menu melayang

CARA MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR



PENDAHULUAN
Tugas seorang pendidik dalam memberikan suatu pengetahuan, melatih suatu kecakapan, serta menentukan arah dan keyakinan bukanlah suatu tugas mudah. Di samping dia harus memiliki kesabaran, kreativitas, menjadi teladan, pendidik juga harus memiliki pengetahuan dasar dalam mengajar, termasuk di dalamnya penerapan metode yang benar dan waktu yang tepat.


Setiap anak yang memiliki rasa cinta terhadap ilmu maupun bidang studi pelajaran, mereka akan senang sekali belajar. Bahkan akan menggunakan seluruh waktunya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Baik membaca buku, maupun meneliti masalah yang terjadi dan berusaha memecahkannya. Guru sangatlah berperan untuk membangkitkan rasa cinta siswa terhadap ilmu dan bidang studi. Tingkah laku dan tutur bahasa dalam menyampaikan mata pelajaran, etika dalam bergaul dengan siswa serta penampilan sangatlah mempengaruhi rasa cinta anak terhadap ilmu yang diajarkan. Ilmu pendidikan akan mudah diterima anak apabila ada rasa suka terhadap guru yang menyampaikannya. Guru yang teladan dalam segala hal akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa.

Berawal dari seorang guru akan muncul generasi baru dengan kualitas dan budi pekerti luhur. Perlu adanya peninjauan ulang terhadap paradigma guru dalam mengajarkan materi pelajaran. Seorang guru haruslah mengajarkan akhlak budi pekerti kepada siswa untuk semua bidang mata pelajaran. Baik diperagakan guru langsung lewat metode  penyampaian materi maupun pembiasaan di dalam dan di luar kelas







PEMBAHASAN
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
A.    Motivasi Belajar
1.      Pengertian Motivasi
Motivasi dalam bahasa inggrisnya “Motive”berasal dari kata “motion” yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Sedangkan  Sigmund feud mengatakan bahwa motivasi itu merupakan energi yang terdapat dalam diri seseorang.[1] dalam kamus lengkap psikologi yang diterjemahkan oleh kartini kartono menjelaskan “motive” (motif) adalah suatu keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju kepada satu tujuan atau sasaran.[2]
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu,yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.[3]Motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.[4]
Motivasi menurut bahasa diartikan sebagai : usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[5] Dalam bahasa Inggris diartikan sebagai : Motivate “make sb want to do”.[6]
2.      Macam-macam Motivasi
Karena motivasi itu merupakan dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu tujuan, keinginan, harapan maka motivasi itu memiliki dua sifat seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994 : 112) sebagai berikut :
a.       Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau motivasi sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil dan sebagainya.
b.      Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, seperti : pujian, pemberian hadiah dan sebagainya.
Dari kutipan diatas terlihat bahwa motivasi intrinsik itu adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna  dalam situasi yang fungsional, seperti pujian dan pemberian hadiah.
3.      Fungsi Motivasi
Motivasi sebagai proses pembangkitan gerak dalam diri individu untuk melakukan atau berbuat sesuatu guna mencapai suatu tujuan mempunyai tiga fungsi, yaitu menggerakkan, mengerahkan, dan menye­lek­si perbuatan indi­vidu.
1.      Menggerakkan: maksudnya adalah, dengan adanya motivasi sebagai support yang datang terhadap siswa, hal ini dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan pengajar.
2.      Mengarahkan: maksudnya adalah, adanya motivasi akan menjadi suatu pengarahan da penuntun bagi peserta didik untuk melakukan berbagai hal dengan sesungguhnya, dan dapat menyelesaikannya dengan baik,
3.      Menyeleksi: dengan adanya motivasi yang berfungsi berbagai dorongan bagi semua peserta didik, hal ini memadai ukuran bagaimana respons peserta didik terhadap sesuatu yang di arahkan oleh pendidik.
4.      Berbagai Upaya Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar
Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan  guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang beprestasi serta  dapat mengembangkan diri secara optimal.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
1.             Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa.[7] Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
2.             Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar .[8] Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa (Djiwandono, 2006:365). Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.[9]
3.             Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.


4.             Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar.[10] Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran.
Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menharik, dan juga penggunaan variasi metode pembelajaran. Misalnya, untuk membAngkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya.[11]
5.             Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang.[12]Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar.[13]


