menu melayang

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM



KATA PENGANTAR
Islamic Education001.
Segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas segala karunia yang telah diberikan-Nya. Kemudian Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW selaku junjungan ummat Islam, untuk meraih keberkahan dan mengharap syafaat di hari akhirat kelak.
Metodologi Studi Islam sudah menjadi bahasan yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan, sebab kajian  Metodologi Studi Islam menjadi kajian yang cukup luas, mencakup setiap sejarah, karakteristik, serta bahasan yang lain, yang berkaitan dengan pendidikan Islam, oleh karena itu, kajian Metodologi Studi Islam ini merupakan suat kajian yang mesti dipelajari oleh setiap calon guru Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi sebab betapa urgennya untuk dipahami. maka kami dari kelompok satu mencoba membahas sebagian dari kajian Metodologi Studi Islam tersebut. Untuk dijadikan sebagai pijakan dasar dalam memahami ilmu Metodologi Studi Islam selanjutnya. Penulis dari kelompok satu mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara yang ikut serta membantu demi terwujudnya tulisan juga terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Metodologi Studi Islam atas segala arahan yang telah diberikan.

akhirnya, hanya terima kasihlah yang dapat penulis ucapkan kepada siapa pun yang berperan dalam penulisan makalah ini, dan penulis berharap agar tulisan ini dapat menambah khazanah keilmuan bagi pembaca.
STAI YAPTIP 05 Oktober 2014
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya. Seiring perubahan waktu dan perkembangan zaman, agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Dirasah Islamiyah atau studi keislaman (Islamic Studies), menjadi sangat penting dan menjadi perhatian yang luas, untuk menjawab tantangan zaman tersebut. Dirasah Islamiyah atau studi keislaman (Islamic Studies) secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya. Untuk itu diperlukan kajian pendekatan yang dapat digunakan dalam dirasah islamiyah sehingga kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan dalam memahami ajaran agama, tidak mustahil agama menjadi sulit difahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada agama lain, dan hal ini tidak boleh terjadi.
B.     Rumusan dan Batasan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat di deskripsikan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a.       Apa, bagaimana pengertian metodologi, Paradigma dan Pendekatan Studi Islam.
b.      Apa arti dan ruang lingkup Studi Islam
c.       Apa Urgensi mempelajari MSI?
d.      Apa saja Aspek-aspek sasaran Studi Islam
2.      Batasan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka batasan masalahnya dapat disimpulkan sebagai berikut
a.       Pengertian metodologi, Paradigma dan Pendekatan Studi Islam.
b.      Arti dan ruang lingkup Studi Islam
c.       Urgensi mempelajari MSI?
d.      Aspek-aspek sasaran Studi Islam
C.     Tujuan Penulisan
Dari Batasan Masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini sekurang-kurangnya adalah untuk:
1.      Melatih diri dalam pembuatan karya ilmiah
2.      Sumbangan pemikiran untuk memperluas wawasan bagi para calon guru, untuk dapat memahami kondisi setiap peserta didiknya.
3.      Melengkapi tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam










