A.
Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kumpulan dari firman-firman Allah yang berperan
sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil, penjelas bagi segala sesuatu,
dan lain sebagainya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa al-Qur’an mempunyai
cakupan yang sangat luas, baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan
akhirat.
Berbagai macam masalah yang dibicarakan al-Qur’an, di antaranya
adalah tentang sumpah (qasam) Allah Swt. Seseorang boleh saja merasa heran, mengapa
Alla
h banyak bersumpah dalam al-Qur’an, baik bersumpah dengan diriNya sendiri
ataupun dengan makhluk-makhlukNya. Keheranan tersebut muncul karena mereka
tidak mempelajari idiom al-Qur’an. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang
muncul adalah: Apakah yang dimaksud dengan sumpah Allah dan apa unsure-unsur
yang membentuknya? Ayat-ayat mana yang termasuk sumpah Allah dan kenapa Allah
bersumpah?Tentang apa Allah bersumpah?, dan lain sebagainya.[1]
Dalam mencari bentuk-bentuk kata yang berarti sumpah, berpedoman
pada al-Qur’an dan terjemahnya. Sebagai pegangan awal, kata yang berkaitan
dengan Uqsimu ditemukan 24 kali, halaf 12 kali, yamin 24 kali. Perlu
diperhatikan juga sumpah yang berasal dari huruf. Menurut Ibnu Khalawaih huruf
sumpah ada empat macam, yaitu: waw, ba’, ta, dan hamzah. Tetapi
yang ditemukan dalam al-Qur’an kata yang berarti sumpah hanya tiga huruf yang
pertama, karena huruf hamzah diterjemahkan dengan “apakah” sebagai huruf
istifham. Secara umum sumpah yang dimaksud dapat berupa sumpah Allah, manusia,
dan setan, yang kesemuanya terdapat dalam al-Qur’an.[2]
B.
Pengertian
Kata Qasam
adalah bentuk mufrad dari kata Aqsam. Qasam secara etimologi (bahasa)
adalah الحلف
و اليمين yang berarti sumpah. Bentuk asli dari
qasam adalah dengan menggunakan kata kerja أقسم atau أخلف yang
dimuta’adikan kepada muqsam bih dengan huruf ba’, setelah itu
baru disebutkan muqsam ‘alaih, atau disebut juga dengan jawab qasam.[3]
Secara
terminology (istilah), Ibnul Qayyim menefenisikan qasam dengan “Suatu kalimat
yang memberikan penegasan (taukid) terhadap berita atau tuntunan yang
disampaikan”.[4]
Sedangkan
menurut Manna’ al-Qatthan, qasam adalah:
ربط
النفس بالإمتناع عن شيءأو الإقدام عليه بمعني معظم عند الحالف حقيقة أو
إعتقادا"”
“Sebagai pengikat jiwa
(hati) agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dianggap besar atau
agung oleh yang bersumpah, baik secara hakiki maupun I’tiqadi”.[5]
Secara
umum dapat dikatakan bahwa sumpah atau qasam adalah segala sesuatu yang
dikemukakan untuk menguatkan berita dengan menggunakan unsur-unsur sumpah.
Jadi, yang dimaksud dengan sumpah Allah adalah sesuatu yang digunakan Allah
untuk menguatkan berita dari Allah melalui firmanNya dengan menggunakan
unsure-unsur sumpah.[6]
C.
Sebab
Sumpah (Qasam) dalam al-Qur’an
Sabab
Qasam artinya sebab sumpah, yaitu latar belakang
terjadinya sumpah. Allah bersumpah dengan sesuatu, dikarenakan sebagian manusia
mengingkarinya atau mereka menganggap remeh. Anggapan demikian lahir dari
ketidaktahuan mereka tentang faedahnya, atau lupa dan buta dari hikmah Allah Swt.
