KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT penulis ucapkan atas segala karunia yang telah diberikan-Nya.
Kemudian Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW selaku
junjungan ummat Islam, untuk meraih keberkahan dan mengharap syafaat di hari
akhirat kelak.
Metodologi
Studi Islam sudah menjadi bahasan yang sudah tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan, sebab kajian Metodologi
Studi Islam menjadi kajian yang cukup luas, mencakup setiap sejarah,
karakteristik, serta bahasan yang lain, yang berkaitan dengan pendidikan Islam,
oleh karena itu, kajian Metodologi Studi Islam ini merupakan suat kajian yang
mesti dipelajari oleh setiap calon guru Pendidikan Agama Islam di perguruan
tinggi sebab betapa urgennya untuk dipahami. maka kami dari kelompok satu
mencoba membahas sebagian dari kajian Metodologi Studi Islam tersebut. Untuk
dijadikan sebagai pijakan dasar dalam memahami ilmu Metodologi Studi Islam
selanjutnya. Penulis dari
kelompok satu mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara yang ikut serta
membantu demi terwujudnya tulisan juga terima kasih juga kami ucapkan kepada
dosen pembimbing Mata Kuliah Metodologi Studi Islam atas segala arahan yang
telah diberikan.
akhirnya, hanya
terima kasihlah yang dapat penulis ucapkan kepada siapa pun yang berperan dalam
penulisan makalah ini, dan penulis berharap agar tulisan ini dapat menambah
khazanah keilmuan bagi pembaca.
STAI
YAPTIP 05 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang
seluas-luasnya. Seiring perubahan waktu dan perkembangan zaman, agama semakin
dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan
atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional
menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Dirasah Islamiyah atau studi
keislaman (Islamic Studies), menjadi sangat penting dan menjadi perhatian yang
luas, untuk menjawab tantangan zaman tersebut. Dirasah Islamiyah atau studi
keislaman (Islamic Studies) secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha
untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan
lain “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas
secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama
Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya maupun praktek-praktek pelaksanaannya
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya. Untuk itu
diperlukan kajian pendekatan yang dapat digunakan dalam dirasah islamiyah
sehingga kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan penganutnya.
Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan dalam memahami ajaran agama, tidak
mustahil agama menjadi sulit difahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan
akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada agama lain, dan hal ini
tidak boleh terjadi.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
1.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat di deskripsikan bahwa
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a.
Apa, bagaimana pengertian metodologi, Paradigma dan Pendekatan
Studi Islam.
b.
Apa arti dan ruang lingkup Studi Islam
c.
Apa Urgensi mempelajari MSI?
d.
Apa saja Aspek-aspek sasaran Studi Islam
2.
Batasan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka batasan masalahnya dapat
disimpulkan sebagai berikut
a.
Pengertian metodologi, Paradigma dan Pendekatan Studi Islam.
b.
Arti dan ruang lingkup Studi Islam
c.
Urgensi mempelajari MSI?
d.
Aspek-aspek sasaran Studi Islam
C.
Tujuan Penulisan
Dari Batasan
Masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini
sekurang-kurangnya adalah untuk:
1.
Melatih diri dalam pembuatan karya ilmiah
2.
Sumbangan pemikiran untuk memperluas wawasan bagi para calon guru,
untuk dapat memahami kondisi setiap peserta didiknya.
3.
Melengkapi tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
BAB II
PEMBAHASAN
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM
A.
Pengertian Metodologi, Paradigma, dan Pendekatan Studi Islam
1.
Pengertian Metodologi Studi Islam
Secara sederhana Metodologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
cara, dan Studi diartikan sebagai kajian, serta Islam diartikan
dengan agama yang dibawa nabi Muhammad e
dengan kitab suci Al-Qur’an.[1]
namun, pengertian Metodologi Studi Islam ini akan lebih rinci dijelaskan
pada bahasan-bahasan di bawah.
Metodologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
ilmu tentang metode.[2]
sementara Metode dari segi bahasa berasal dari dua perkataan, yaitu: meta dan
Hodos, meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.[3]
dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.[4]
Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah Thariqah
yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.[5]
Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut dengan metode,
yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
sedang dikaji.[6] Lebih
jauh Peter. R Senn mengemukakan “metode merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis”.[7]
Metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau
metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang
realita atau kebenaran, baik dalam aspek persial atau total.[8]
Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Methodology, yang diartikan dengan:
“Set of methods and the principle used to performa a particular aktivity”.[9]
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode
atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengenai sesuatu.[10]
Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, maka metodologilah
yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut.
Penggunaan Metodologi Islam akan membawa konsekuensi yang lebih
lanjut; pengetahuan yang dicapai melalui metodologi ini merupakan pengetahuan
yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Sebaliknya, Pengetahuan yang
dihasilkan dari Metodologi Barat tidak bisa diakui sebagai pengetahuan yang
islami.[11]
Kemudian Studi Islam merupakan dua gabungan kata, untuk mencapai
pengertian yang sebenarnya kedua kata ini tidak bisa dipisah,. maka studi islam
dapat diartikan sebagai Pengkajian tentang ilmu-ilmu keislaman (ed)[12].
adapun yang dimaksud ilmu-ilmu keislaman adalah pengkajian tidak hanya kepada
aspek-aspeknya yang normatif dan dogmatif, tetapi juga pengkajian yang
menyangkut aspek sosiologis.
