untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaanya, kegiatan tadi
harus berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan
perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnyadan berlangsung seumur hidup
B.
Saran
Penyusun mengakui bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kelemahan dan kekurangan yang semestinya perlu ditambah dan diperbaiki. Uraian
dan contoh yang diambil masih sangat kurang. Oleh sebab itu, segala masukan
yang bersifat positif sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang. Harapan penyusun semoga inti dari permasalahan yang
kita bahas ini dapat dipraktikkan di kehidupan sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Aly. Abdullah dan Eny Rahma, 1998, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara
Tirtaraharja. Umar dan La
Sulo, t.th, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Oxfort University, 2008. Oxfort Learners Pocket Dictionary. Oxfort
University Prss.
Tafsir, Ahmad, 1999, Metodologi Pngajaran Agama Islam,Bandung
: PT Remaja Rosdakarya,
Marimba. Ahmad D. 1980, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung
: Al-Ma’arif
Elfindri Dkk, 2011. Soft Skill untuk Pendidik. Baduose
Media.
Susmini, 2010, Manajemen Pendidikan, (Kartasura : CV. Cahaya
Pena,
Munib,Achmad, 2009Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang: UNNES
Press
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
Kemendiknas, 2012, Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003
tentang sisdiknas, (Bandung : Citra Umbara,
Depertemen
agama, Qur’an dan Terjamahnya, (Surakarta: CV Al-Hanan)