KATA PENGANTAR
بسم الله الØمن الرØيم
Penguasaan dan pengondisian kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Pengaturan tempat duduk siswa sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting.
Keterangan di atas sungguh jelas dan sangat urgen untuk dijadikan sebagai landasan utama pengangkatan masalah ini. Sebab, jika seorang guru tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka guru tersebutlah yang gagal dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Tujuan utama penulisan ini adalah sebagai Khasanah Keilmuan, untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang berbagai hal yang mencakup tentang kemampuan mengelola kelas, terhusus dalam pengaturan Shaf dan membuka pelajaran juga untuk menjadi masukan bagi para calon pendidik agar dapat mengajarkan pengetahuannya dan me-manage peserta didiknya dengan baik.
Tulisan ini juga diperuntukkan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Micro Teaching1, yang dibimbing oleh Ibunda Dra. Hj, Khadijah Ismail, MA.
Akhirnya, hanya terima kasih yang banyaklah yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang mendukung selesainya penulisan ini, mulai dari kawan-kawan yang telah mendukung dengan berbagai pemikiran dan berbagai referensi, juga terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis sampaikan kepada Ibunda Pembimbing yang dengan setianya membimbing Mata Kuliah ini sampai selesai pada pembahasan ini dan pembahasan-pembahasan berikutnya. Wallohu A’lam
STAY YAPTIP Simpang Empat, 30 Maret 2014
Penulis
PEMBAHASAN
KEMAMPUAN MENYUSUN SHAF DAN MEMBUKA PELAJARAN
KEMAMPUAN MENYUSUN SHAF
A. Pengertian
Shaf, berasal dari bahasa arab yang arti asalnya adalah “barisan dalam sholat”[1]. Dalam bahasa Indonesia, Shaf (saf) diartikan sebagai: lapis; deret; lapis berderet.[2] Menyusun shaf termasuk dari bagian keterampilan guru dalam mengelola kelas, sebagai mana pemakalah terdahulu menyatakan bahwa: keterampilan dapat diartikan sebagai: kecakapan untuk menyelesaikan tugas,[3] kemudian Istilah mengelola kelas diambil dari istilah “calssroom Management” yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam menyelengarakan kelas.[4]
Menurut Winataputra (2003), menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoi- emosional yang positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.[5]
Akhmad Sudrajat , menyatakan bahwa: “Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas”.[6]
Dan menurut Winzer (Winataputra, 2003: 99) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.[7]
Kemampaun guru dalam mengatur shaf, dalam artian lain adalah kemampuan guru dalam mengatur bangku dan tata letak tempat duduk siswa di dalam kelas. Dan menjadikannya bervariasi guna menghilangkan kebosanan peserta didik dan menghindarkan situasi dan suasana yang Monoton.
B. Fungsi Penyusunan Shaf
Penyusunan saf (tempat duduk siswa) termasuk dari bagian pengelolaan kelas yang mesti benar-benar seorang guru kuasai. Sedangkan pengelolaan kelas sendiri berfungsi untuk:
1. Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran
2. Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran
3. Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk menbcapai tujuan pembelajaran
4. Membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan sisawa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif “Ed”.[8]
5. Pengaturan tempat duduk siswa, secara khusus berfungsi untuk menghilangkan kejenihan siswa terhadap satu kondisi belajar yang dianggap Monoton atau tidak bervariasi.
C. Teknik Menyusun Shaf
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.[9]
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52)[10] ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
1. Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
2. Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
3. Meja Panjang
4. Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
5. Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
KEMAMPUAN MEMBUKA PELAJARAN
A. Pengertian
Keterampilan membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi murid agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari.[11] Dengan demikian usaha tersebut akan memberikan efek yang positif bagi kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan oleh guru dimaksudkan untuk menciptakan suasana mental siswa agar terpusat pada hal-hal yang dipelajarinya. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat diulakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya.[12]
B. Tujuan Kemampuan Membuka Pelajaran
Tujuan keterampilan/kemampuan membuka pelajaran, yaitu
1. Membantu siswa mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipeelajarinya.
2. Menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar
3. Membantu siswa agar mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
4. Membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikeanalnya.[13]
C. Teknik Membuka Pelajaran Dengan Baik
Anggaplah kita bersiap menghadap Allah S.W.T., dengan kesiapan ibadah kita akan mudah menemui beliau.
Demikian juga ketika kita sebagai pendidik, baik guru, dosen atau pendidik dalam rumah tangga dan lingkungan. Maka bekal pendidik yang baik akan berguna.