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab
adalah Dirasat al-Islamiyah. Ditinjau
dari sisi pengertian, Studi Islam secra sederhana dimaknai sebagai “kajian
islam”. Pengrtian Studi Islam sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki
cakupan makna dan penertian yang luas.Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah
akan memiliki makna tergantung kepada mereka yang menafsirkannya.Karena
penafsir memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lainnya, baik latar
belakang studi, bidang keilmuan, pengalaman, maupun berbagai perbedaan lainnya,
maka rumusan dan pemaknaan yang dihasilkannyapun juga akan berbeda.[13]
Maka, Metodologi Studi Islam itu adalah ilmu tentang cara-cara
untuk mengkaji ilmu-ilmu keislaman secara menyeluruh.
2.
Paradigma Studi Islam
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra
subyektif seseorang (mengenai realita) dan akhirnya akan menentukan bagaimana
seseorang menanggapi realita itu. Kemudian Robert Friedrichs (1970) mempertegas
definisi tersebut sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin
ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.[14]
Pendidikan tidak diarahkan untuk pendidikan itu sendiri, melainkan diarahkan
untuk pencapaian maksud, arah, dan tujuan di masa yang akan datang. Dengan
demikian, dimensi waktu dalam pendidikan tidak hanya terbatas pada waktu
sekarang, yaitu saat berlangsung pendidikan tersebut. Tetapi, pendidikan
diarahkan pada sikap, prilaku, dan kemampuan serta pengetahuan yang diharapkan
akan menjadi pegangan bagi anak didik dalam melaksanakan tugas hidupnya secara
bertanggung jawab dan dapat menjadi manusia yang seutuhnya, sebagaimana yang
menjadi tujuan utama dalam pendidikan.
Menurut Muhammad Iqbal, pendidikan bukan hanya proses belajar mengajar belaka untuk mentransformasikan pengetahuan dan berlangsung secara sederhana dan mekanistik. Melainkan, pendidikan adalah keseluruhan yang mempengaruhi kehidupan perseorangan maupun kelompok masyarakat, yang seharusnya menjamin kelangsungan kehidupan budaya dan kehidupan bersama memantapkan pembinaan secara intelegen dan kreatif. Proses pendidikan ini mencakup pembinaan diri secara integral untuk mengantarkan manusia pada kesempurnaan kemanusiannya tanpa mesti terbatasi oleh sistem transformasi pengetahuan secara formal dalam lingkungan akademis. Pada akhirnya, pendidikan dalam arti luas mencakup penyelesaian masalah-masalah manusia secara umum dan mengantarkan manusia tersebut pada tujuan hidupnya yang mulia.
3.
Pendekatan Studi Islam
Diketahui bahwa islam sebagai
agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal
pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup,
sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi.
Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai
pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Dalam studi Islam, ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, di antaranya:
a.
Pendekatan
Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari: (a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara beragam gejala
sosial; (b) hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala nonsosial; (c) ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.[15]
Harus ditegaskan di sini bahwa orang yang pertama
kali menggagas sekaligus memperaktekkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu
baru yang mandiri adalah Ibn Khaldun. Namun, sebagian besar sosiolog memandang
kontribusi Ibn Khaldun begitu kecil dalam sosiologi. Mereka lebih mengakui Karl
Max dan August Comte sebagai seorang yang yang paling berjasa bagi disiplin
ilmu sosiologi.[16]
Pendekatan sosiologis dibedakan
dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi
antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama serta
kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya
serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
1.
Stratifikasi
sosial, seperti kelas dan etnisitas
2.
Kategori
bisosial, seperti seks, gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
3.
Pola
organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem
pertukaran dan birokrasi.
4.
Proses
sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal,
penyimpangan, dan globalisasi.[17]
b.
Pendekatan
Historis
Sejarah atau historis adalah
suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat,
waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu
ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi,
dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain
sebagainya.[18]
Pendekatan kesejarahan ini amat
dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi
yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan. Dalam
kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang
dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari
Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-qur’an itu menjadi
dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi
kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
c.
Pendekatan
Antropologis
Pendekatan ini dapat diartikan
sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama dengan cara melihat wujud
praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui
perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dalam berbagai penelitian
antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan
agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat yang kurang mampu
pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang menjanjikan perubahan tatanan sosial
masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk
mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran
tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologi
sosok agamayang berada pada daratan empiric akan dapat dilihat serat-seratnya
dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan.
Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata yang
terjadi dimasyarakat.[19]
d.
Pendekatan
Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang
yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.
Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan
mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang
dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya
dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang
dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat
untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan
uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk
menanamkannya.