Atau mungkin juga, pendapat seseorang terbalik dengan yang sebenarnya, lalu ia
berakidah tidak sesuai dengan yang ditetapkan Allah. Kenyataan yang demikian
menjadi sebab bagi Allah untuk bersumpah.[7]
Memperhatikan
keterangan di atas, tampak bahwa terjadinya sumpah antara lain karena adanya
penolakan terhadap sesuatu yang dikemukakan, yaitu al-Qur’an. Ternyata
al-Qur’an memang menjelaskan tentang situasi umat zaman dahulu sehingga perlu
adanya penekanan untuk meyakinkan orang yang menerima informasi. Selanjutnya,
terjadinya sumpah dalam al-Qur’an terdapat tujuan yang melebihi dari apa yang
dijelaskan di atas, yaitu untuk dipikirkan dan diteliti. Hal ini akan membawa
mereka kepada keyakinan yang kuat.[8]
D.
Macam-macam
Sumpah (Qasam) dalam al-Qur’an
Sumpah dalam al-Qur’an
terbagi dua macam:[9]
a.
Zhahir,
yaitu qasam yang di dalamnya disebutkan fi’il
qasam dan muqsam bih nya, atau qasam yang tidak disebutkan fi’il
qasamnya, tapi diganti dengan huruf ba’, waw, ta.
b.
Mudhmar,
yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan
fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang
masuk pada jawab qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186: لتبلون في أموالكم
و أنفسكم) ( yang berarti والله لتبلون .
E.
Unsur-unsur
Sumpah (qasam) dalam al-Qur’an
Lahirnya
suatu sumpah harus didukung oleh unsur-unsur tertentu, yaitu hal-hal yang
dengannya terbentuk sumpah Allah. Tanpa adanya unsur-unsur dimaksud, maka tidak
dapat dikatakan sebagai sumpah (Allah). Sedikitnya terdapat tiga unsure yang
harus dipenuhi jika dikehendaki suatu ucapan menjadi sebuah sumpah, yaitu: muqsam
bih, muqsam ‘alaih, adat qasam. Termasuk dalam unsure-unsur sumpah, muqsim,[10] Di
antara ayat yang memuat ketiga komponen qasam ini adalah firman Allah Swt dalam
surat an-Nahl ayat 38:
Artinya: mereka
bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah
tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (tidak demikian), bahkan
(pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah,
akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,
a.
Muqsim
Muqsim
atau qasim atau halif maknanya sama, yaitu yang bersumpah. Dalam
al-Qur’an ditemukan bahwa yang bersumpah tidak hanya Allah, tapi juga manusia
dan setan. Meskipun demikian, sumpah-sumpah yang diucapkan selain Allah dalam
al-Qur’an adalah firman Allah. Dalam kaitan dengan manusia sebagai yang
bersumpah, antara lain adalah firman Allah dalam Surat An-Nisa’ ayat 62.
Sedangkan dalam kaitannya dengan setan sebagai yang bersumpah, ditemukan hanya
satu kali dalam al-Qur’an, yaitu dalam Surat al-A’raf ayat 21.[11]
b.
Muqsam
bih
Muqsam bih atau mahluf bih maksudnya adalah lafaz yang
digunakan setelah adat qasam yang dijadikan sandaran dalam bersumpah.[12]
Misalnya Allah bersumpah dengan Allah sendiri dan dengan sebagian makhlukNya(tanda
kebesaranNya).[13] Allah
Swt bisa saja bersumpah dengan apa yang dikehendakiNya, sedangkan manusia
dilarang bersumpah kecuali dengan zat atau sifat Allah Swt.[14]
Hal ini sesuai dengan Sabda Rasul Saw. “Sesungguhnya Allah melarang kamu
bersumpah dengan nama ayahmu, siapa saja yang bersumpah harus dengan nama Allah
atau diam (tidak bersumpah).(HR. al-Darimi).
Hal itu menyebabkan muqsam bih dalam al-Qur’an yang lahir dari
sumpah Allah sangat beragam, sedangkan yang lahir dari sumpah manusia tidak
beragam.
