BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu kemampuan berpikir,
dengan kata lain curiousity-nya tidak idle tidak tetap sepanjang
zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang, atau dengan kata lain
manusia memiliki kemampuan berpikir. Ia bertanya terus tentang apa?, bagaiman?,
dan mengapa begitu?.
Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru menjadi pengetahuannya yang
lebih
baru. Hal demikian berabad-abad lamanya, sehingga terjadi akumulasi
pengetahuan. Rasa pengen tahu manusia ternyata tidak cukup hanya sampai disitu,
hangga pada akhirnya pada sebagian kondisi, manusia tidak mendapatkan jawaban
tentang apa yang disaksikan dan dialaminya, hingga datang anggapan-anggapan
yang direka-reka dijadikan sebagai keputusan dan kesepakantan bersama, hingga
menjadi sebuah keyakinan yang akhirnya turun-temurun diyakini oleh manusia itu,
jawaban tadi itu didapatkan bukan karena telah meneliti dan melihat penyebabnya
lebih dahulu, meski pada saat itu reka-rekaan itu berlaku, itulah yang kita
anggap sebagai mitos, dan mitos ini masih berkembang hinga pada saat kita
sekarang ini.
Melihat kondisi di atas, lalu bagaimana kedudukan mitos di zaman
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sekarang ini, apakah mitos-mitos lama
masih mampu menjawab kebutuhan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, inilah
yang akan dibahas dalam makalah ini, mengingat betapa pentingnya untuk merubah
pola dan paradigma berpikir, dari berpikir sederhana hingga berpikir kompleks,
dari sifatnya yang tidak ilmiah menjadi ilmiah, karena yang ilmiah itulah yang
sebenarnya ilmu pengetahuan.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
1.
Rumusan Masalah
Sesuai
dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya dapat di deskripsikan
sebagai berikut:
a.
Apa
itu mitos?
b.
Apa
saja manfaat mitos dalam kehidupan masyarakat?
c.
Bagaima
kepuasan dan ketidak puasa terhadap mitos?
d.
Bagaimana
mitos dalam pandanagn islam?
e.
Apa
saja contoh mitos yang masih dianggap berlaku?
2.
Batasan Masalah
Dari
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka batasan masalahnya dapat di
rumuskan sebagai berikut:
a.
Pengertian
mitos
b.
Manfaat
mitos dalam kehidupan masyarakat
c.
Kepuasan
terhadap mitos dan ketidak puasa terhadap mitos
d.
Mitos
dalam Islam
e.
Contoh-contoh
mitos yang dianggap masih berlaku
C.
Tujuan Penulisan
Dari
beberapa batasan masalah di atas, maka setidaknya tulisan ini bertujuan untuk:
a.
Menyingkap
bagaimana mitos menjawab kebutuhan ilmu pengetahuan dimasa lampau
b.
Bagaiman
kepusan dan ketidak puasa manusia dalam menjawab segala kebutuhan manusia itu
melalui mitos-mitos mereka.
c.
Mencari
tahu bagaimana pendapat manusia-manusia sekarang terhadap mitos-mitos lama
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
MITOS, KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN TERHADAPNYA.
A.
Pengertian
Mitos merupakan cerita suatu bangsa tentang dewa-dewa dan pahlawan
zaman dahulu, mengandung penafsiran tentng asal-usul semesta alam, manusia, dan
bngsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.[1]
Farida Hamid[2]
mengartikan Mitos dengan sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan primitif
tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah
dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau
alam sekitarnya. Dalam bahasa Inggris tidak ditemukan secara pasti diistilahkan
dengan apa, namun ada tiga opsi yang berkaitan dengan Mitos ini, yaitu:
Pertama, Myth: story from ancient time ; something that many poeple blieve
but the does not edist or is false[3].
Kedua, Fairy[4]
: small imaginary creature with magucal power, Ketiga, Legend : Story
from ancient Time that may or my not be true.[5]
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi
oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain
(kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya
cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan
Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian
dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep
dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta,
manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti
yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan
mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.[6]
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar
pengamatan maupun pengalamannya, manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
Sebagai contoh: “apakah pelangi itu?” karena tak dapat dijawab, mereka
mereka-reka dengan jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari.[7]
Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan, dan merupakan gabungan dari
pengamatan pengalaman dan percayaan itu kita sebut dengan Mitos. Adapun
yang cerita yang berdasarkan mitos ini disebut Legenda.[8]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa mitos adalah merupakan pendapat-pendapat
manusia/masyarakat tentang suatu hal yang dianggap fenomena dan tidak terjawab
melalui pendekatan ilmiah, lalu jawaban itu mereka reka-reka sendiri yang pada
akhirnya berbeda dengan temuan ilmiah yang sesungguhnya, itulah Mitos.