6.             Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.[14]
Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.
B.     PrestasiBelajar
1.      Pengertian Prestasi Belajar
Masalah belajar adalah merupakan inti dari kegiatan pengajaran dalam proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik, dimana dalam proses belajar mengajar tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan serta sikap, perilaku sebagai hasil dari pengalaman jasmaniah (fisik) dan pengalaman rohaniah (psikis).
Kata “Prestasi Belajar” terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “hasil yang diperoleh dari sesuatu yang dilakukan, dan sebagainya”.[15]Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi merupakan nilai pencapaian yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi.[16]
2.      Ragam Fungsi Prestasi
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.[17]
Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan bisa disebut dengan motivasi.[18] Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah dan seterusnya merupakan contoh kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi instrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
3.      Cara mengukur Prestasi Belajar
Secara etimologis atau bahasa, evaluasi yang berarti penilaian,[19] dan evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan sesuatu. Wayan Nurkancana dan Sunartana mendefinisikan “evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan”.[20]
Adapun aspek yang di ukur adalah ketiga ranah yang telah ditentukan, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sesuai dengan konsep pengukuran prestasi belajar, maka untuk mengukur ketiga aspek tersebut, guru harus mengembangkan cara penilaian yang tepat dan menggunkan beberapa instrumen yang sesuai.
4.      Macam-macam Prestasi Belajar
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia banyak dipengaruhi diantaranya oleh pemikiran Benjamin S. Bloom. Menurut beliau tujuan belajar siswa harus diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, melalui ketiga ranah ini akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran.
Benyamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh Anas Sudiyono berpendapat, Prestasi belajar mencakup tiga ranah, yaitu; ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.[21]
Ranah kognitif yang meliputi beberapa taraf, diantaranya adalah; (1) Pengetahuan (Knowledge), ciri utama taraf ini adalah pada ingatan. (2) Pemahaman (Comprehension), pemahaman digolongkan menjadi tiga yaitu; menerjemahkan, menafsirkan dan mengeksplorasi (memperluas wawasan). (3) Penerapan (Aplication), merupakan abstraksi dalam suatu situasi konkret. (4) Analisis, merupakan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unsur yang memiliki arti sehingga hirarkinya menjadi jelas. (5) Sintesis, merupakan kemampuan menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas. Dan evaluasi yang merupakan taraf terakhir dalam ranah kognitif, (6) evaluasi merupakan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya misalnya; baik-buruk, benar-salah, kuat-lemah dan sebagainya.[22]
Ranah kedua adalah ranah afektif yang terdiri dari lima taraf, diantaranya adalah; (1) Memperhatikan (Receiving/ Attending), yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar peserta didik dalam bentuk masalah, gejala, situasi dan lain-lain. (2) Merespon (Responding), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. (3) Menghayati nilai (Valuing), yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau sistem. (4) Mengorganisasikan atau menghubungkan, yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi. Dan yang terakhir adalah tentang (5) Menginternalisasi nilai, sehingga nilai-nilai yang dimiliki dapat mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku seseorang.[23]















PENUTUP
A.    Kesimpulan
Motivasi dalam bahasa inggrisnya “Motive”berasal dari kata “motion” yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Sedangkan  Sigmund feud mengatakan bahwa motivasi itu merupakan energi yang terdapat dalam diri seseorang. dalam kamus lengkap psikologi yang diterjemahkan oleh kartini kartono menjelaskan “motive” (motif) adalah suatu keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju kepada satu tujuan atau sasaran.
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu,yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.Motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan
Kata “Prestasi Belajar” terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “hasil yang diperoleh dari sesuatu yang dilakukan, dan sebagainya”. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi merupakan nilai pencapaian yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi.

B.     Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini terdapat kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing kami harapkan sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai kesempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA
Anni. Catharina Tri, dkk., 2006, Psikologi Belajar,Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Arikunto. Suharsimi, 1990, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Djamarah. Zain,2006,Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik. Oemar, 2009, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : PT Bumi Aksara
Kartono. Kartini, 1989, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta:Raja Wali Press
Mustaqim,2001,Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Nurkancana. Wayan dan Sunartana, 1986,Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Oxfort University, 2008, Oxfort Learners Pocket Dictionary, Oxfort University Prss
Saliman dan Sudarsono, 1994, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya.Wina, 2010, Strategi Pembelajara., Jakarta; Kencana Prenada Media Group
Sardiman,2008Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta: Raja Garfindo Persada
Sarwono,1982, Pengantar Psikologi, Jakarta:Bulan Bintang
Sudiyono. Anas, 2008, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Uno. HamzahB., 2011,Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta: Bumi Aksara
http://uviedogawa.blogspot.com/2013/11/materi-peran-guru-dalam-meningkatkan.html, di akses 24-08-2015, 20:30 wib


[1] Sarwono,Pengantar Psikologi, (Jakarta:Bulan Bintang,1982),h.64
[2] Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta:Raja Wali Press,1989),h. 309-310
[3] Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta: Bumi Aksara,2011),h. 3
[4] Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: Raja Garfindo Persada 2008),h. 73
[5]Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 930
[6] Oxfort University, Oxfort Learners Pocket Dictionary, (Oxfort University Prss,2008), h.286
[7] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajara., (Jakarta; Kencana Prenada MediaGroup, 2010), h 29
[8] Wina Sanjaya. Ibid
[9] Catharina Tri Anni, dkk.. Psikologi Belajar. (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. 2006), h. 186
[11] Catharina Tri Anni, dkk.. Loc. Cit.
[12] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 167
[13] Zain Djamarah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h. 152
[14] Wina Sanjaya. Op. Cit. Hlm. 31
[15] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit. h. 895
[16] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hal. 282
[17]ibid., hal. 134
[18] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001), hal. 77
[19] Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 69
[20] Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 1
[21] Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 49
[22]ibid., hal. 23
[23]ibid., hal. 29

Back to Top

Cari Artikel

Pengunjung Bulan Ini

x
x
Sebelum Download File Mari Berdonasi Dulu
Konfirmasi
x
Sebelum Download File Mari Berdonasi Dulu