BAB II
PEMBAHASAN
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM
A.     Pengertian Metodologi, Paradigma, dan Pendekatan Studi Islam
1.      Pengertian Metodologi Studi Islam
Secara sederhana Metodologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara, dan Studi diartikan sebagai kajian, serta Islam diartikan dengan agama yang dibawa nabi Muhammad e dengan kitab suci Al-Qur’an.[1] namun, pengertian Metodologi Studi Islam ini akan lebih rinci dijelaskan pada bahasan-bahasan di bawah.
Metodologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu tentang metode.[2] sementara Metode dari segi bahasa berasal dari dua perkataan, yaitu: meta dan Hodos, meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.[3] dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[4]
Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[5]
Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut dengan metode, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji.[6] Lebih jauh Peter. R Senn mengemukakan “metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis”.[7]
Metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran, baik dalam aspek persial atau total.[8] Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Methodology, yang diartikan dengan: “Set of methods and the principle used to performa a particular aktivity”.[9] Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengenai sesuatu.[10] Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut.
Penggunaan Metodologi Islam akan membawa konsekuensi yang lebih lanjut; pengetahuan yang dicapai melalui metodologi ini merupakan pengetahuan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Sebaliknya, Pengetahuan yang dihasilkan dari Metodologi Barat tidak bisa diakui sebagai pengetahuan yang islami.[11]
Kemudian Studi Islam merupakan dua gabungan kata, untuk mencapai pengertian yang sebenarnya kedua kata ini tidak bisa dipisah,. maka studi islam dapat diartikan sebagai Pengkajian tentang ilmu-ilmu keislaman (ed)[12]. adapun yang dimaksud ilmu-ilmu keislaman adalah pengkajian tidak hanya kepada aspek-aspeknya yang normatif dan dogmatif, tetapi juga pengkajian yang menyangkut aspek sosiologis.
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab adalah Dirasat al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secra sederhana dimaknai sebagai “kajian islam”. Pengrtian Studi Islam sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan penertian yang luas.Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah akan memiliki makna tergantung kepada mereka yang menafsirkannya.Karena penafsir memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lainnya, baik latar belakang studi, bidang keilmuan, pengalaman, maupun berbagai perbedaan lainnya, maka rumusan dan pemaknaan yang dihasilkannyapun juga akan berbeda.[13]
Maka, Metodologi Studi Islam itu adalah ilmu tentang cara-cara untuk mengkaji ilmu-ilmu keislaman secara menyeluruh.
2.      Paradigma Studi Islam
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang (mengenai realita) dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Kemudian Robert Friedrichs (1970) mempertegas definisi tersebut sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.[14]
Pendidikan tidak diarahkan untuk pendidikan itu sendiri, melainkan diarahkan untuk pencapaian maksud, arah, dan tujuan di masa yang akan datang. Dengan demikian, dimensi waktu dalam pendidikan tidak hanya terbatas pada waktu sekarang, yaitu saat berlangsung pendidikan tersebut. Tetapi, pendidikan diarahkan pada sikap, prilaku, dan kemampuan serta pengetahuan yang diharapkan akan menjadi pegangan bagi anak didik dalam melaksanakan tugas hidupnya secara bertanggung jawab dan dapat menjadi manusia yang seutuhnya, sebagaimana yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan.

Menurut Muhammad Iqbal, pendidikan bukan hanya proses belajar mengajar belaka untuk mentransformasikan pengetahuan dan berlangsung secara sederhana dan mekanistik. Melainkan, pendidikan adalah keseluruhan yang mempengaruhi kehidupan perseorangan maupun kelompok masyarakat, yang seharusnya menjamin kelangsungan kehidupan budaya dan kehidupan bersama memantapkan pembinaan secara intelegen dan kreatif. Proses pendidikan ini mencakup pembinaan diri secara integral untuk mengantarkan manusia pada kesempurnaan kemanusiannya tanpa mesti terbatasi oleh sistem transformasi pengetahuan secara formal dalam lingkungan akademis. Pada akhirnya, pendidikan dalam arti luas mencakup penyelesaian masalah-masalah manusia secara umum dan mengantarkan manusia tersebut pada tujuan hidupnya yang mulia.
3.      Pendekatan Studi Islam
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Dalam studi Islam, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, di antaranya:

a.       Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: (a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara beragam gejala sosial; (b) hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial; (c) ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.[15]
Harus ditegaskan di sini bahwa orang yang pertama kali menggagas sekaligus memperaktekkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru yang mandiri adalah Ibn Khaldun. Namun, sebagian besar sosiolog memandang kontribusi Ibn Khaldun begitu kecil dalam sosiologi. Mereka lebih mengakui Karl Max dan August Comte sebagai seorang yang yang paling berjasa bagi disiplin ilmu sosiologi.[16]
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
1.      Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
2.      Kategori bisosial, seperti seks, gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
3.      Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran dan birokrasi.
4.      Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi.[17]

b.      Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.[18]
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.

c.       Pendekatan Antropologis
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang                              menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat.[19]

d.      Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.