A. Comte menyatakan bahwa ada
tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap
metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk
tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos
yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan
lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos
dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda.
Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera
manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya
sementara.
Tonggak sejarah pengamatan,
pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom,
pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang
mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain.
Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander,
Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
B.
Manfaat Mitos Dalam Masyarakat
Ilmu
pengetahuan dan pengajaran merupakan sesuatu yang natural dalam peradaban
manusia, hal ini disebabkan bahwa manusia mempunyai kesamaan dengan semua
makhluk hidup dalam sifat kemakhlukannya, seperti perasaan, bergerak, makan,
bertempat tinggal, dan lainnya. Namun manusia berbeda dengan makhluk hidup
lainnya karena kemampuannya berpikir yang memberikan petunjuk kepadanya,
mendapatkan mata pencarian, kerja sama antar sesamanya, berkumpul dalam rangka
untuk bekerja sama.[9]
Atas dasar di
ataslah manusia terus mengembangkan pikirannya untuk terus menjawab semua apa
yang ia lihat dan alami, meski pada saat itu manusia belum mampu melkukan
penelitian secara ilmiah dengan segala kewajaran yang ada yang bersipar
rasional.
Masyarakat
waktu itu dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan
pemikirannya; padahal hasrat ingin tahunya berkembang terus, maka mitos
merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu.[10]
Jadi, dapt disimpulkan bahwa mitos itu hanyalah jawaban kepercayaan masyarakat
waktu itu setelah mereka gagal melakukan penelitian dan menemukan alasan
rasional.
C.
Kepuasan dan Ketidakpuasan Terhadap Mitos
Manusia sebagai
mahluk yang berpikir di bekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejela-gejala alam.dan
inilah yg membeda kan manusia dengan hewan karna dibekali otak oleh Sang
Pencipta,dan dengan pikiran manusia bisa mengendalikan semua apa yang hendak ia
lakukan atau tidak ingin ia lakukan.
Rata-rata alam
pikiran manusia dapat berkembang tidak hanya didapatkan dari objek yang diamati
melalui panca indera saja, tetapi seperti yang berhubungan dengan baik atau
buruk, benar atau salah dan lain-lain nya.Dan mungkin karena teknologi juga
yang semakin berkembang sesuai zamannya, sehingga sejalan dengan cara berfikir
manusia yang memudahkan manusia untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan
yang sangat banyak, sehingga membuat alam pikir manusia semakin berkembang dan
berkembang lagi.
Manusia
selalu berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk
bisa menjawab pertanyaan dari rasa ingin tahunya, manusia sering mereka-reka
sendiri jawabannya. Meski jawaban seperti ini kadang tidak logis, namun sering
diterima masyarakat awam sebagai suatu kebenaran. Pengetahuan semacam ini
disebut pseudo science, yaitu
pengetahuan mirip sains tapi bukan sains.[11]
Cara
memperoleh pengetahuan dengan pendekatan pseudo
science (sains semu) ini antara lain sebagai berikut.
1. Mitos
Mitos
merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dengan dugaan, imajinasi dan
kepercayaan.
2. Wahyu
Wahyu
merupakan komunikasi sang Pencipta dengan makhluk-Nya sebagai utusan yang
menghasilkan ilmu pengetahuan yang benar.
3. Otoritas
dan Tradisi
Otoritas
dan tradisi yaitu pengetahuan yang telah lama ada dan dipergunakan oleh
pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
4. Prasangka
Prasangka
yaitu berupa dugaan yang kemungkinannya bisa benar dan bisa salah.
5. Intuisi
Intuisi
merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan
pola pikir tertentu dan biasanya pendapat itu diperoleh dengan cepat tanpa
melalui proses berpikir terlebih dahulu.
6. Penemuan
Kebetulan
Penemuan
kebetulan yaitu pengetahuan yang awalnya ditemukan secara kebetulan dan
beberapa di antaranya adalah sangat berguna.
7. Cara Coba-Ralat
(Trial and Error)
Trial and error adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui cara coba-salah-coba-salah, tanpa dilandasi dengan teori yang relevan.
Pada
zaman Yunani (600-200 SM) pola pikir manusia menjadi lebih maju dariada pola
pikir mitos. Pada masa ini terjadi penggabungan antara pengamatan, pengalaman,
dan akal sehat atau logika. Aliran ini disebut “rasionalisme”, yaitu pertanyaan
akan dijawab dengan logika atau hal-hal yang masuk akal.
Selanjutnya
juga dikenal metode deduksi, yaitu penarikan suatu kesimpulan berdasarkan pada
sesuatu yang bersifat umum. Bebarapa waktu setelahnya juga dikenal metode
induksi, yang intinya adalah pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data
pengamatan atau eksperinmentasi yang diperoleh.
