BAB I
PENDHULUAN
Manusia sebagai ciptaan allah tentu mempunyai banyak kebutuhan dan
kepentingan dalam kehidupannya sehari-hari guna menjaga kelangsungan hidupnya
dan gambaran masa depannya. Oleh karena itulah manusia disuruh terus untuk
selalu berusaha. Namun disamping itu usha belum menjanjikan semuanya, makanya
perlu pulalah sifat tawakkal yang menyerahkan segala urusan itu kembali kepada
allah.
Jika terjadi sesuatu diluar rencana, maka disitulah fungsi dari
sifat sabar. Namun jika kenikmatan melimpahi hidup kita, itulah peran rasa
syukur dihati kita. Serta disamping itu, kita juga perlu Qona’ah ataupun merasa
cukup apa yang ada sesudah berusaha agar tidak terjerumus kepada sifat tamak
yang sangat melalaikan.
Karna itulah, kami dari kelompok tujuh juga sebagai melengkapi tugas
mata kuliah semester V akan mencoba membahas dan membuat makalah yang akan
membahas TAWAKKAL, IKHTIYAR, SABAR, SYUKUR DAN QONA’AH, berkaitan
Tentang PENGERTIAN, DALIL-DALIL dan KAITAN
masing-masing.
Ucapan terima kasih pemakalah disampaikan kepada bapak dosen
pembimbing sekaligus kepada kawan-kawan semua pada mata kuliah yang sama.
Terima kasih
Penulis
BAB II.
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
1. Tawakkal
Tawakkal adalah menyerahkan segala
urusannya kepeda allah setelah dia melakukan usaha, sebagaimana dalam Firman
Allah واذا كسبت
فتوكل على الله “apabila engkau
telah melakukan usaha, maka bertawakkallah (serahkanlah urusannya)kepada allah.
Tawakkal adalah perilaku terpuji,
sebab, dengan tawakkal, maka manusia akan lebih mengetahui identitas dirinya
sebagai hamba allah yang selalu bergantung dan mengharap rahmatnya Allah di
setiap detiki kehidupannya.
Dengan tawakkal, bukan berarti kita
menyerahkan segala urusan kita kepada allah dengan begitu saja, namun disamping
itu kita juga harus berusaha untuk menyelesaikan urusan tersebut, namun
kemudian menyerahkannya kepada ketentuan allah.
Hatim
Al-Ashom: Tawakkal terbagi empat: pertama: tawakkal atas makhluk, Kedua:
tawakkal atas harta, Ketiga: Tawakkal atas diri, Keempat: Tawakkal
atas tuhan.[1]
2.
Ikhtiyar
Ikhtiyar dalam artian kata adalah berusaha, artinya berusaha untuk mencari
penghidupan didunia, ataupun berusaha untuk keluar dari segala masalah
kehidupan yang kita lalui. Sebab hidup dalam berpangku tangan saja sangat
dicela oleh agama, bahkan Rasulullahpun terus menganjurkan ummatnya untuk tetap
terus berusaha untuk kehidupannya didunia ini. Salah satunya adalah sabda
Rasulullah:
يد العلي خير
من يد السفلى
Artinya: tangan diatas lebih baik daripada tanganyang dibawah
Maksud dari hadits
diatas adalah, memberi lebih baik daripada nmenerima, artinya agar kita dapat
memberi adalah dengan berusaha, bukan dengan berpangku tangan. Sesuai pula
dengan sebuah Atsarnya Sayyidina Umar disaat melihat seorang laki-laki yang
hanya berdo’a saja kepada allah agar allah memberi rizqi padanyta, lantas
beliau berkata: ان السمأ لا يمطر الذهب والفضة “ sesungguhnya
langit itu takkan pernah menghujankan emas dan perak” arti dari perkataan
ini adalah berusaha bukan berpangku tangan.
3.
Sabar
Sabar dalam artian kata adalah menahan diri, maksudnya mampu menahan diri
disaat ia sanggup melakukan hal tersebut, sebagai contoh; misalkan seseorang
dianiaya orang lain, kemudian dia tetap sabar dan tidak membalas, padahal jika
dia mau dia sanggup untuk membalasnya.
Dalam Alqur’an Allah mendefenisikan sabar sebagai; orang-orang yang apabila
ditimpa musibah mereka lalu mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi
roji’in”[2]
4.