Terdapatnya berbagai muqsam bih yang lahir dari sumpah Allah melahirkan
pertanyaan tentang kenapa Allah bersumpah dengan sebagian kecil dari
makhlukNya, padahal Allah Maha Kuasa. Jawabannya, ini bukan karena hal itu
lebih mulia dari diriNya, melainkan hanya menunjukkan betapa pentingnya hal itu
untuk diperhatikan, tetapi bukan untuk dijadikan Tuhan.[15]
Allah
bersumpah dengan diriNya sendiri dalam al-Qur’an di tujuh tempat: at-Taghabun
ayat 7, Saba’ ayat 3, Yunus ayat 53, Maryam ayat 68, al-Hijr ayat 92, an-Nisa’ 65
dan al-Ma’arij 40.[16]
Contoh sumpah Allah dengan makhlukNya dalam al-Qur’an:[17]
“Demi malam
apabila menutupi (cahaya siang) dan demi siang apabila terang benderang dan penciptaan
laki-laki dan perempuan”(Q.S al-Lail 1-3)
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan
demi bulan apabila mengiringinya, dan demi siang apabila menampakkannya”(Q.S
as-Syams 1-3)
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun dan demi
bukit Sinai”(Q.S at-Tin 1-2)
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh dan yang
genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu”(Q.S
al-Fajr 1-4)
c.
Muqsam ‘alaih
Muqsam ‘alaih disebut juga dengan jawab
qasam. Telah dijelaskan bahwa tujuan qasam adalah untuk menguatkan dan
mewujudkan muqsam ‘alaih, yaitu pernyataan karenanya sumpah diucapkan.Jawab
qasam tersebut haruslah berupa hal-hal yang layak untuk dimunculkan suatu qasam
terhadapnya. Misalnya hal-hal gaib untuk menetapkan keberadaannya, atau untuk
lebih menjelaskan ke-Maha Kuasaan Allah dan keterbatasan rasio manusia yang
diberikan Allah.[18]
Di dalam al-Qur’an secara garis besar
Allah bersumpah dengan hal-hal sebagai berikut:[19]
1.
Pokok-pokok
keimanan dan ketauhidan. Ini terdapat dalam Surat ash-Shaffat ayat 1-4:
“Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan
sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya
(dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan
pelajaran, Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa”
Yang menjadi muqsam ‘alaih dalam ayat
ini adalah “Sesungguhnya Tuahnmu benar-benar Esa”, jawab qasam terletak sesudah
fi’fil qasam dan muqsam bih.
2.
Penegasan
bahwa Rasulullah benar-benar utusan Allah, terdapat dalam Surat Yaasin ayat
1-3:
“Yaa siin demi Al Quran yang penuh hikmah,
Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul”
3.
Penegasan
bahwa al-Qur’an benar-benar mulia, terdapat dalam Surat al-Waqi’ah ayat 75-76:
“Maka aku bersumpah dengan masa turunnya
bagian-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau
kamu mengetahui.”
4. Penegasan tentang
balasan, janji dan ancaman yang benar-benar terlaksana dalam Surat az-Zariyat
ayat 1-6:
“Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan
kuat. dan awan yang mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan
mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan. Sesungguhnya apa yang
dijanjikan kepadamu pasti benar. dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti
terjadi”
5.
Keterangan tentang ihwal
manusiaterdapat dalam Surat al-Lail ayat 1-4:
“Demi malam
apabila menutupi (cahaya siang) dan demi siang apabila terang benderang dan penciptaan
laki-laki dan perempuan, sungguh usahamu beraneka ragam”
Di samping itu terdapat juga dalam
al-Qur’an muqsam ‘alaih yang dihilangkan, di antaranya terdapat dalam ayat-ayat
berikut:[20]
1.
Dalam
Surat al- fajr ayat 1-6
2.
Dalam
Surat al-Qiyamah ayat 3-4
Kebanyakan jawab qasam tidak disebutkan
apabila sudah terdapat indikasi yang menunjukkan kepada muqsam ‘alaih, dapat
pula dipahami bahwa qasam bertujuan untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam
‘alaih.
d.
Shighat
Qasam (fi’il qasam)
Dalam
al-Qur’an ditemukan beberapa sighat qasam:[21]
1.
Dengan
fi’il uqsimu atau yahlifu yang muta’addi dengan ba’, seperti yang
terdapat dalam Surat an-Nahl ayat 38:
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan
sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang
yang mati". (tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya),
sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui”
2.