B.     Arti dan Ruang Lingkup Studi Islam
Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari tiga sisi:
1.      Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
2.      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3.      Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat islam.
Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian di dalamnya.[20]
C.     Urgensi Mempelajari MSI
Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah keemasan umat Islam dan umat Islam sudah masuk masa kemunduran) bahwa pendekatan studi keislaman yang berdominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat subjektif, apologis dan doktriner, serta menutup diri terhadap pendekatan yang dilakukan oleh kalangan luar Islam bersifat objektif dan rasional. oleh karena itu Studi Islam dituntut untuk membuka diri terhadap masuknya dan digunakannya pendekatan-pendekatan yang bersifat objektif dan rasional, dan secara bertahap meninggalkan pendekatan yang bersifat subjektif-doktriner, dengan demikian diharapkan Studi Islam akan berkembang dan mampu beradaptasi dengan dunia modern dan mampu menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.[21]
pada masa sekarang ini, umat Islam sedang menghadapi tantangan dari kehidupan dunia dan budaya modern, maka Studi Islam menjadi sangat urgen. Urgensi Studi Islam yang demikian menurut Muhaimin dapat dipahami dari dua hal, yaitu:
1.      Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis
2.      Umat Islam dan peradabannya berada dalam suasana problematis.[22]
Di sinilah urgensi Studi Islam, untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang asli dan  murni, dan yang bersifat manusiawi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya sebagai Rahmatan lil ‘alamin. Dari situ kemudian dididikkan dan di transformasikan kepada generasi penerusnya dan dihadapkan  dengan budaya dan peradaban modern, agar mampu berhadapan dan beradaptasi dengannya.
D.    Aspek-aspek Sasaran Studi Islam
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam bidang ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi dua hal yaitu:
1.      Aspek sasaran keagamaan
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan sandaran sentral agar kajian keislaman tidak keluar dan tercabut dari teks dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat ditransformasikan secara baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan pegangan: pertama, islam sebagai dogma juga merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia sekarang. Dengan demikian sasaran study Islam diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empirik yang kebenarannya relatif.
2.      Aspek sasaran keilmuan
Studi keilmuan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis, empiris, dan historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada pemikiran rasional. Oleh karena itu kajian keislaman yang bernuansa ilmiah meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatik yang bersumber dari wahyu dan aspek perilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan.[23]

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut dengan metode, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji. Lebih jauh Peter. R Senn mengemukakan “metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis”.
Metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran, baik dalam aspek persial atau total. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Methodology, yang diartikan dengan: “Set of methods and the principle used to performa a particular aktivity”. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengenai sesuatu. Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut.
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu.
B.     Saran
Demi kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Taufik A dan M. Rusli Karim,  1989. Metodologi Penelitian Agama sebuah pengantar, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,
Arifin. H. M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam: suatu tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan interdisipliner. Jakarta: Bumu Aksara.
Conolly. Peter2002. Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis,
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hakim. Rosnianti, 2000, Metodologi Studi Islam I. Padang, Baitul Hikmah.
Hamid. Farida, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Penerbit Apollo.
Langgulung. Hasan, 1991. Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan Falsafah, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Mijammil Qomar, (Tanpa Tahun). Epistemologi Pendidikan Islam, dari Metode Rasional Hingga Metode Kriti. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mudzahar. Atho, 2007. Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Muhaimin. Tadjab dan Abdul Mudjib, 1994. Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama,
Nata.  Abuddin, 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
____________, 2004. Metode Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nurhakim. M. 2004. Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. 2012. Jakarta: Kalam Mulia.
Rosianti 5
Sorokin. Putirim dalam H. Mahmud, , 2012.  Sosiologi Pendidikan,(Bandung: CV. Pustaka Setia.
Tadris Kimia 2008, Metodologi Studi Islam. Semarang : Takimia Production,2010.
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar
University. Oxfort, 2008. Oxfort Learners Pocket Dictionary, (Oxfort University Prss



Back to Top

Cari Artikel

Pengunjung Bulan Ini

x
x
Sebelum Download File Mari Berdonasi Dulu
Konfirmasi
x
Sebelum Download File Mari Berdonasi Dulu