Syukur
Syukur dalam artian bahasa
adalah berterima kasih, juga, Syukur adalah salah satu sifat yang merupakan
hasil refleksi dari sikap tawakal. Secara bahasa, syukur mengandung arti
“sesuatu yang menunjukan kebaikan dan penyebarannya”. Sedangkan secara syar’i,
pengertian syukur adalah “memberikan pujian kepada yang memberikan segala
bentuk kenikmatan (Allah swt) dengan cara melakukan amar ma’ruf dan nahi
munkar, dalam pengertian tunduk dan berserah diri hanya kepada-Nya”. Menurut
artian lain juga disebutkan bahwa syukur adalah: keadaan seorang mempergunakan
nikmat yang diberikan oleh allah itu kepada kebajikan.[3]
Imam Al-Ghazali mengungkapkan dua manfaat syukur, yaitu;
1.
Agar
kekal kenikmatan yang sangatbsar itu, sebab, jika tidak disyukuri, akan hilang
2.
Agar
nikmat yang kita dapatkan bertambah[4]
Hal ini sesuai dengan firman
allah dalam alqur’an
ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
Artinya:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih".(Q.S. Ibrahim:7)[5]
5.
Qona’ah
Qana’ah
artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta
menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan.
Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu
giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur
kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam
hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Ulama Menyebutkan
ما سبقت اعصان ذلٍّ الا على بذر طمع
Maksudnya: Kehinaan tidak akan berkembang biak menjadi
cabang-cabang kecuali pangkalnya dari bibit tamak.[6] Sebagaimana
disebutkan dalam atsar, Tsabit Radiyallohu Anhu bercerita:
اخرج الينا انس بن مالك قدح حسبٍ غتيظا مضببا بحديد, فقال: يا ثابت,
هذا قدح رسول الله صل الله عليه وسلم.
Maksudnya: Anas bin malik memperlihatkan kepada kami tempat
minuman yang terbuat dari kayu, tempat minuman itu tebal dan dililit deringan
besi, kemudian anas menerangkan: hai Tsabit, inilah tempat minum Rasulullah
shalatullohi alaihi wasallam.[7]
Abdullah bin
Amru r.a. berkata, bersabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya beruntung orang yang
masuk Islam dan rizqinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah
berikan kepadanya”. (H.R.Muslim)
B.
DALIL-DALIL
1.
Tawakkal
øÎ) M£Jyd Èb$tGxÿͬ!$©Û öNà6YÏB br& xt±øÿs? ª!$#ur $uKåkÏ9ur 3
n?tãur «!$# È@©.uqtGuù=sù tbqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊËËÈ
Artinya: ketika
dua golongan dari padamuingin (mundur) karena takut, Padahal Allah adalah
penolong bagi kedua golongan itu. karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakkal.(Q.S. Al-Imran: 122)
tA$s% Èbxã_u z`ÏB tûïÏ%©!$# cqèù$ss zNyè÷Rr& ª!$# $yJÍkön=tã (#qè=äz÷$# ãNÍkön=tã U$t6ø9$# #sÎ*sù çnqßJçGù=yzy öNä3¯RÎ*sù tbqç7Î=»xî 4 n?tãur «!$# (#þqè=©.uqtGsù bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÌÈ
Artinya: berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut
(kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah
mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya
niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika
kamu benar-benar orang yang beriman".(Q.S. Al-Maidah: 22)
2.
Ikhtiyar
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ
Artinya: apabila telah ditunaikan
shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Jum(Q.S.
Al-Jumu’ah: 10)
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Juga dalam sebuah Hadits
كان ابن عمر
يقول: اذا امسيت فلا تنتطر الصباح واذا اصبحت فلا تنتطى المساء وخذ من صحتك لسقمك
ومن حياتك لموتك ( أخردجه البخارى)[8]
Maksudnya:
adalah ibn umar berkata: apabila kamu sudah sampai diwaktu sore, maka jangan
tunggu pagi hari, dan apabila kamu sudah dipagi hari, maka jangan tunggui waktu
sore, dan lakukanlah pada waktu sehatmu sebelum sakitmu, juga hidupmu sebelum
matimu.