D.
Mitos Dalam Pandangan Islam
Islam adalah
agama yang mengagungkan kebenaran. Tolok ukur kebenaran dalam Islam yaitu
bersumber dari wahyu Allah Ta’ala, baik dalam al-Qur’an maupun al-Sunnah. Islam
juga mengagungkan ilmu dan mengharamkan berkata tanpa dasar ilmu yang benar.
Allah Ta’ala
berfirman dalam al-Qur’an:
﴿ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ ﴾
“Kebenaran
itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu.”[12](Q.S: Al-Baqoroh: 147).
Diantara cara
berfikir yang menyimpang dari kebenaran adalah percaya kepada khurafat dan
mitos. Yang dimaksud dengan mitos adalah cerita-cerita bohong tentang suatu hal
seperti asal usul tempat, alam, manusia dan sebagainya yang mengandung arti
mendalam dan diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan definisi khurafat adalah
ajaran atau keyakinan yang tidak mempunyai landasan kebenaran, disebut pula
takhayul.
Dalam kajian
Islam, tidak semua mitos-mitos itu benar, bahkan percaya kepada sebagian
mitos-mitos yang ada adalah merupakan kesyirikan, sebagai contoh: adalah
kepercayaan bahwa orang yang melindas mati seekor kucing, jika tidak dikuburkan
dan dikafani oleh orang yang melindas, maka orang tersebut atau kenderaannya
akan mengalami kecelakaan. Hal ini jelas bertentangan dengan Agama, sebab
segala kebaikan dan kemudratan itu datangnya hanya dari Allah semata.
قُلْ لَا يُصِيْبَنَا اِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا
Artinya: Katakanlah, Sesuatu tidak
akan menimpa kami, kecuali Allah telah mentaqdirkannya kepada kami.
E.
Contoh-contoh mitos dalam kehidupan masyarakat.
Ada beberapa hal yang dianggap mitos
ditengah-tengah masyarakat, dan sudah dipercayai sejak dahulunya, kepercayaan
itu diwariskan secara turun temurun hingga pada saat sekarang ini yang semua
ilmu pengetahuan dibuktikan dengan cara ilmiah dan menemukan titik rasional.
1.
Mitos
di Tanah Minang: (Jan bapayuang di dalam rumah, beko di tembak patuih). Berpayung di dalam rumah, dikhawatirkan akan disambar petir.
juga, Jan duduak diateh banta, jikok duduak diateh banta beko
ikua tu dek bisua (Bisul).
2. Mitos beringin
kembar di Alun-alun Kidul. Kalau bisa melintasi dua pohon beringin kembar
itu dengan mata tertutup, semua permintaan kita akan dikabulkan. Mitos
tersebut dilatarbelakangi oleh dua cerita yang ada di tengah masyarakat.
Berikut ini adalah dua versi cerita tersebut.
3. Mitos tentang
foto bertiga, maka yang di tengah akan meninggal duluan.
4. Dilarang menjahit
di malam hari, karena dapat menyebabkan kemiskan.
5.
Kisah
anak durhaka Sampuraga di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, kisah ini
dibuktikan dengan adanya peninggalan air yang menggelegah yang dipercayai
sebagai Sampuraga yang mencair akibat kedurhakaannya kepada ibunya, yaitu tidak
mau mengakui ibunya sebagai ibu kandungnya sendiri, kemudian ibunya mengutuknya
hingga turun hujan yang lebat, dan dia menyatu dengan air hujan itu lalu
tubuhnya pun ikut mencair dan menggelegah karena menyatu dengan panasnya api
pemasak makanan dipesta pernikahannya. Terakhir dibuktikan bahwa air yang
menggelegah itu adalah merupakan limbah dari gunung merapi yang letaknya tidak
terlalu jauh dari tempat itu.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mitos merupakan
cerita suat bangsa tentang dewa-dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung
penafsiran tentng asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut
mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.
Mitos atau mite
(myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos
juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang
dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam
semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah
cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan
dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam.
Dalam
kajian Islam, tidak semua mitos-mitos itu benar, bahkan percaya kepada sebagian
mitos-mitos yang ada adalah merupakan kesyirikan, sebagai contoh: adalah
kepercayaan bahwa orang yang melindas mati seekor kucing, jika tidak dikuburkan
dan dikafani oleh orang yang melindas, maka orang tersebut atau kenderaannya.
B.
Saran
Demi khasanah keilmuan, dan kesempurnaan
tulisan ini, kritikan, saran dan masukan dari saudara/i sangat dibutuhkan, buat
kebaikan pemahaman kita di hari yang akan datang.