B.
Arti dan Ruang Lingkup Studi Islam
Agama
sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari tiga sisi:
1.
Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya
bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
2.
Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh
yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman
orang terhadap doktrin agamanya.
3.
Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas
umat islam.
Bila islam
dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga
sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas
kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian di dalamnya.[20]
C.
Urgensi Mempelajari MSI
Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah keemasan umat Islam
dan umat Islam sudah masuk masa kemunduran) bahwa pendekatan studi keislaman
yang berdominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat subjektif,
apologis dan doktriner, serta menutup diri terhadap pendekatan yang dilakukan
oleh kalangan luar Islam bersifat objektif dan rasional. oleh karena itu Studi
Islam dituntut untuk membuka diri terhadap masuknya dan digunakannya
pendekatan-pendekatan yang bersifat objektif dan rasional, dan secara bertahap
meninggalkan pendekatan yang bersifat subjektif-doktriner, dengan demikian
diharapkan Studi Islam akan berkembang dan mampu beradaptasi dengan dunia
modern dan mampu menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.[21]
pada masa sekarang ini, umat Islam sedang menghadapi tantangan dari
kehidupan dunia dan budaya modern, maka Studi Islam menjadi sangat urgen.
Urgensi Studi Islam yang demikian menurut Muhaimin dapat dipahami dari dua hal,
yaitu:
1.
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis
2.
Umat Islam dan peradabannya berada dalam suasana problematis.[22]
Di sinilah urgensi Studi Islam, untuk menggali kembali
ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni,
dan yang bersifat manusiawi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan
dirinya sebagai Rahmatan lil ‘alamin. Dari situ kemudian dididikkan dan
di transformasikan kepada generasi penerusnya dan dihadapkan dengan budaya dan peradaban modern, agar
mampu berhadapan dan beradaptasi dengannya.
D.
Aspek-aspek Sasaran Studi Islam
Antara
agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang belum serasi.
Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam bidang ilmiah terdapat
sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi
dua hal yaitu:
1. Aspek sasaran keagamaan
Kerangka
ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan sandaran
sentral agar kajian keislaman tidak keluar dan tercabut dari teks dan konteks.
Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat ditransformasikan secara
baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa melepaskan kerangka
normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan pegangan: pertama, islam
sebagai dogma juga merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena
itu sasaran study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang
memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya
terbatas pada kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia
sekarang. Dengan demikian sasaran study Islam diarahkan pada pemahaman terhadap
sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan
aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas dan
memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empirik yang
kebenarannya relatif.
2.
Aspek
sasaran keilmuan
Studi
keilmuan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis, empiris, dan
historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuan
membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal dan
tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada
pemikiran rasional. Oleh karena itu kajian keislaman yang bernuansa ilmiah
meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatik yang bersumber dari wahyu dan
aspek perilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan.[23]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut dengan metode,
yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
sedang dikaji. Lebih jauh Peter. R Senn mengemukakan “metode merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang
sistematis”.
Metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau
metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang
realita atau kebenaran, baik dalam aspek persial atau total. Dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Methodology, yang diartikan dengan: “Set of
methods and the principle used to performa a particular aktivity”. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu
yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengenai sesuatu. Jika metode
merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, maka metodologilah yang
mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut.
Diketahui
bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari
dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah
tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam
tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai
disiplin ilmu.
B.
Saran
Demi
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Taufik A dan M. Rusli Karim, 1989. Metodologi Penelitian Agama
sebuah pengantar, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,
Arifin. H. M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam: suatu tinjauan
teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan interdisipliner. Jakarta: Bumu
Aksara.
Conolly. Peter, 2002. Aneka Pendekatan Studi Agama,
Yogyakarta: Lkis,
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hakim. Rosnianti, 2000, Metodologi Studi Islam I. Padang,
Baitul Hikmah.
Hamid. Farida, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya:
Penerbit Apollo.
Langgulung. Hasan, 1991. Kreativitas dan Pendidikan Islam
Analisis Psikologi dan Falsafah, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Mijammil Qomar,
(Tanpa Tahun). Epistemologi Pendidikan Islam, dari Metode Rasional Hingga
Metode Kriti. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mudzahar. Atho, 2007. Pendekatan Studi Islam,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Muhaimin. Tadjab dan Abdul Mudjib, 1994. Dimensi-dimensi Studi
Islam, Surabaya: Karya Abditama,
Nata. Abuddin, 2005. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
____________, 2004. Metode Studi Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nurhakim. M. 2004. Metode Studi Islam,
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. 2012. Jakarta:
Kalam Mulia.
Rosianti 5
Sorokin. Putirim dalam H. Mahmud, , 2012. Sosiologi Pendidikan,(Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Tadris Kimia 2008, Metodologi Studi Islam. Semarang :
Takimia Production,2010.
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama
Sebuah Pengantar
University. Oxfort, 2008. Oxfort
Learners Pocket Dictionary, (Oxfort University Prss