3. Sabar
$ygr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4
¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ
Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqoroh: 153)
÷É9ô¹$#ur $tBur x8çö9|¹ wÎ) «!$$Î/ 4 wur ÷btøtrB óOÎgøn=tæ wur Ûs? Îû 9,ø|Ê $£JÏiB crãà6ôJt Artinya:
bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka
dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (Q.S.
Annahl: 127)
4.
Syukur
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ (
ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
Artinya: dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Q.S. ibrahim: 153)
(#qè=ä3sù $£JÏB ãNà6s%yu ª!$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ (#rãà6ô©$#ur |MyJ÷èÏR «!$# bÎ) óOçFZä. çn$Î) tbrßç7÷ès?
Artinya: Maka makanlah
yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. ".(Q.S.
Annhl: 114)
5.
Qana’ah
$tBur tb$2 C§øÿuZÏ9 br& |NqßJs? wÎ) ÈbøÎ*Î/ «!$# $Y7»tFÏ. Wx§_xsB 3 ÆtBur ÷Ìã z>#uqrO $u÷R9$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB `tBur ÷Ìã z>#uqrO ÍotÅzFy$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB 4 ÌôfuZyur tûïÌÅ3»¤±9$# ÇÊÍÎÈ
Artinya: sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan
izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala
akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.[9]
C.
HUBUNGAN
Setiap orang
menginginkan ketentraman hidup. Ketentraman hidup hanya dapat diraih melalui
penyikapan yang tepat terhadap harta dan dunia sekecil dan sebesar apa pun yang
dimilikinya. Qana’ah dan syukur adalah dua sikap yang tak mungkin dipisah.
Orang yang qana’ah hidupnya senantiasa bersyukur. Makan dengan apa adanya akan
terasa nikmat tiada terhingga jika dilandasi dengan qana’ah dan syukur. Sebab,
pada saat seperti itu ia tidak pernah memikirkan apa yang tidak ada di
hadapannya. Justru, ia akan berusaha membagi kenikmatan yang diterimanya itu
dengan keluarga, kerabat, teman atau pun tetangganya.
Meski demikian,
orang-orang yang memiliki sikap qana’ah tidak berarti fatalis dan menerima
nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang-orang hidup qana’ah bisa saja memiliki
harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan dan
dunia yang dimilikinya, dibatasi dengan rambu-rambu Allah SWT. Dengan demikian,
apa pun yang dimilikinya tak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha
Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap
qana’ah-nya dan mempertebal rasa syukurnya.
Ketika berusaha mencari
dunia, orang-orang qana’ah menyikapinya sebagai ibadah yang mulia di hadapan
Allah Yang Maha Kuasa, sehingga ia tidak berani berbuat licik, berbohong, dan
mengurangi timbangan. Ia yakin, tanpa menghalalkan segala cara pun, ia tetap
akan mendapatkan rezeki yang dijanjikan Allah. Ia menyadari, akhir rezeki yang
dicarinya tidak akan melebihi tiga hal: menjadi kotoran, barang usang atau
bernilai pahala di hadapan Allah. Karenanya, ia pun lebih mementingkan seruan
Rabbnya.
Namun, jika sampai pada
keadaan demikian, ia tidak lantas terbius pada kenikmatan berkhalwat dengan
Allah seraya melupakan dunia. Ia menyadari, masih ada aturan Allah yang
mewajibkannya untuk beraktivitas kembali..
Niat yang lahir dari
hati orang-orang yang qana’ah ketika melakukan aktivitas pencarian dunia bukan
didasarkan pada penumpukan kekayaan untuk ia nikmati sendiri, namun benar-benar
didasarkan pada ibadah. Orang-orang qana’ah akan mencari harta dan dunia untuk
membekali dirinya agar lebih kuat dalam beribadah. Ia akan berpikir, Allah
lebih mencintai Mukmin yang kuat dibanding Mukmin yang lemah.
Kekayaan dunia yang ia
cari, bukan dijadikan sarana memyombongkan diri. Tapi, dimaksudkan untuk
menafkahi keluarganya agar tidak jatuh pada jurang kefakiran. Hartanya ia
gunakan untuk menyantuni orang lain dan agar tidak membebani orang lain ketika
Allah menimpakan kesulitan kepada dirinya. Ia akan terus teringat, kefakiran
dapat mendekatkan diri pada kekufuran.