Sekiranya kita sudah memiliki ilmu, maka ilmu yang ada niscaya tidaklah cukup dan memadai. Sekalipun ada keterbatasan kita, alangkah baiknya kita juga menguasai ilmu lain selain ilmu utama. Karena semakin banyak yang kita kuasai, maka semakin lengkaplah keberadaan kita sebagai guru.[14]
Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal. Agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Untuk kepentingan tersebut guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan
2. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama peserta didik).
3. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
4. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan
5. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menguji kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.[15]
1. Pendahuluan
a. Membahas bahan kokurikuler yang ditugaskan pada jam pelajaran tatap muka sebelumnya
b. Apresiasi
c. Memberikan motivasi untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajarn yang akan diberikan.[17]
(contoh: memberikan contoh teladan terhadap kepemimpinan khulafaurrosyidun, pada pelajaran SKI. Dan hikmah sholat dan kesuksesan melalui sholat, pada pelajaran Fiqh).
Mahmud dan usamah (2009: 126-127) “ada tiga poin utama yang harus anda perhatikan dengan seksama sebelum anda memulai pelajaran hari ini. Tiga poin tersebut adalah,
1. Menyiapkan suasana yang baik lagi kondusif.
2. Materi pelajaran dan metode yang akan disampaikna.
3. Penutupan.[18]
Pengetahuan dan kemampuan seorang guru untuk memotivasi adalah kunci untuk meningkatkan intraksi antara guru dengan murid, antara guru dengan materi pelajaran yang diajarkan, antara murid yang satu dengan yang lainnya, sewrtas antara murid dengan lingkungan belajarnya. Kita bisa simpulkan bahwa iklim dan lingkungan sosial yang baik dan dibarengi dengan interaksi yang baik antara ungkapan dan perbuatan, kemudian ditambah dengan pemberian motivasi akan embuat proses belajar mengajar di dalam kelas menjadi lebih efektif.[19]
Udin Syaefudin Saud (2010: 57) “komponen-komponen dalam keterampilan membuka pelajaran, yaitu:
1. Menarik perhatian siswa, diantaranya dengan cara:L
a. Melakukan variasi dalam mengajar.
b. Menggunakan alat bantu mengajar.
c. Melakukan variasi dalam pola interaksi
2. Memotivasi siswa, diantaranya dengan cara:
a. Menimbulkan kehangatan dan keantusiasan.
b. Menimbilkan rasa ingin tahu.
c. Mengemukakan ide yang bertentangan.
d. Memperhatikan minat siswa.
3. Memberi acuan, diantaranya dengan cara:
a. Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
c. Menyarankan langkah-langkah yang harus ditempuh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Membuat kaitan, diantaranya dengan cara menghubuingkan minat, pengalaman, dan hal-hal yang dikenal oleh siswa ketika guru melakukan kegiatan pembelajaran.[20]
Intinya, kemampuan membuka pelajaran harus bisa membangkitkan semangat peserta didik untuik pelajaran brikutnya.
PENUTUP
Kemampaun guru dalam mengatur shaf, dalam artian lain adalah kemampuan guru dalam mengatur bangku dan tata letak tempat duduk siswa di dalam kelas. Dan menjadikannya bervariasi guna menghilangkan kebosanan peserta didik dan menghindarkan situasi dan suasana yang Monoton.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
1. Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
2. Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
3. Meja Panjang
4. Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
5. Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
Keterampilan membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi murid agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari.
A. Saran
Apa yang kita bayangkan dalam pengelolaan kelas dapat menjadi tindakan nyata ketika berdiri di depan kelas untuk memulai proses belajar mengajar. Mengelola kelas dengan baik menjadikan suasana belajar mengajar terasamenjadi kondusif dan menyenangkan, baik bagi murid maupun guru.
DAFTAR PUSTAKA
Anita. Lie, 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT Grasindo.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Elfindri Dkk, Soft Skill untuk Pendidik, (Baduose Media, 2011).
Hamid. Farida, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Penerbit Apollo.
Ismawati. Esti, 2010. Perencanaan Pengajaran bahasa. Surakarta : Yuma Pustaka.
Khalifah. Mahmud dan Usamah Qutub, 2009. kaifa tasyabaha mu’alliman mutamayyizan. (terjemah: Muhtadi Kadi dan Kasrin Karyadi, Menjadi Guru yang di Rindu). Surakarta : Ziyad Visi Media.
Mansur, Ibn. (tanpa tahun). Lisanul Arab Li Ibn Mansur. Dar Al-Ma’arif .
Saud. Udin Syaefudin, 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta.
Udin. Winataputra, S. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmad Gozali Dkk. Makalah Keterampilan Mengelola Kelas dan Observasi, dipersentasikan pada 25 maret 2012, tidak dipublikasikan.
Akhmad Sudrajat. 2008. Teknik Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com