Fi’il
qasam yang dicukupkan dengan huruf qasam ba’, kemudian diganti dengan
huruf waw (untuk isim zhahir dan lafaz Jalalah), dan ta’ (khusus
untuk lafaz jalalah). Seperti yang terdapat dalam firman Allah dalam Surat al-lail
ayat 1, dan Surat al-Anbiya’ ayat 57:
“Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan
tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya”(al-Anbiya’:57)
F.
Urgensi
Qasam dalam al-Qur’an
Qasam dalam al-Qur’an bermuatan rahasia
untuk menguatkan pesan-pesan al-Qur’an yang sampai kepada manusia terutama
untuk orang yang masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran
ajaran-ajaran al-Qur’an.
Ada tiga macam pola penggunaan kalimat
berita dalam al-Qur’an, yaitu: ibtida’, thalabi, dan inkari.[22]
a.
Ibtida’(berita
tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan wajar-wajar saja dalam
menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya.
b.
Thalabi,
yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu berita, sehingga
berita yang disampaikan kepadanya perlu diberikan sedikit penguat yang disebut
dengan kalimat thalabi atau taukid untuk meyakinkan dan
menghilangkan keraguannya.
c.
Inkari,
yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu menyangkal suatu
berita, untuk kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam
inkari (diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya). Oleh karena itu Allah
menggunakan kalimat sumpah dalam al-Qur’an, untuk menghilangkan keraguan,
menegakkan hujjah dan menguatkan berita terhadap orang-orang yang seperti ini.
G.
Kesimpulan
dan Penutup
Dapat penulis simpulkan bahwa:
a.
Setiap
sesuatu yang ada qasam dalam al-Qur’an merupakan suatu hal yang penting dan
sangat perlu diperhatikan.
b. Qasam dalam al-Qur’an berfungsi untuk
memperkuat sesuatu yang disampaikan dan menegakkan atau menyempurnakan hujjah
(argumentasi).
c.
Qasam
terbagi dua: Zahir dan Mudhmar.
d. Unsur-Unsur Qasam: Muqsim, muqsam bih,
muqsam ‘alaih, shighat qasam.
Demikianlah sekelumit tentang qasam
dalam al-Qur’an yang bisa penulis paparkan, mudah-mudahan bisa bermanfa’at bagi
kita semua. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dengan senang
hati.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qatthan, Manna’, Mabahits fi
‘Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-Ashr al-Hadits, 1973)
Al-Qayyim, Ibn Al-Jauzi, at-Tibyan
fi Aqsamil Qur’an, (Kairo: Maktabah al-Mutanabbi, tt)
Nasution, Hasan Mansur, Rahasia
Sumpah Allah Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Khazanah Baru, 2002)
Zaini, Hasan dan Radhiatul Hasnah, ‘Ulum
al-Qur’an, (Batu Sangkar: STAIN Batu Sangkar Press, 2010)
[1] Hasan Mansur Nasution, Rahasia Sumpah Allah Dalam al-Qur’an, (Jakarta:
Khazanah Baru, 2002), h. 3
[2] Ibid.
[3] Manna’ al-Qatthan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, (Riyadh:
Mansyurat al-Ashr al-Hadits, 1973), h. 290
[4] Hasan Zaini dan Radhiyatul Hasnah, ‘Ulum al-Qur’an, (Batu
Sangkar: STAIN Batu Sangkar Press, 2010), h. 156
[5] Manna’ al-Qatthan, op.cit., h. 291
[6] Hasan Mansur Nasution, op.cit., h. 6
[7] Ibid, h. 9
[8] Ibid, h. 10
[9] Manna’ al-Qatthan, op.cit., h. 293
[10] Hasan Mansur Nasution, op.cit., h. 7
[11] Ibid, h. 8
[12] Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, op.cit., h. 159
[13]Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Tibyan fi Aqsamil Qur’an, (Kairo:
al-Mutanabbi, tt), h. 7
[14] Hasan Mansur Nasution, op.cit.,,h. 12
[15] Ibid, h. 13
[16] Manna’ al-Qatthan, op.cit., h. 292
[17] Ibid.
[18] Hasan Mansur Nasution, op.cit., h.14
[19] Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, op.cit., h.160
[20] Ibid.
[21] Manna’ al-Qatthan, op.cit., h. 291
[22] Hasan Zaini dan Radiatul Hasnah, op.cit., h. 162