Niat orang-orang
qana’ah ketika mencari harta juga didasarkan pada keharusannya menguasai ilmu
pengetahuan. Ia tidak akan pernah merasa sayang dengan harta dan dunia
sepanjang ia menggunakannya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Ia yakin,
hanya dengan memiliki ilmu ia dan keluarganya akan merasa tentram dalam
beribadah dan bermuamalah.
Di tengah ancaman badai
musibah yang kini terus mendera, sungguh sikap qana’ah dan syukur amat penting.
Orang yang mampu bersikap qana’ah akan meletakkan harta dan dunia di tangan,
bukan di hati. Ia akan berprinsip bahwa kekayaannya semata titipan Allah. Jika
suatu saat diambil, ia takkan merasa rugi. Toh, semua yang dimilikinya adalah
titipan. Prinsip inilah yang mampu membuat jiwa tentram dan nyaman meski
gelombang petaka datang menerpa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ketika berusaha mencari
dunia, orang-orang qana’ah menyikapinya sebagai ibadah yang mulia di hadapan
Allah Yang Maha Kuasa, sehingga ia tidak berani berbuat licik, berbohong, dan
mengurangi timbangan. Ia yakin, tanpa menghalalkan segala cara pun, ia tetap
akan mendapatkan rezeki yang dijanjikan Allah. Ia menyadari, akhir rezeki yang
dicarinya tidak akan melebihi tiga hal: menjadi kotoran, barang usang atau
bernilai pahala di hadapan Allah. Karenanya, ia pun lebih mementingkan seruan
Rabbnya.
sifat
serakah dan tamak. Ulama Menyebutkan
ما سبقت اعصان ذلٍّ الا على بذر طمع
Maksudnya: Kehinaan tidak akan berkembang biak menjadi
cabang-cabang kecuali pangkalnya dari bibit tamak
B. SARAN
Saudaraku seakidah, marilah sama-sama kita memperbaiki
hati serta tauhid kita, serta memperbanyak ibadah dan istiqomah didalamnya,
serta membuang sifat bermalas-malasan, sesudah itu mentwakkalkan semuanya
kepada allah, dan sabar atas setiap kekurangan, serta syukur setiap nikmat, dan
qonaahlah di setiap pemberian allah.
AFTAR PUSTAKA
Al-Iskandari . Ahmad Ibn Athaillah, Syarhu
Al-Hikam, Alihbahasa: Fatihuddin Abul Yasin, (Surabaya: Penerbit Terbit
Terang).
Al-Ghazali. Imam, Minhajul Abidin. terjemah abul hiyadh,
(Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009).
Al-Khoubawi. Utsman, Durotunnasihin,
(Bandung: Syirkatul Ma’arif).
Depertemen agama, Qur’an dan
Terjamahnya, (Surakarta: CV Al-Hanan)
Hajar. Ibn, Bulugul Maram, (Surabaya:
Penerbit Bintang Usaha Jaya).
Muhammad Bin Isa, Asy-Syama’ilu
Al-Hamidiyah,alih bahasa: M.Tarsyi Hawi, (Diponegoro: CV. Penerbit
Diponegoro)
Zahri .Mustafa, Kunci Memahami
Ilmu Tasawuf, (Surabaya: PT Bina Ilmu).
[1] Utsman
Al-Khoubawi, Durotunnasihin, (Bandung: Syirkatul Ma’arif) hal. 94
[2] Terjemah Ayat Alqur’an
Surah Al-Baqoroh 156
[3] Dr. Mustafa
Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: PT Bina Ilmu) hal. 59
[4] Imam
Al-Ghazali, Minhajul Abidin. terjemah
abul hiyadh, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009) hal. 335
[5] Depertemen
agama, Qur’an dan Terjamahnya, (Surakarta: CV Al-Hanan)
[6] Ahmad Ibn
Athaillah Al-Iskandari, Syarhu Al-Hikam, Alihbahasa: Fatihuddin Abul
Yasin, (Surabaya: Penerbit Terbit Terang), hal. 94
[7] Muhammad Bin
Isa, Asy-Syama’ilu Al-Hamidiyah,alih bahasa: M.Tarsyi Hawi, (Diponegoro:
CV. Penerbit Diponegoro), hal. 155
[8] Ibn Hajar, Bulugul
Maram, (Surabaya: Penerbit Bintang Usaha Jaya), hal. 604
[9] Depertemen
agama, Qur’an dan Terjamahnya, (Surakarta: CV Al-Hanan)